Mohammad Ridwanullah |
Tentang Peresensi
MOHAMMAD
RIDWANUULLAH, lahir di Dusun Tengginah
Larangan Perreng
Pragaan Sumenep,
17 Januari 2003.
Riwayat pendidikan dimulai dari SD Larangan
Perreng 2 dan sekarang duduk di kelas ix (sembilan) MTs
Al-Wathan Larangan Perreng Pragaan Sumenep. Dia
pernah mengikuti perkemahan tingkat Penggalang
di lapangan Karduluk Pragaan
Sumenep. Saat
ini ia tinggal di Dusun Tengginah
Larangan Perreng Pragaan Sumrnrp. Untuk berkomunikasi dengannya bisa via nomor
085336089086.
***
Buku Manage Your Galau with Al-Qur'an |
Judul
buku : Manage
Your Galau with Al-Qur’an
Penulis : Miski Muhammadi Mudin
Penerbit : DIVA Press
Cetakan : Pertama,
2016
Kota
terbit : Yogyakarta
Tebal
buku : 172 halaman
Peresensi : Moh.
Ridwanullah
Buku yang berjudul Manage Your Galau with Al-Qur’an ini mengingat kepada kita bahwa dalam
membaca Al-Qur’an kita dituntut untuk memerhatikan
dan menyimaknya dengan baik,
sehingga menjadi amal yang
diterima oleh Allah, dan mempunyai kedudukan
yang mulia di sisi Allah SWT.
Sebelum kita sampai pada satu kesimpulan
utuh mengenai apa yang jadi fokus galau, kita
coba gali terlebih dahulu galau dari perspektif psikologi, karena psikologi selalu berkaitan dengan
emosi manusia, dan yang pasti galau termasuk salah
satunya
dari delapan jenis emosi yang oleh
para ahli kemudian dikategorikan lagi beberapa emosi inti atau emosi dasar, yaitu takut, marah, sedih, dan senang. Emosi
dasar manusia dalam Al-Qur’an meliputi emosi senang, marah,
sedih, takut, benci, heran, dan kaget. Berdasarkan
paparan ini sedikit ada titik terang bahwa galau
kita bisa artikan sebagai kondisi jiwa, hati atau
pikiran yang sedang tidak tenang yang
tercermin dari perasaan sedih, cemas,
bimbang, bingung, gelisah, resah dan sejenisnya (hlm.
19-21).
Al-hazan atau
al-huzan adalah rasa sakit yang
menghinggapi jiwa saat kehilangan yang dicintai, menjauhnya
yang disenangi, atau terjadinya sesuatu yang tidak disukai.
Hiburan adalah obat untuk penyakit ini (hlm. 26-28).
Rasulullah SAW juga
pernah galau, sedangkan beliau adalah hamba yang paling takwa kepada
Allah SWT. Pribadi terbaik sepanjang sejarah juga pernah merasa galau,
seperti ayat berikut ini, “Sesungguhnya, kami mengetahui bahwasannya apa yang mereka
katakana hatimu (janganlah
kamu bersedih hati), karena
mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan
tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS. Al-An’am [6]: 33) (hlm.
28-29).
Beliau mengetahui bahwa ayat tersebut turun
berkenaan dengan diri Al-Haris
bin Amir bin Naufal bin Abd Manaf
bin Qushai bin Kilab. Al-Haris
ini adalah seorang yang terang-terangan mendustakan Rasulullah
SAW namun ketika ia berkata
bersama keluarganya dengan jujur ia
berkata, “Muhammad sama sekali bukan pembohong. Aku
tidak menilai apa pun tentang dirinya.” Ditambah
lagi dengan kenyataan bahwa ayat tersebut
turun pada periode Mekkah yang notabene sering
kali terjadi konflik antara masyarakat muslim
dengan nonmuslim.
Ar-Razi menuturkan beberapa pendapat
para ahli terkait penyebab yang membuat Rasulullah
SAW galau.
Menurut Al-Hasan, penyebabnya karena tuduhan sebagai
tukang sihir, dukun dan orang gila yang ditunjukan kepada Rasulullah
SAW. Menurut pendapat lain adalah karena
mereka dengan terus terang mengatakan tidak beriman kepada beliau, tidak menerima agama dan syariatnya. Ada
pula pendapat yang mengatakan bahwa penyebab kegalauan
Rasulullah SAW adalah
karena mereka menuduh beliau berbohong dan mengada ada.
Itulah galau Rasulullah
SAW. Kegalauan yang memang lahir karena
kenyataan pahit yang sungguh luar biasa. Tidak
heran bila dalam Al-Qur'an kita jumpai banyak ayat yang
bernuansa menghibur Rasulullah SAW (hlm. 30-32).
Galau itu manusiawi.
Ia bisa hinggap pada
siapa saja, selama ia menjadi manusia, dan masih
hidup di dunia. Jangankan kita yang mungkin saja belum menjadi “siapa–siapa”,
menurut Allah, orang-orang
besar sebelum kita pun juga pernah galau. Mungkin
sudah tidak jarang lagi kita jumpai dalam kehidupan nyata, karena
diputus pacar seseorang galu dan memilih bunuh diri (hlm.
62-72).
Di antara obat galau yang pertama ialah shalat. Shalat
memiliki fungsi penting dalam kesehatan, baik
jasmani maupun rohani. Salah
satu fungsi shalat yang penting bagi dunia medis dan
kedokteran dewasa ini adalah aspek ketenangan, sebuah
aspek yang memang penting kaitannya dengan
kesehatan.
Selan itu,
aspek yang kedua, yaitu aspek
konsenterasi. Dalam kehidupan sehari-hari konsenterasi
mutlak diperlukan.
Dengan konsenterasi itulah, kita akan
dengan mudah dan efektif merampungkan pekerjaan. Sebaliknya,
orang yang tidak bisa konsenterasi akan
mengalami gangguan saat menyelesaikan
setiap pekerjaan: pikiran tidak fokus,
lupa dan tidak bisa mempergunakan waktu secara efektif dan efisen.
Berikutnya aspek yang ketiga, yaitu relaksasi
dan olahraga.
Di zaman
modern ini, salah satu metode untuk menyegarkan
kinerja tubuh adalah dengan relaksasi dan olahraga. Menurut
Milten Berger, ada
empat macam relaksasi yang bisa dipraktikkan,
yaitu relaksasi otot,
pernafasan, meditasi, dan perilaku hal
ini bisa terlihat dari gerak berdiri, dan seterusnya yang kesimpulannya adalah
ternyata gerak shalat yang kita lakukan setiap hari mengandung rahasia-rahasia kesehatan yang
mungkin saja belum terbayangkan sebelumnya. Artinya, ketika
kita melaksanakan shalat adalah sama halnya
dengan kita mengolahragakan tubuh dan merelaksasikan
tubuh secara teratur dan konsisten, dan tentunya sangat baik bagi kebugaran
tubuh (hlm. 79-82).
Al-Qur’an yang saat ini kita kaitkan
dengan terapi galau, ada ulama besar, Ibrahim
Al-Khawash
mengatakan,
“Obat hati itu ada lima: membaca Al-Qur’an
sambil merenungkan artinya, mengosongkan perut,
shalat malam, tadharru’ pada waktu sahur, dan berteman dengan orang-orang saleh.” Ringkasannya, jika sedang galau,
termasuk salah satu alternatif terbaiknya
adalah membaca Al-Qur’an
dan meresapi maknanya, insya
Allah ketenangan yang kita dambakan mudah kita rasa. “Barang siapa
membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka
baginya satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali, aku
tidak mengatakan alif lam min satu huruf. Alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR.
Tirmidzi) (hlm. 83-84).
Selain itu,
doa termasuk obat galau.
Dengan berdoa seseorang yang beriman akan
merasa lega, puas dan tenang, karena merasa
bersama Allah SWT. Perasaan ini dapat memberikan kekuatan batin dalam menghadapi
penyakit, rasa sakit, rasa
takut, serta kecemasan (hlm.
86).
Selanjutnya,
Ibnu Al-Qayyim
Al-Jauziyah
mengatakan, sabar dapat menghilangkan rasa gelisah,
juga menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota tubuh dari mengganggu.
Salah satu alasan lagi,
mengapa kita diuji adalah untuk
menghapus dosa-dosa yang kita miliki.
Allah SWT berfiman, “Apakah
manusia mengira bahwa
mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan kami telah beriman: dan mereka
tidak diuji? Dan sungguh Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan
pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29]: 2-3) (hlm. 93-
94).
Demikian pemahaman tentang bagaimana
obat galau dalam Al-Qur’an
sehingga kita benar- benar mengerjakannya dengan baik dan dapat berpengaruh
pada tingkah laku kita, pikiran
atau hal-hal yang berkaitan dengan diri kita. Penjelasan di atas sudah cukup
jelas untuk menggambarkan isi buku ini. Tentu
di dalamnya berisi pelajaran-pelajaran kepada
kita untuk menerapkan Al-Qur’an
dengan baik.
Buku ini juga memberikan manfaat bagi
pemuda yang ingin membacanya sekaligus bisa mengerti isi buku ini.
Buku ini memiliki kelebihan tersendiri. Di antaranya memberikan gambaran begitu
jelas kepada pembaca untuk menerapkan Al-Qur’an.
Bagi yang ingin membacanya tidak perlu
kebingungan mencari istilah-istilah di kamus karena uraiannya
cukup lugas. Salah satu kekurangan dalam buku ini di antaranya, ada
beberapa pengulangn kata atau kalimat
sehingga bisa memantik kebosanan pada pembaca.
***
Tentang Penulis
MISKI
MUHAMMADI MUDIN, lahir di Dusun Lenger,
Desa Bira Tengah,
Kecematan Sokobana,
Kabupaten Sampang.
Pendidikan dasar ia tempuh di MI Miftahul Ulum
Bira Tengah,
selanjutnya MTs Manbaul Ulum Bira
Timur, atas asuhan KH. Abd Al-Qadir
Ahmad Mahfudh
Z. Melajutkan studinya di tingkat aliyah, di Al-Amien
Prenduan Sumenep. Kini, setelah menyelesaikan jenjang S1 di UIN Sunan
Kalijaga, Fakultas
Ushuluddin, Jurusan
Tafsir dan Hadits (yang sekarang menjadi Jurusan
Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir), ia berjuang bersama
teman-temannya yang lain untuk bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya. Buku-bukunya yang telah diterbitkan,
di antaranya Konteribusi
Kelima Ushuluddin dalam Menjawab
Peroblematika Bangsa (2012), Kupas Tuntas 29
Problematika Muslim (2013).
***
Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018
No comments:
Post a Comment