Sunday, February 10, 2019

KEUTAMAAN DAN MANFAAT PUASA SUNNAH

Waldaturrohimah
Tentang Peresensi
WILDATURROHIMAH. Lahir di Dusun Tenggina, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep, 28 November 2004. Riwayat pendidikannya dimulai dari RA Al-Habsyi, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep, lulus tahun 2008. MI Al-Ihsan II/A, Larangan Perreng, lulus tahun 2016. Saat ini ia duduk di kelas akhir MTs Al-Wathan, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep.

Kegiatan yang pernah diikuti di antaranya perkemahan Tingkat Penggalang di MA Al-Wathan tahun 2014. Pengalaman keorganisasian di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MTs Al-Wathan, jabatan Koordinator Bidang Pers dan Jurnalistik tahun 2016.

Saat ini ia tinggal di Dusun Tenggina, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep. Dia bisa dihubungi via nomor HP. 085330013663.
***
Buku Puasa Sunnah dan Hikmahnya
Judul buku : Puasa Sunnah dan Hikmahnya
Penulis : Muhammad Hamid
Penerbit : Tugu Publisher
Cetakan : Pertama,Januari 2015
Kota terbit : Yogyakarta
Tebal buku : 155 Halaman
Peresensi : Wildaturrohimah

Puasa merupakan suatu hal yang bisa dijadikan obat, karena dengan berpuasa mesin yang terus menerus bergerak dalam tubuh kita dapat beristirahat, di mana badan kita tidak ada kesempatan untuk beristirahat dalam mengelola makanan yang kita makan, maka yang terjadi kita akan dilanda oleh rasa sakit seperti sakit perut dan sebagainya.

Buku yang berjudul Puasa Sunah dan Hikmahnya ini merupakan buku yang ditulis oleh Muhammad Hamid yang isinya memberikan pengetahuan tentang berbagai macam puasa, dan mengingatkan kita untuk berpuasa, sebab puasa bisa menjadi media yang paling baik untuk memperbaiki akhlak setiap manusia.

Puasa termasuk ibadah mahdah yang pelaksanaannya harus mengacu kepada tuntutan, pedoman dan petunjuk dari AIIah melalui Rasulullah SAW.

Oleh karena itu, tujuan Rasulullah memerintahkan umatnya untuk berpuasa dengan harapan agar mereka memperoleh keselamatan dari jerat hawa nafsu yang bisa merusak jiwa dan raga mereka.

Puasa juga tergolong ibadah yang memiliki banyak fungsi. Ada tiga fungsi diperintahkannya untuk berpuasa oleh Allah. Tiga fungsi tersebut antara lain adalah tazhib (sarana untuk mengarahkan), ta’dib (membentuk karakteristik seseorang), tadrib (sarana latihan untuk berupaya menjadi seorang yang kamil dan paripurna) (hlm. 14).

Dan, puasa berguna sebagai muhasabah atau mengevaluasi diri untuk bisa turut serta hidup berdampingan dengan orang lain secara harmonis, tidak ada rasa sombong dan yang lebih penting puasa bisa menghilangkan rasa kecemburuan (hlm. 13).

Puasa memiliki rukun-rukun yang harus kita ketahui dalam melaksanakannya. Terdapat empat rukun puasa, yaitu pertama, niat di malam hari sebelum fajar. Allah SWT berfirman, ’’Dan tidaklah mereka disuruh kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan untuk-Nya.’’ (QS. Al-Bayyinah [98]: 5).

Kedua, mencegah diri dari makan dan minum hingga terbenam matahari. Allah SWT berfirman, ‘’Maka makan dan minumlah hingga jelas bagian benang putih dan benang hitam yaitu fajar kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam." (QS. Al-Baqarah [2]: 187).

Ketiga, mencegah diri dari bersetubuh di siang hari Ramadhan. Allah SWT berfirman, "Dihalalkan di malam puasa untuk bercampur dengan istri-istri kalian, mereka adalah pakaian bagi kalian dan kalian adalah pakaian bagi mereka." (QS. Al-Baqarah [2]: 187). 

Keempat, menjaga muntah. "Barang siapa yang muntah sedang berpuasa maka ia tidak usah qadha (tidak batal) dan barang siapa yang menyengaja muntah, maka hendaklah ia mengqadhanya." (HR. Ashhabus Sunan) (hlm. 42-43).

Dalam ibadah puasa mengandung beberapa hikmah dan faedah yang sangat besar,  di antaranya, pertama, sebagai rasa syukur kepada Allah, di mana manusia yang telah diberi nikmat oleh Allah wajiblah berterima kasih kepada-Nya atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, baik nikmat yang berupa hidup, kesehatan dan nikmat yang tertinggi adalah nikmat iman dan Islam. Allah SWT berfirman, "Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu meninggalkannya sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Ibrahim [14]: 34).

Kedua, menyehatkan badan, karena puasa yang baik dan benar juga akan memberikan  pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah, tetapi juga sudah dibuktikan oleh para dokter atau ahli kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu meragukannya lagi. Bukan hanya itu, puasa juga untuk mengingatkan bahwa kita adalah hamba yang hina, yang sangat membutuhkan makan dan minum.

Ketiga, bersyukur atas nikmat. Sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia tetapi mereka tidak pandai mensyukurinya. Padahal kalau manusia mau memperhatikan dan merenungi apa yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat menyenangkan, karena begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita peroleh. Di sinilah letak pentingnya ibadah puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai kenikmatan yang Allah berikan agar kita menjadi orang yang pandai bersyukur dan tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah memang sedikit dan kecil.

Keempat, mendidik sifat amanah serta  jujur, karena dengan berpuasa seseorang akan mampu melatih dirinya untuk menjadi orang dapat dipercaya, dan puasa juga untuk melatih dirinya bahwa ia selalu diawasi oleh Allah di mana pun dan kapan pun dia berada. Dengan demikian, jiwa orang yang berpuasa itu akan terbentuk dalam sifat amanah dan dipercaya oleh orang lain. Dan dengan puasa itu juga dia akan terdidik untuk bisa menjalani hak orang lain walaupun keras dorongan hawa nafsu. Selain amanah, puasa juga mengajarkan seseorang untuk selalu jujur, karena dengan puasa dia akan menghindarkan dirinya dari sifat bohong atau berdusta yang membatalkan pahala puasa dan dilarang oleh agama. Allah SWT berfirman, " Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Shaff [61]: 2-3).

Kelima, melatih ruhani, puasa juga memberikan hikmah atau manfaat bagi orang yang melaksanakannya. Salah satunya adalah sangat mendidik dan melatih rohani untuk memiliki jiwa yang tulus dan ikhlas, sebab dengan berpuasa seorang akan memperoleh kesiapan merelakan dirinya untuk menghadapi haus dan lapar sepanjang hari sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Melatih  jiwa untuk mengerjakan pekerjaan berat menjadi ringan hanya karena didorong rasa cinta kepala Allah SWT serta didorong oleh rasa kewajiban dan dedikasi yang tinggi disertai tanggung jawab, karena diri sendiri adalah selaku hamba Allah  (hlm. 59-66).

Selain rukun dan hikmah puasa, ada beberapa macam puasa, misalnya puasa Syawal. Puasa ini biasanya dikerjakan selama enam hari di bulan Syawal, dan boleh dilakukan secara berurutan atau tidak. Cara pelaksanaannya bisa pada awal bulan, bisa pertengahan bulan, atau akhir bulan. Puasa enam hari pada bulan Syawal hukumnya sunnah. Puasa ini lebih utama dikerjakan selepas mengerjakan puasa Ramadhan. Puasa ini termasuk amalan sunnah yang dianjurkan oleh syariat Islam. Banyak sekali keutamaan dan pahala-pahala besar yang terkandung dalam puasa ini. Ibnu Khuzaimah meriwayatkan keutamaan puasa ini bersumber dari Rasulullah SAW. ’’Puasa bulan Ramadhan setara dengan puasa sepuluh bulan, sedang puasa enam hari pada bulan syawal setara dengan puasa dua bulan, itulah puasa setahun penuh.’’ (hlm. 68).

Salah satu faedah yang penting dari dilaksanakanya puasa enam hari bulan Syawal yaitu sebagai penutup lubang atau bisa menjadi pengganti (badal) kekurangan puasa wajib yang masih belum genap satu bulan penuh pada bulan Ramadhan.

Dan, perlu di ingat pula bahwa puasa-puasa sunnah dan sedekah yang dipergunakan seorang hamba dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah pada bulan Ramadhan adalah disyariatkan pula sepanjang tahun.

Maka dari itu, bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa yang merasa  kehilangan bulan Ramadhan, waktu yang sangat tepat untuk mengerjakan  kemuliaan bulan tersebut adalah dengan berpuasa di bulan Syawal (hlm. 74).

Selain puasa Syawal, masih ada puasa Senin Kamis. Puasa ini termasuk sunnah Rasulullah SAW semasa hidupnya. Beliau selalu rutin menjalankan ibadah ini karena manfaatnya yang sangat baik untuk kesehatan dan melanggengkan atau melatih untuk istiqamah. Dan, yang lebih tinggi hikmahnya bisa menambal puasa kita pada bulan Ramadhan yang kurang atau hilang pahalanya.

Dalam buku Kehebatan Puasa Senin Kamis yang ditulis oleh Imam Bukhari (Penerbit Vision 3) disebutkan, hikmah puasa Senin Kamis itu terutama menyehatkan jiwa raga, mencerdaskan, serta memudahkan beragam urusan.

Puasa Senin Kamis merupakan salah satu alat yang cukup relavan untuk meningkatkan kualitas nafsu seseorang dari nafsu amarah (berjiwa liar) secara bertahap ditingkatkan menjadi nafsu muthmainnah (berjiwa tenang). Hal ini akan sangat membantu seseorang meraih sukses dalam urusan pekerjaan maupun rumah tangganya.

Tidak hanya itu, ada pula puasa Muharram. Puasa ini adalah puasa yang dilakukan ketika bulan Muharram. Waktu pelaksanaannya pada hari kapan pun yang saat bulan mulia itu tiba. Para ulama menyebutkan bahwa puasa di bulan Muharram ada 3 tingkatan, pertama, puasa selama tiga hari, yaitu pada hari ke-9, 10, dan ke-11. Kedua, berpuasa pada hari ke-9 dan ke-10. Ketiga, berpuasa hanya pada hari ke-10 saja (hri Asura) (hlm.76).

Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, Muharram disebutkan dengan syarullah (bulan Allah) yang memiliki dua hikmah yang agung di antaranya, pertama, untuk menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Muharram. Kedua, adalah untuk menunjukkan kekuasaan Allah dalam mengharamkan bulan Muharram (hlm. 76).

Di samping itu, bulan Muharram juga memiliki banyak keutamaan. Salah satunya adalah sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah puasa bulan Muharram, sedang shalat yang paling afdhal sesudah shalat fardu adalah shalat malam." (HR. Muslim).

Dalam Islam, ada empat bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT, yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan bulan Rajab. Di bulan-bulan ini umat manusia dihimbau untuk tidak melaksanakan pertumpahan darah. Dan bagi umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan taqarrub ilallah. (hlm 78).

Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada       bulan Muharram. Namun demikian, juga sebagian umat Islam menjadikan bulan Muharram sebagian bulan anak yatim. Karena menyantuni dan memelihara anak yatim adalah sesuatu yang sangat mulia dan dapat dilakukan kapan saja.

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Islam. Oleh karena itu, salah satu momentum yang sangat penting bagi umat Islam harus menjadikan pergantian tahun baru Islam tersebut untuk bermuhasabah terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan dan rencana ke depan yang lebih baik lagi. Selain itu semua, masih ada keutamaan puasa Rajab, Bulan Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram atau yang dimuliakan Allah SWT. (Bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan muharram itulah (ketetapan) agama yang lurus” Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan pergilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa." (QS. At-Taubah [9]: 36).

Fenomena pergantian bulan di mata muslim adalah salah satu sarana untuk mengingat kekuasaan Allah SWT dan dalam rangka untuk mengambil ibrah dalam kehidupan juga sebagai sarana ibadah (hlm. 90).

Demikian pemaparan singkat tentang keutamaan dan manfaat puasa sunnah ini sehingga kita bisa mengetahui betapa banyak hikmah dan faidah yang sangat besar di dalamnya. Dan penjelasan di atas sudah cukup jelas untuk menggambarkan isi buku ini. Tentu di dalamnya berisi pelajaran-pelajaran kepada kita untuk lebih meningkatkan penghayatan pada puasa. Karena puasa bisa menjadi media yang sangat baik untuk memperbaiki akhlak kita, dan puasa juga bisa berguna sebagai muhasabah diri untuk bisa lebih harmonis dengan sesama, tidak ada rasa sombong dan menghilangkan rasa kecemburuan sosial.

Di samping itu, kelebihan buku ini juga ulasannya mudah dipahami oleh setiap kalangan.  Bahasa yang digunakan sangat komonikatif dan tidak terbelit-belit. Siapapun yang membacanya akan lebih mudah memahami isinya.Tidak hanya itu, buku ini juga bersumber dari Al-Quran dan hadits sehingga lebih mantap untuk diamalkan.
                  
Di samping kelebihan di atas, ada beberapa kekurangan yang juga perlu diketahui oleh pembaca. Di antaranya adalah ada beberapa kata dan tanda baca yang digunakan dalam buku ini tidak sejalan dengan aturan baku bahasa Indonesia, contohnya dapat dilihat di beberapa halaman, misalnya halaman 7, 13, 33, 48, 54, 64 dan 65.

Meskipun terdapat kekurangan tersebut, tetapi tidak berpengaruh terhadap isi buku ini untuk meningkatkan kualitas ibadah puasa. Karena isinya menuntun para pembaca agar puasa yang dikerjakan lebih baik sehingga meraih puspa ragam hikmah puasa.
***
Tentang Penulis
MUHAMMAD HAMID, dilahirkan di Kabupaten Malang, Jawa Timur pada tanggal 10 Desember 1965. Penulis menyelesaikan pendidikan SMA di Kota Malang dan melanjutkan studinya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, mengambil jurusan Dakwah. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia mengabdikan ilmunya menjadi pengajar di Madrasa Aliyah dan memberikan dakwah agama di beberapa tempat. Sampai saat ini penulis tinggal dengan anak dan istrinya di Kota Malang.
***
Sumenep, 10 Februari 2019

Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2018/2019. (MQ).
© 2019

No comments:

Post a Comment