Saturday, June 2, 2018

BEKAL UNTUK ALAM KUBUR

Moh. Khalilurrohman Ar Rijal SM

Tentang Peresensi

MOH. KHALILURROHMAN AR RIJAL SM, lahir di Dusun Lembenah Sentol Laok Pragaan Sumenep, 29 Desember 2003. Riwayat pendidikan dimulai dari SDN Sentol Laok (lulus, 2015) dan sekarang duduk di bangku kelas ix (sembilan) MTs Al-Wathan Larangan Perreng Pragaan Sumenep sekaligus mondok di Pesantren Miftahul Huda Tambak Batu. Pengalaman keorganisasian, pernah menjadi Koordinator Seni dan Budaya OSIS MTs Al-Wathan (2017/2018). Ia berdomisili di Dusun Lembenah Sentol Laok Pragaan Sumenep dan bisa dihubungi lewat facebook Kholilurrahman Ar-rijal.
***
Buku Yang Bangkrut dan yang Untung di Alam Kubur
Judul buku      : Yang Bangkrut dan yang Untung di Alam Kubur
Penulis            : Al-Hafizh Taqiyuddin al-Jurjani
Penerbit          : Safirah
Cetakan          : Pertama, 2015
Kota terbit      : Yogyakarta
Tebal buku     : 212
Peresensi        : Moh. Khalilurrohman Ar Rijal SM

Buku yang berjudul Yang Bangkrut dan yang Untung di Alam Kubur ini mengingatkan kita bahwa kita dituntut untuk memperbanyak amal saleh sebagai bekal kita untuk kehidupan yang sangat singkat ini dan memperbanyak amalan atau pahala untuk bekal kita di kehidupan yang abadi setelah kehidupan fana. Karena sesungguhnya, hal tersebut sejalan dengan firman Allah SWT yang berbunyi, “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menetapi kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-‘Ansh [103]: 1-4) (hlm. 17).

Berdasarkan ayat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa manusia berada dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan yang mengerjakan amal-amal saleh. Di antara amal-amalan tersebut sebagai berikut: (1) membangun masjid, (2) membuat saluran air, (3) membuat sumur, (4) menanam pohon, dan (5) menulis atau mencetak mushaf dan membagi-bagikan ke sesama muslim.

Begitu pula berkah ilmu yang bermanfaat kemudian diamalkan dan diajarkan kembali kepada khalayak ramai. Selama ilmu itu mengalir dari satu generasi berikutnya, maka orang yang mengerjakannya mendapat limpahan pahala yang terus mengalir. Selanjutnya,amalan yang pahalanya akan terus menyertai ke alam kubur. Menuntut ilmu termasuk mudah bahkan merupakan ibadah yang paling agung dan utama, sehingga Allah SWT menjadikan sebagian dari jihad fi sabilillah (hlm.19).

Menuntut dan menyebarkan ilmu merupakan dasar dari berbagai bekal seseorang untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Ibadah lainnya seperti shalat, zakat, puasa dan haji pun mensyaratkan ada ilmu. “Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah [9]: 122) (hlm. 20).

Ada banyak cara yang bisa dilakukan seseorang agar amal sedekahnya tergolong dalam amal jariah, antara lain sebagai berikut: Pertama, berinfak Al-Qur’an ke masjid, mushalla dan panti asuhan. Setiap Al-Qur’an yang diinfakkan akan dibaca, sehingga pahala dari infak tersebut terus mengalir meskipun orang yang menginfakannya sudah meninggal dunia. Kedua, menyumbangkan kursi roda ke rumah sakit. Setiap orang sakit dapat menggunakannya, sehingga penyumbang tersebut mendapatkan kebaikan. Ketiga, membantu pendidikan anak dengan memberi beasiswa dan mengikuti setiap pembangunan lembaga pendidikan. Keempat, membantu operasional panti asuhan dan yayasan yatim piatu (hlm. 55).

Salah satu keutamaan menyedekahkan sebagian harta untuk kehidupan di alam barzakh dan akhirat adalah terhindar dari azab kubur. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya, sedekah dapat memadamkan panasnya kuburan bagi pemilik sedekah.” (HR. Tabrari dan Baihaqi).

Sungguh sangat mudah mengumpulkan pundi-pundi amal kebaikan bagi para ulama, para penyebar ilmu Allah. Para penyebar ilmu Allah yang meninggal dunia termasuk dalam golongan para syuhada yang mati di medan peperangan.

Salah satu amalan yang terus mengalir sampai di alam kubur ialah membuatkan rumah untuk ibnu sabil. Mereka juga dinamakan melakukan safar, mereka adalah orang yang dalam perjalanan atau musafir yang tidak mempunyai sanak keluarga dan merasa kekurangan untuk membiayai diri sendiri dan biaya perjalanan maupun makan,  maka atas itulah ibnu sabil masuk dalam golongan orang-orang yang berhak menerima zakat. Kebanyakan ulama terdahulu melakukan safar (perjalanan) untuk menyebarkan agama ke negri yang sangat jauh. Mereka berhak menerima zakat. Allah SWT berfirman, “Maka, berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demi kian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang  yang mencari keridhaan Allah dan mereka itulah orang-orang beruntung.” (QS. Ar-Rum [30]: 38) (hlm. 33).

Salah satu hal yang diajarkan oleh agama kita, agama Islam kepada umatnya adalah mendirikan masjid. Tempat yang paling dicintai oleh Allah ialah negeri yang ada masjidnya dan yang paling Allah benci tempat-tempat yang sering kita tempati, yaitu pasar. Rasulullah bersabda, “Tempat yang paling dicintai oleh Allah dalam suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya. (HR. Muslim) (hlm. 35).

Membangun masjid, memakmurkan dan menyediakan tempat bagi orang-orang untuk melaksanakan ibadah shalat termasuk amalan utama dalam agama Islam. Allah akan memberikan pahala yang agung bagi seseorang yang mengamalkannya. Pahala tersebut akan berlanjut hingga ia meninggal dunia.

Masjid merupakan sebaik-baiknya tempat untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, karena itulah kita disunnahkan untuk membuat ruang khusus di dalam rumah untuk dijadikan tempat beribadah. Masjid merupakan sebaik-baik tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab, di sanalah hamba Allah yang mendapatkan petunjuk, menangis khusuk, mendirikan shalat, berdzikir, serta bertafakur. Masjid akan menjadi transaksi seseorang hamba-hamba Allah SWT. Allah telah menyediakan surga dan berbagai kenikmatan di dalamnya. Hal ini sebagaimana firman-Nya yang berbunyi, Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah [9]: 18) (hlm. 43). Sebab itulah, mari kita semua memakmurkan masjid-masjid Allah dengan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapapun selain atau kecuali kepada Yang Maha Kuasa dan kepada kedua orang tua, kita harus takut atau jangan melawan orang tua agar kita tidak menjadi maling kundang (anak durhaka).

Demikian gambaran isi buku ini guna menuntun pembamaca menjadi orang beruntung di alam kubur kelak. Keunggulan buku ini di antaranya, menerangkan tentang pentingnya amal perbuatan kita di dunia, bahwa amal itulah yang akan berguna di alam kubu. Selain itu, buku yang ditulis oleh Al-Hafizh Taqiyuddin Al-Durdani ini juga mengambil rujukan dalam Al-Qur’an dan hadits. Di samping keunggulan tersebut, terdapat sedikit kekurangan, yakni ada kesalahan kata di sana ditulis “zhair” yang benar lahir” (halaman 38), ada kesalahan ketik, ditulis “keruan” yang benar karuan” (halaman 152).
***
Tentang Penulis

AL-HAFIZH TAQIYUDDIN AL-JURJANI, lahir di Sumenep Madura, 15 Juli 1987. Pendidikan dasarnya di SD dan MI Bilapora Rebba Sumenep. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan S1 dan S2 di salah satu perguruan tinggi negeri di Yokyakarta. Saat ini ia mengajar sekaligus menjadi konsultan pembelajaran di Rumah Kreasi dan Inovasi di Magelang. Beberapa karyanya telah diseminarkan di beberapa kampus, misalnya Pengembangan Pendidikan Pesantren: Telaah Filosofis terhadap Kurikulum dan Metodologi (2012), Peran Pesantren dalam Pemberdayaan Umat (2013), Pesantren sebagai Pusat Pembangunan Karakter (2014).
***
Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018

No comments:

Post a Comment