Waldaturrohimah |
Tentang Peresensi
WILDATURROHIMAH. Lahir di Dusun
Tenggina, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep, 28 November 2004. Riwayat
pendidikannya dimulai dari RA Al-Habsyi, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep,
lulus tahun 2008. MI Al-Ihsan II/A, Larangan Perreng, lulus tahun 2016. Saat
ini ia duduk di kelas akhir MTs Al-Wathan, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep.
Kegiatan yang pernah
diikuti di antaranya perkemahan Tingkat Penggalang di MA Al-Wathan tahun 2014.
Pengalaman keorganisasian di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MTs
Al-Wathan, jabatan Koordinator Bidang Pers dan Jurnalistik tahun 2016.
Saat ini ia
tinggal di Dusun Tenggina, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep. Dia bisa
dihubungi via nomor HP. 085330013663.
***
Penulis : Muhammad
Hamid
Penerbit : Tugu
Publisher
Cetakan
: Pertama,Januari 2015
Kota
terbit : Yogyakarta
Tebal buku
: 155 Halaman
Peresensi : Wildaturrohimah
Puasa merupakan
suatu hal yang bisa dijadikan obat, karena dengan berpuasa mesin yang terus
menerus bergerak dalam tubuh kita dapat beristirahat, di mana badan kita tidak
ada kesempatan untuk beristirahat dalam mengelola makanan yang kita makan, maka
yang terjadi kita akan dilanda oleh rasa sakit seperti sakit perut dan
sebagainya.
Buku yang
berjudul Puasa Sunah dan Hikmahnya ini merupakan buku yang ditulis oleh
Muhammad Hamid yang isinya memberikan pengetahuan tentang berbagai macam puasa,
dan mengingatkan kita untuk berpuasa, sebab puasa bisa menjadi media yang
paling baik untuk memperbaiki akhlak setiap manusia.
Puasa termasuk
ibadah mahdah yang pelaksanaannya harus mengacu kepada tuntutan, pedoman dan
petunjuk dari AIIah melalui Rasulullah SAW.
Oleh karena itu,
tujuan Rasulullah memerintahkan umatnya untuk berpuasa dengan harapan agar
mereka memperoleh keselamatan dari jerat hawa nafsu yang bisa merusak jiwa dan
raga mereka.
Puasa juga
tergolong ibadah yang memiliki banyak fungsi. Ada tiga fungsi diperintahkannya
untuk berpuasa oleh Allah. Tiga fungsi tersebut antara lain adalah tazhib
(sarana untuk mengarahkan), ta’dib (membentuk karakteristik seseorang), tadrib
(sarana latihan untuk berupaya menjadi seorang yang kamil dan paripurna) (hlm.
14).
Dan, puasa
berguna sebagai muhasabah atau mengevaluasi diri untuk bisa turut serta hidup
berdampingan dengan orang lain secara harmonis, tidak ada rasa sombong dan yang
lebih penting puasa bisa menghilangkan rasa kecemburuan (hlm. 13).
Puasa memiliki
rukun-rukun yang harus kita ketahui dalam melaksanakannya. Terdapat empat rukun
puasa, yaitu pertama, niat di malam hari sebelum fajar. Allah SWT berfirman,
’’Dan tidaklah mereka disuruh kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan
mengikhlaskan ketaatan untuk-Nya.’’ (QS. Al-Bayyinah [98]: 5).
Kedua, mencegah diri dari makan dan minum hingga terbenam matahari.
Allah SWT berfirman, ‘’Maka makan dan minumlah hingga jelas bagian benang
putih dan benang hitam yaitu fajar kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
malam." (QS. Al-Baqarah [2]: 187).
Ketiga, mencegah diri dari bersetubuh di siang hari Ramadhan. Allah SWT berfirman,
"Dihalalkan di malam puasa untuk bercampur dengan istri-istri kalian, mereka
adalah pakaian bagi kalian dan kalian adalah pakaian bagi mereka." (QS. Al-Baqarah
[2]: 187).
Keempat, menjaga muntah. "Barang siapa yang muntah sedang
berpuasa maka ia tidak usah qadha (tidak batal) dan barang siapa yang
menyengaja muntah, maka hendaklah ia mengqadhanya." (HR. Ashhabus Sunan)
(hlm. 42-43).
Dalam ibadah
puasa mengandung beberapa hikmah dan faedah yang sangat besar, di antaranya, pertama, sebagai rasa
syukur kepada Allah, di mana manusia yang telah diberi nikmat oleh Allah
wajiblah berterima kasih kepada-Nya atas nikmat yang telah Allah berikan kepada
kita, baik nikmat yang berupa hidup, kesehatan dan nikmat yang tertinggi adalah
nikmat iman dan Islam. Allah SWT berfirman, "Dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu meninggalkannya sesungguhnya
manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS.
Ibrahim [14]: 34).
Kedua, menyehatkan badan, karena puasa yang baik dan benar juga akan
memberikan pengaruh positif berupa
kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah, tetapi juga
sudah dibuktikan oleh para dokter atau ahli kesehatan dunia yang membuat kita
tidak perlu meragukannya lagi. Bukan hanya itu, puasa juga untuk mengingatkan
bahwa kita adalah hamba yang hina, yang sangat membutuhkan makan dan minum.
Ketiga, bersyukur atas nikmat. Sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan
yang Allah berikan kepada manusia tetapi mereka tidak pandai mensyukurinya. Padahal
kalau manusia mau memperhatikan dan merenungi apa yang diperolehnya sebenarnya
sudah sangat menyenangkan, karena begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu
tidak lebih banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita peroleh. Di sinilah
letak pentingnya ibadah puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai
kenikmatan yang Allah berikan agar kita menjadi orang yang pandai bersyukur dan
tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah memang
sedikit dan kecil.
Keempat, mendidik sifat amanah serta
jujur, karena dengan berpuasa seseorang akan mampu melatih dirinya untuk
menjadi orang dapat dipercaya, dan puasa juga untuk melatih dirinya bahwa ia
selalu diawasi oleh Allah di mana pun dan kapan pun dia berada. Dengan demikian,
jiwa orang yang berpuasa itu akan terbentuk dalam sifat amanah dan dipercaya
oleh orang lain. Dan dengan puasa itu juga dia akan terdidik untuk bisa
menjalani hak orang lain walaupun keras dorongan hawa nafsu. Selain amanah, puasa
juga mengajarkan seseorang untuk selalu jujur, karena dengan puasa dia akan
menghindarkan dirinya dari sifat bohong atau berdusta yang membatalkan pahala puasa
dan dilarang oleh agama. Allah SWT berfirman, " Wahai orang-orang yang
beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."
(QS. As-Shaff [61]: 2-3).
Kelima, melatih ruhani, puasa juga memberikan hikmah atau manfaat bagi
orang yang melaksanakannya. Salah satunya adalah sangat mendidik dan melatih
rohani untuk memiliki jiwa yang tulus dan ikhlas, sebab dengan berpuasa seorang
akan memperoleh kesiapan merelakan dirinya untuk menghadapi haus dan lapar
sepanjang hari sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Melatih jiwa untuk mengerjakan pekerjaan berat
menjadi ringan hanya karena didorong rasa cinta kepala Allah SWT serta didorong
oleh rasa kewajiban dan dedikasi yang tinggi disertai tanggung jawab, karena
diri sendiri adalah selaku hamba Allah (hlm.
59-66).
Selain rukun dan
hikmah puasa, ada beberapa macam puasa, misalnya puasa Syawal. Puasa ini biasanya
dikerjakan selama enam hari di bulan Syawal, dan boleh dilakukan secara
berurutan atau tidak. Cara pelaksanaannya bisa pada awal bulan, bisa
pertengahan bulan, atau akhir bulan. Puasa enam hari pada bulan Syawal hukumnya
sunnah. Puasa ini lebih utama dikerjakan selepas mengerjakan puasa Ramadhan. Puasa
ini termasuk amalan sunnah yang dianjurkan oleh syariat Islam. Banyak sekali
keutamaan dan pahala-pahala besar yang terkandung dalam puasa ini. Ibnu Khuzaimah
meriwayatkan keutamaan puasa ini bersumber dari Rasulullah SAW. ’’Puasa
bulan Ramadhan setara dengan puasa sepuluh bulan, sedang puasa enam hari pada bulan
syawal setara dengan puasa dua bulan, itulah puasa setahun penuh.’’ (hlm. 68).
Salah satu faedah
yang penting dari dilaksanakanya puasa enam hari bulan Syawal yaitu sebagai
penutup lubang atau bisa menjadi pengganti (badal) kekurangan puasa wajib yang
masih belum genap satu bulan penuh pada bulan Ramadhan.
Dan, perlu di
ingat pula bahwa puasa-puasa sunnah dan sedekah yang dipergunakan seorang hamba
dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah pada bulan Ramadhan adalah
disyariatkan pula sepanjang tahun.
Maka dari itu, bagi
orang yang melaksanakan ibadah puasa yang merasa kehilangan bulan Ramadhan, waktu yang sangat
tepat untuk mengerjakan kemuliaan bulan
tersebut adalah dengan berpuasa di bulan Syawal (hlm. 74).
Selain puasa Syawal,
masih ada puasa Senin Kamis. Puasa ini termasuk sunnah Rasulullah SAW semasa
hidupnya. Beliau selalu rutin menjalankan ibadah ini karena manfaatnya yang
sangat baik untuk kesehatan dan melanggengkan atau melatih untuk istiqamah. Dan,
yang lebih tinggi hikmahnya bisa menambal puasa kita pada bulan Ramadhan yang
kurang atau hilang pahalanya.
Dalam buku Kehebatan
Puasa Senin Kamis yang ditulis oleh Imam Bukhari (Penerbit Vision 3) disebutkan,
hikmah puasa Senin Kamis itu terutama menyehatkan jiwa raga, mencerdaskan,
serta memudahkan beragam urusan.
Puasa Senin Kamis
merupakan salah satu alat yang cukup relavan untuk meningkatkan kualitas nafsu
seseorang dari nafsu amarah (berjiwa liar) secara bertahap ditingkatkan
menjadi nafsu muthmainnah (berjiwa tenang). Hal ini akan sangat membantu
seseorang meraih sukses dalam urusan pekerjaan maupun rumah tangganya.
Tidak hanya itu,
ada pula puasa Muharram. Puasa ini adalah puasa yang dilakukan ketika bulan Muharram.
Waktu pelaksanaannya pada hari kapan pun yang saat bulan mulia itu tiba. Para
ulama menyebutkan bahwa puasa di bulan Muharram ada 3 tingkatan, pertama,
puasa selama tiga hari, yaitu pada hari ke-9, 10, dan ke-11. Kedua,
berpuasa pada hari ke-9 dan ke-10. Ketiga, berpuasa hanya pada hari ke-10
saja (hri Asura) (hlm.76).
Ibnu Rajab
Al-Hambali mengatakan, Muharram disebutkan dengan syarullah (bulan
Allah) yang memiliki dua hikmah yang agung di antaranya, pertama, untuk
menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Muharram. Kedua, adalah untuk
menunjukkan kekuasaan Allah dalam mengharamkan bulan Muharram (hlm. 76).
Di samping itu,
bulan Muharram juga memiliki banyak keutamaan. Salah satunya adalah sebagaimana
sabda Rasulullah SAW, “Puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah
puasa bulan Muharram, sedang shalat yang paling afdhal sesudah shalat fardu
adalah shalat malam." (HR. Muslim).
Dalam Islam, ada
empat bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT, yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah,
Muharram dan bulan Rajab. Di bulan-bulan ini umat manusia dihimbau untuk tidak
melaksanakan pertumpahan darah. Dan bagi umat Islam dianjurkan untuk
meningkatkan taqarrub ilallah. (hlm 78).
Selain berpuasa,
umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak
makanan untuk keluarganya pada bulan
Muharram. Namun demikian, juga sebagian umat Islam menjadikan bulan Muharram
sebagian bulan anak yatim. Karena menyantuni dan memelihara anak yatim adalah
sesuatu yang sangat mulia dan dapat dilakukan kapan saja.
Bulan Muharram
adalah bulan pertama dalam kalender Islam. Oleh karena itu, salah satu momentum
yang sangat penting bagi umat Islam harus menjadikan pergantian tahun baru Islam
tersebut untuk bermuhasabah terhadap
langkah-langkah yang telah dilakukan dan rencana ke depan yang lebih baik lagi.
Selain itu semua, masih ada keutamaan puasa Rajab, Bulan Rajab adalah salah
satu dari empat bulan haram atau yang dimuliakan Allah SWT. (Bulan Dzulqa’dah,
Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya bilangan
bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu
dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan muharram itulah
(ketetapan) agama yang lurus” Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam
bulan yang empat itu, dan pergilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana
merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta
orang-orang yang bertaqwa." (QS. At-Taubah [9]: 36).
Fenomena
pergantian bulan di mata muslim adalah salah satu sarana untuk mengingat
kekuasaan Allah SWT dan dalam rangka untuk mengambil ibrah dalam kehidupan juga
sebagai sarana ibadah (hlm. 90).
Demikian
pemaparan singkat tentang keutamaan dan manfaat puasa sunnah ini sehingga kita
bisa mengetahui betapa banyak hikmah dan faidah yang sangat besar di dalamnya.
Dan penjelasan di atas sudah cukup jelas untuk menggambarkan isi buku ini. Tentu
di dalamnya berisi pelajaran-pelajaran kepada kita untuk lebih meningkatkan penghayatan
pada puasa. Karena puasa bisa menjadi media yang sangat baik untuk memperbaiki
akhlak kita, dan puasa juga bisa berguna sebagai muhasabah diri untuk bisa lebih
harmonis dengan sesama, tidak ada rasa sombong dan menghilangkan rasa
kecemburuan sosial.
Di samping itu,
kelebihan buku ini juga ulasannya mudah dipahami oleh setiap kalangan. Bahasa yang digunakan sangat komonikatif dan
tidak terbelit-belit. Siapapun yang membacanya akan lebih mudah memahami isinya.Tidak
hanya itu, buku ini juga bersumber dari Al-Quran dan hadits sehingga lebih
mantap untuk diamalkan.
Di samping
kelebihan di atas, ada beberapa kekurangan yang juga perlu diketahui oleh
pembaca. Di antaranya adalah ada beberapa kata dan tanda baca yang digunakan
dalam buku ini tidak sejalan dengan aturan baku bahasa Indonesia, contohnya
dapat dilihat di beberapa halaman, misalnya halaman 7, 13, 33, 48, 54, 64 dan 65.
Meskipun terdapat
kekurangan tersebut, tetapi tidak berpengaruh terhadap isi buku ini untuk
meningkatkan kualitas ibadah puasa. Karena isinya menuntun para pembaca agar
puasa yang dikerjakan lebih baik sehingga meraih puspa ragam hikmah puasa.
***
Tentang Penulis
MUHAMMAD HAMID, dilahirkan di
Kabupaten Malang, Jawa Timur pada tanggal 10 Desember 1965. Penulis
menyelesaikan pendidikan SMA di Kota Malang dan melanjutkan studinya di IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, mengambil jurusan Dakwah. Setelah menyelesaikan
pendidikannya, ia mengabdikan ilmunya menjadi pengajar di Madrasa Aliyah dan
memberikan dakwah agama di beberapa tempat. Sampai saat ini penulis tinggal
dengan anak dan istrinya di Kota Malang.
***
Sumenep,
10 Februari 2019Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2018/2019. (MQ).
© 2019
No comments:
Post a Comment