Saturday, September 21, 2019

AKHLAK SEBAGAI TOLOK UKUR KEIMANAN




Oleh : Musyarifah *)
 
Musyarifah

Kebaikan perilaku seseorang tercermin dalam akhlaknya. Akhlak merupakan tolok ukur kesempurnaan iman seseorang. Bahkan paling top iman seseorang manakala ia memiliki akhlak terbaik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad berikut. 

اَكْمَلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِيْماَناً اَحْسَنَهُمْ خُلُقاً . ( رواه أحمد ) .

Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik budi pekertinya. (HR. Ahmad).

Iman dan budi pekerti adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan dan keduanya memiliki dampak positif bagi seseorang. Dari urgennya akhlak, maka visi terutusnya Rasulullah SAW ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah SAW sendiri sebagai sosok panutan umat sepanjang masa memiliki keagungan akhlak yang luar biasa sehingga Allah sendiri pernah memuji akhlak beliau yang begitu indah, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an berikut ini.

وَاِنَّكَ لَعَلىَ خُلُقٍ عَظِيْمٍ . (القلم :4)
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam [68]: 4).

Disebutkan dalam sebuah riwayat, ketika beliau hijrah ke Thaif, sebelum hijrah ke Madinah, beliau bukannya disambut dengan penuh ramah dan suka cita sebagai Nabi Allah, tetapi justru beliau dilempari batu oleh orang-orang Thaif sampai-sampai wajah beliau mengeluarkan darah, meskipun demikian beliau tidak pernah marah bahkan beliau malah mendoakan mereka :

اَللهُمَّ اهْدِيْ قَوْمِيْ فَاِنَّهُمْ لاَيَعْلَمُوْنَ
Ya Allah, tunjukkanlah (beri hidayah) kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.

Oleh karena itu, beliau memandang akhlak yang baik merupakan salah satu kunci kesuksesan seorang pemimpin dan orang yang berakhlak mulia itu akan memperberat timbangannya besok di akhirat. Sebagaimana sabda Nabi SAW berikut ini.

Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada budi pekerti yang baik. Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji dan buruk perkataannya." (HR. Tirmidzi).

Akhlak memang dapat dijadikan tolok ukur seseorang. Seorang pemimpin akan kandas perjalanan kepemimpinannya ketika dia sudah melupakan budi pekerti yang baik. Napoleon Bonaparte seorang jenderal perang yang disegani di Eropa, luas kekuasaannya, akhirnya jatuh terjungkal dari kursi kekuasaannya akibat tergoda seorang perempuan yang bernama Margaret Josephine.

Oleh karena itu, akhlak yang baik dibutuhkan bagi seseorang yang akan menjadi pemimpin bangsa, bahkan bangsa itu sendiri, generasi mudanya haruslah mempunyai budi pekerti yang baik, jika ingin bangsa tersebut tetap jaya dan disegani bangsa-bangsa lain. Namun, jika sebaliknya, bila para generasi mudanya dilanda krisis akhlak, suka minuman keras, perjudian, pergaulan bebas antara wanita dan pria, maka tunggu saja kehancuran bangsa itu.

Suatu ketika Rasulullah ditanya tentang siapa yang paling banyak memenuhi surga. Disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah RA :
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ أكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ ؟ قاَلَ : تَقْوَى اللهِ وَحَسْنُ الْخُلُقِ... (رواه الترمذي) .

Rasulullah SAW ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan manusia ke surga. Beliau bersabda, "Takwa kepada Allah dan budi pekerti yang baik." (HR. At-Tirmidzi).

Terkadang manusia mempunyai cita-cita untuk menjadi orang yang dimuliakan dan dihormati oleh orang lain, karena itu, seseorang yang mempunyai keinginan seperti itu harus lebih mengintrospeksi diri, mulai dari menguatkan iman dan memperbaiki budi pekertinya, agar orang lain dapat menyimpulkan bahwa orang itu dapat dijadikan panutan, lalu orang lain tidak segan untuk menghormati kita. Tapi, jangan pernah kita mengerjakan semua itu hanya karena ingin mendapatkan pujian orang lain, niatkanlah semua yang kita kerjakan semata karena Allah.

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari kakeknya bahwa Nabi SAW bersabda.
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ نُحْلٍ أفْضَلُ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ .

Tidak ada satu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang utama daripada pemberian budi pekerti yang baik.

Mereka para orang tua bertanggung jawab untuk membersihkan lidah anak-anak dari kata mencela orang lain dan buruk sangka terhadap kawan-kawannya, serta memperbaiki iman dan budi pekertinya agar sang anak tidak dijauhi teman-temannya karena akhlak tercela yang dimiliki sang anak. Jika akhlak seseorang sudah tertanam sejak kecil, maka ketika dewasa dia akan mudah mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari karena sudah terbiasa sejak kecil.

Wallah a'lam.
***

Sumenep, 21 September 2019
________
*) Penulis adalah siswi kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan.

No comments:

Post a Comment