Saturday, September 21, 2019

MENANAMKAN AKHLAKUL KARIMAH DI KALANGAN REMAJA


Oleh : Wiqayatur Rohmaniyah *)

Wiqayatur Rohmaniyah
Ketika saya bertafakur sejenak tentang akhlak remaja di era kekinian, berkelabat dalam benak perilaku sebagian oknum remaja yang sedang dilanda krisis akhlak. Tentu hal itu membuat kita miris bila perilaku mereka tersebut tak terkendali sehingga bisa jadi berdampak negatif pada masa depan mereka selaku penerus perjuangan bangsa dalam berbagai aspek kehidupan. Mengingat pentingnya peranan akhlak dalam kehidupan manusia, dirasa sangat penting pendidikan akhlak ditata sejak dini sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai benteng diri, mengingat tantangan hidup yang mengancam akhlak remaja di era milenial dewasa ini mengalir semakin deras dan kompleks.

Sedikit membingungkan dan berat memang menata akhlak anak zaman sekarang. Sebab, pamor akhlak dari waktu ke waktu semakin redup, tertindih oleh hal-hal negatif yang sepertinya dianggap oleh banyak kalangan sebagai sesuatu yang positif. Dengan demikian, dibutuhkan daya upaya dari setiap kalangan, baik orang tua, guru dan teman untuk membina kesadaran mereka sehingga mereka bisa membedakan akhlak terpuji lalu mengamalkannya dan bisa memilah akhlak tercela lalu menepisnya.

Seperti yang sudah kita pelajari bahwa akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak terpuji (mahmudah) dan akhlak tercela (madzmumah). Sekilas saya akan menyinggung kembali dua macam akhlak tersebut. Akhlak terpuji adalah akhlak yang mulia yang harus kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan akhlak tercela adalah merupakan akhlak yang bertolak belakang dengan akhlak terpuji itu yang harus kita jauhi.

Mari kita sedikit melihat dan mencermati perilaku remaja masa kini. Salah satunya pergaulan bebas di kalangan mereka. Di antara sebab terjadinya pergaulan bebas tersebut berawal dari terkikisnya akhlak mereka.

Dalam diri manusia terdapat dua potensi yang saling mempengaruhi perbuatannya, yaitu potensi baik dan buruk. Sebagaimana dalam firman Allah berikut ini:

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا . قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا .
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams [91]: 8-10).

Ibarat sebuah perlombaan, akhlak terpuji dan tercela bersaing ketat di medan laga untuk menjadi pemenang. Perjuangan berat manusia adalah bagaimana potensi baik tersebut bisa dominan dalam dirinya, mampu menaklukkan potensi buruk tersebut. Dalam hal ini, jangan sampai pengaruh akhlak terpuji tertinggal jauh beberapa langkah dari akhlak tercela.

Di mana pun kita berada dan apapun status kita, di situlah kita harus berakhlak. Seorang hamba berakhlak kepada Allah, anak menaruh hormat dan taat pada orang tua, adik hormat pada kakak-kakaknya, kakak belas kasih pada adik-adiknya, murid takzim pada guru-gurunya, dan guru telaten mendidik murid-muridnya.

Kita pintar belum tentu kita berakhlak, kita cerdas juga tidak menjamin kita berakhlak, tapi kita berakhlak pastilah karena kita berilmu. Sebab ilmu, kita bisa tahu untuk berakhlak.

Di era milenial ini spirit akhlak terpuji harus kita perjuangkan untuk selalu menyala. Bila akhlak ini padam, tertimbun puing-puing perilaku negatif, lalu siapa yang harus bertanggung jawab untuk memulihkannya? Tentu tanggung jawab kita semua.

Mari kita bersama-sama berkomitmen menghidupkan akhlak mulia dalam perilaku kita sehari-hari karena dengan berakhlak kita menjadi mulia, hidup kita semakin indah, sebab, akhlak di atas segalanya.

Wallah a'lam.


***

Sumenep, 21 September 2019

__________
*) Penulis adalah youtuber, siswi kelas IX (sembilan) dan Ketua OSIS MTs Al-Wathan periode 2019/2020.

Silakan klik tautan berikut:  https://www.youtube.com/watch?v=DSc2j-sM_0I

No comments:

Post a Comment