Oleh : Wiqayatur Rohmaniyah *)
Ketika saya bertafakur sejenak tentang akhlak remaja
di era kekinian, berkelabat dalam benak perilaku sebagian oknum remaja yang sedang
dilanda krisis akhlak. Tentu hal itu membuat kita miris bila perilaku mereka
tersebut tak terkendali sehingga bisa jadi berdampak negatif pada masa depan
mereka selaku penerus perjuangan bangsa dalam berbagai aspek kehidupan. Mengingat
pentingnya peranan akhlak dalam kehidupan manusia, dirasa sangat penting
pendidikan akhlak ditata sejak dini sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai benteng diri, mengingat tantangan hidup yang mengancam
akhlak remaja di era milenial dewasa ini mengalir semakin deras dan kompleks.
Sedikit membingungkan dan berat memang menata akhlak
anak zaman sekarang. Sebab, pamor akhlak dari waktu ke waktu semakin redup,
tertindih oleh hal-hal negatif yang sepertinya dianggap oleh banyak kalangan
sebagai sesuatu yang positif. Dengan demikian, dibutuhkan daya upaya dari
setiap kalangan, baik orang tua, guru dan teman untuk membina kesadaran mereka
sehingga mereka bisa membedakan akhlak terpuji lalu mengamalkannya dan bisa
memilah akhlak tercela lalu menepisnya.
Seperti yang sudah kita pelajari bahwa akhlak terbagi
menjadi dua, yaitu akhlak terpuji (mahmudah) dan akhlak tercela (madzmumah).
Sekilas saya akan menyinggung kembali dua macam akhlak tersebut. Akhlak terpuji
adalah akhlak yang mulia yang harus kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari,
sedangkan akhlak tercela adalah merupakan akhlak yang bertolak belakang dengan
akhlak terpuji itu yang harus kita jauhi.
Mari kita sedikit melihat dan mencermati perilaku
remaja masa kini. Salah satunya pergaulan bebas di kalangan mereka. Di antara
sebab terjadinya pergaulan bebas tersebut berawal dari terkikisnya akhlak
mereka.
Dalam diri manusia terdapat dua potensi yang saling
mempengaruhi perbuatannya, yaitu potensi baik dan buruk. Sebagaimana dalam
firman Allah berikut ini:
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا . قَدْ أَفْلَحَ
مَنْ زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا .
Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams [91]: 8-10).
Ibarat sebuah perlombaan, akhlak terpuji dan tercela
bersaing ketat di medan laga untuk menjadi pemenang. Perjuangan berat manusia
adalah bagaimana potensi baik tersebut bisa dominan dalam dirinya, mampu
menaklukkan potensi buruk tersebut. Dalam hal ini, jangan sampai pengaruh akhlak
terpuji tertinggal jauh beberapa langkah dari akhlak tercela.
Di mana pun kita berada dan apapun status kita, di situlah
kita harus berakhlak. Seorang hamba berakhlak kepada Allah, anak menaruh hormat
dan taat pada orang tua, adik hormat pada kakak-kakaknya, kakak belas kasih pada
adik-adiknya, murid takzim pada guru-gurunya, dan guru telaten mendidik
murid-muridnya.
Kita pintar belum tentu kita berakhlak, kita cerdas
juga tidak menjamin kita berakhlak, tapi kita berakhlak pastilah karena kita
berilmu. Sebab ilmu, kita bisa tahu untuk berakhlak.
Di era milenial ini spirit akhlak terpuji harus kita
perjuangkan untuk selalu menyala. Bila akhlak ini padam, tertimbun puing-puing
perilaku negatif, lalu siapa yang harus bertanggung jawab untuk memulihkannya? Tentu
tanggung jawab kita semua.
Mari kita bersama-sama berkomitmen menghidupkan akhlak
mulia dalam perilaku kita sehari-hari karena dengan berakhlak kita menjadi
mulia, hidup kita semakin indah, sebab, akhlak di atas segalanya.
Wallah a'lam.
Wallah a'lam.
***
Sumenep, 21 September 2019
__________
*)
Penulis adalah youtuber, siswi kelas IX (sembilan) dan Ketua OSIS MTs Al-Wathan
periode 2019/2020.
Silakan klik tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=DSc2j-sM_0I
No comments:
Post a Comment