Salah satu keharusan bagi semua mahasiswa adalah
melakukan penelitian sebagai tugas akhir yang dipublikasikan dalam bentuk karya
tulis ilmiah berupa skripsi untuk S1, tesis untuk S2 dan disertasi untuk S3. Tugas
ilmiah semacam ini merupakan kewajiban minimal bagi insan akademis untuk
mematangkan intelektualitasnya sebelum mereka dinobatkan sebagai sarjana,
magister atau doktor di bidangnya.
MTs Al-Wathan, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep,
Jawa Timur memiliki inisiatif kuat untuk memberikan bekal kepada para siswanya
dalam hal keterampilan menulis. Selain menggulirkan media kreasi siswa berupa Majalah
Dinding (Mading), buku harian, juga memberikan tugas akhir kepada siswa kelas
akhir berupa resensi buku.
Senin, 17 Desember 2018 MTs Al-Wathan mengadakan bimbingan
general meliputi pembagian pembimbing, alokasi waktu dan pemberian buku
panduan. Tujuan dari program resensi ini untuk memberikan pengalaman menulis
kepada para siswa sejak dini dengan harapan mereka kelak mumpuni dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Tidak ada ceritanya alumni MTs Al-Wathan
memesan makalah dan tugas akademik lainnya kepada orang lain gara-gara miskin
pengalaman menulis. Harapan pula, mereka kelak menjadi alumni yang produktif
menulis buku demi membangun peradaban yang lebih maju dan mulia.
Karya tulis merupakan salah satu media amal jariah.
Gagasan yang tertulis lebih awet umurnya daripada penulisnya. Sejarah telah terang
benderang membuktikannya. Pemikiran Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, Imam
Hambali, Imam Ghazali dan lainnya bisa awet sampai sekarang karena gagasan
mereka terpublikasikan. Pramoedya Ananta Toer pernah mengatakan, "Orang
boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di
dalam masyarakat dan dari sejarah."
Tugas resensi ini sudah bisa dibilang sukses. Karena beberapa
tahun terakhir ini dapat terlaksana dengan relatif lancar, walaupun
awal-awalnya seakan-akan jatuh bangun, namun pada akhirnya geliat kreatif
menulis mulai mentradisi di kalangan siswa.
Keterampilan menulis di kalangan siswa terbilang
langka. Sulit bersemi di madrasah pedesaan. Entah kalau di perkotaan. Diakui
atau tidak, keterampilan menulis tak mudah tumbuh. Tak segampang membalikkan
telapak tangan. Tak senikmat menyantap semangkok bakso. Tak seringan menghisap
sebatang rokok. Tak semantap menyeruput secangkir kopi. Tapi membutuhkan
ketelatenan, daya upaya, peras keringat, banting tulang dari segenap guru untuk
mewanti-wanti anak didiknya guna menumbuhkan hobi literasi. Khususnya guru inspriratif,
bukan sekadar guru kurikulum.
Pemberian tugas resensi bagi kelas akhir di MTs
Al-Wathan ini diimbangi dengan kesiapan pihak pengelola madrasah, khususnya Kepala
Madrasah, Guru Bahasa Indonesia dan PKM Kurikulum untuk memberikan bimbingan
kepada para siswa, menyedian buku panduan penulisan dan buku yang akan
diresensi sehingga siswa lebih mudah dalam menyelesaikan tugasnya secara cepat
dan tepat.
Sulaiman meresensi buku Kaya Seperti Nabi Sulaiman |
Tak semua orang bisa menulis, dan tak semua orang
tidak bisa menulis. Tergantung pada orangnya dan lingkungannya. (MQ).
***