Tuesday, July 31, 2018

BERSELFIE BOLEH SAJA ASAL TAHU DIRI

Oleh Wulan Amilia Rahman*)

Salah satu aktivitas sampingan yang diminati manusia sekarang adalah berfoto selfie di sela-sela aktivitas lainnya. Banyak keistimewaan yang bisa diperoleh dari berselfie, di antaranya bisa mengabadikan momen-momen penting ketika kita sedang berlibur bersama keluarga di pantai, musium, pemandian, pegunungan atau lainnya. Di sana kita menjumpai banyak pemandangan yang indah sehingga membuat latar foto selfie kita menjadi istimewa dan sangat menghibur.

Dengan memposting foto selfie tersebut ke media sosial berarti kita mengabadikan momen penting tak terlupakan itu yang di kemudian hari mudah kita kenang kembali.

Dengan maraknya foto selfie orang berlomba-lomba mengombar gaya terbaiknya sehingga mudah berbohong demi mencari perhatian orang lain. Misalnya orang berselfie di jendela pesawat yang kenyataannya foto tersebut editan belaka.

Banyak perempuan muslimah meng-upload foto selfienya ke media sosial dengan gaya penampilan dan pakaian yang dikenakan tidak mencerminkan sebagai insan muslimah. Hal itu mencederai harga dirinya.

Kecanduan berfoto selfie membuat orang lupa diri sehingga kurang memperhatikan keselamatannya. Misalnya bereforia di dekat jurang yang membahayakan nyawanya, atau di tempat-tempat berbahaya lainnya.

Berselfie boleh saja asalkan kita tahu diri tentang maslahat dan mafsadatnya.
***
Sumenep, 26 Juli 2018
__________
*) Penulis adalah siswi kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan.

Monday, July 30, 2018

BERSELFIE UNTUK LEBIH MENGENALI DIRI SENDIRI

Oleh Sulaiman*)

Berfoto selfie sudah tidak asing lagi di telinga kita, bahkan sekarang berselfie sudah menjadi kegiatan yang "wajib" dilakukan dalam berbagai kesempatan. Beberapa orang memang senang berselfie bahkan sudah banyak yang ketagihan karena dapat respons positif dari banyak orang ketika fotonya diposting melalui sosial media.

Perilaku narsisme ini makin ramai di media sosial. Mulai dari masyarakat biasa, kalangan elite seperti presiden atau pejabat lainnya apalagi selebritis, ketularan perilaku ini. Menurut saya, berselfie ternyata banyak memiliki dampak positif.

Secara tidak langsung, berfoto selfie mampu membantu kita untuk lebih mengenali diri kita sendiri dengan baik sehingga kita akan lebih mengerti kelebihan yang ada di dalam diri kita sendiri. Dengan memposting dan memperlihatkan kelebihan kita kepada orang lain tentu meningkatkan rasa percaya diri.

Berselfie bisa menjadi cara mengeksplorasi kepercayaan diri ketika sebuah foto diposting. Ketika ada beberapa orang berkomentar positif, orang yang mengunggah foto tersebut bisa merasa dihargai dan kepercayaan dirinya akan meningkat.

Seseorang yang melakukan selfie--biasanya pada momen-momen tertentu di mana mereka puas dengan penampilan mereka--ada efek senang yang didapat dari mengunggah foto di dunia maya. Setelah rasa senang didapat, maka menjalani hari-hari pun akan lebih bersemangat dengan limpahan energi yang positif.

Berselfie bisa menjadi hiburan di waktu luang yang membuat seseorang menjadi merasa senang. Misalnya, saya sedang jalan-jalan ke obyek wisata Bukit Tinggi Sumenep lalu saya berfoto-foto, caraku ini selain membuat merasa senang, juga menyebarkan kabar gembira dan semangat bagi orang lain.

Kata "selfie" pastinya tidak asing lagi di telinga kita sekarang. Selfie sudah menjadi kegiatan yang "wajib" dilakukan berbagai kesempatan, sebagaimana saya sebutkan di atas. Beberapa orang ketagihan berfoto selfie karena mendapat respons positif dari orang lain ketika di posting melalui sosial media, terutama bagi kamu yang tidak punya kegiatan.

Bangun tidur selfie, mau makan selfie, sedang di jalan selfie. Coba kamu lihat di galeri handphone-mu, ada berapa jumlah foto selfiemu yang bikin memori full?

Jika kamu merupakan salah satu orang yang selalu memegang handphone, hal itu kamu harus waspadai karena ternyata keseringan berselfie bisa berdampak buruk.

Orang yang punya kebiasaan sering berselfie akan berdampak pada gangguan psikilogisnya, mereka akan punya obsesi berlebihan dibanding dengan manusia lainnya. Semakin sering melakukan selfie, semakin besar pula obsesi kamu untuk selalu tampil sempurna dan mengesankan di depan orang lain.

Di sisi lain, berselfie membuat harga diri kamu mulai terlihat ketika kamu menanggapi komentar setiap orang dan like yang kamu dapatkan ketika memposting foto selfie kamu.

Ini yang mungkin menyebabkan kamu ingin tampil lebih sempurna yang akhirnya cenderung melakukan semua hal untuk tampil lebih sempurna. Mulai dari menghamburkan uang untuk memborong baju, membeli seperangkat alat make-up yang menurut kamu bisa bikin kamu cantik maksimal, dan hal yang paling ekstrem hingga melakukan operasi plastik.

Apalagi tujuan berselfie agar kamu dinilai secakep mungkin oleh orang lain sehingga kamu memilih satu dari ribuan foto yang diambil untuk diposting. Pujian yang diberikan teman di dunia maya saat kamu memposting foto selfie di media sosial pastinya akan membuat kamu senang. Siapa sih yang tidak suka dibilang cakep?

Tapi jangan terlalu terlena dengan pujian tersebut, karena hanya akan membuat kamu jadi terlalu mencintai diri sendiri dan gila akan pujian. Memang manusiawi jika kamu tergila akan pujian, tapi sewajarnya sajalah.

Burung Irian burung Cenderawasih
Cukup sekian terima kasih.
***
Sumenep, 29 Juli 2018
___________
*) Penulis adalah siswa kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan.

Sunday, July 29, 2018

PROFIL MOH. YUSUF, S.Pd.I

Moh. Yusuf, S.Pd.I

MOH. YUSUF, S.Pd.I yang akrab disapa Yusuf ini sebenarnya bernama asli Ahmad Yusuf sebagaimana yang ditulis ayahanda dalam catatannya. Dia lahir di Desa Pesisir Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo pada hari Selasa Wage tanggal 20 Rajab 1411 H. bertepatan dengan tanggal 5 Februari tahun 1991 M. namun kemudian anak yang semula dibesarkan di Probolinggo itu pindah atau lebih tepatnya pulang ke kampung halamannya di pulau Madura yang beralamatkan Dusun Tenggina RT.04/RW.3 Desa Larangan Perreng Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep. Maka di sana dia dibuatkan akte kelahiran kembali yang ternyata tidak sesuai dengan data kelahiran aslinya, yaitu Moh. Yusuf lahir di Sumenep, 17 Agustus 1992.

Anak bungsu yang lahir dari pasangan suami-istri Abd. Rasyid dan Rasyifah ini ditinggal mati ayahandanya pada usia empat tahun dan akhirnya dia tinggal menetap di Madura bersama ibunda dan saudari tercintanya yang bernama Mudawamah.

Raudlatul Athfal (RA) Al-Habsyi adalah pilihan sekolahnya kemudian lulus tahun 1998 lalu dilanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Ihsan II A yang juga masih merupakan lembaga dari Yayasan Rabithatul Amin Tambak Batu lulus tahun 2004. Selepas lulus dari Madrasah Ibtidaiyah, dia melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Wathan yang masih juga di yayasan yang sama lulus tahun 2007. Tidak cukup di situ, Moh. Yusuf lalu melanjutkan ke perguruan tinggi yang tidak jauh dari tempat tinggalnya, yaitu di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amin (IDIA) Prenduan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep dan akhirnya lulus tahun 2014.

Pada tahun 2016 setahun selepas lulus kuliah dia menikah dengan gadis kampung yang bernama Sil'atun Aisyiyah. Darinya dia dikaruniai seorang putra bernama Muhammad Hifdhil Qur'ani.

Kesibukannya sehari-hari mengabdi di almamater tercinta MTs Al-Wathan sebagai guru tetap sekaligus pembina OSIS dan PKM Kesiswaan di samping juga berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap harinya. Adapun pengalaman-pengalaman yang pernah dia ikuti sebagai berikut:

v  Pendidikan Nonformal/Pelatihan
-          MDT PP. Miftahul Huda; Larangan Perreng Pragaan Sumenep, 2009
-          Kursus Kajian Bahasa Arab; PP. Darul Ulum Prompong Dasuk Sumenep, 2007
-          Kursus Bahasa Inggris; MA Al-WathanLarangan Perreng Pragaan Sumenep, 2008
-          Kursus Bahasa Arab-Kitab Kuning; Lembaga Kursus Al-Wathan (LKA), 2008
-          Kursus Program Khusus Bahasa Arab dan Sastra Arab; Dar al-Lughah dan Islamic Centre (DLLC) Akkor Palengaan Pamekasan, 2010

v  Forum Ilmiah
-          Bedah buku Shalat Sunah Bersama Nabi;OSIS MA Al-Wathan, 2009
-          Diklat Kepemimpinan (Pemateri: Ribut Baidi, S.H.); OSIS MA Al-Wathan, 2009
-          Workshop Keaktoran, Penulisan Naskah Realis; Teater Saksi PP. Annuqayah, 2009
-          Dialog Budaya; Teater Saksi PP. Annuqayah, 2009
“Peluang dan Tantangan Kesenian Pasca Suramadu”
-          Seminar Regional; BEM STAIN Pamekasan, 2009
“Membumikan Kembali Biografi Rasulullah Saw. di Tengah Hegemoni Kapitalisme dan Kepentingan Politik Sesaat ”
-          Seminar Seni dan Budaya (Pemateri: M. Faizi); Sanggar Jati MA Al-Wathan, 2010
-          Diklat Karya Tulis Ilmiah (Pemateri: Tarif, S.Pd.I); OSIS MA Al-Wathan, 2010
-          Leadership Basic Training (LK-1); HMI Ibnu Khaldun Cab. Sumenep, 2010
“Rekonstruksi Perkaderan HMI; Mewujudkan Kader Berbasis Intelektual”
-          Bedah buku Pasang Surut Politik Kaum Sarungan; BEM FISIB Universitas Trunojoyo Bangkalan Madura, 2010
-          Seminar Nasional; Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) Kab. Pamekasan, 2011
“Education for Tomorrow’s Job: Membumikan Pendidikan Karakter Berbasis Life Skill”
-          Seminar Internasional; BEM IDIA Prenduan, 2011
“The Importance of English for Future Succes”
-          Seminar Se-Jawa Timur; BEM IDIA Prenduan, 2012
“Mengupas Tuntas Konspirasi Terhadap Islam”
-          Dialog Ketahanan Seni, Budaya, Agama dan Kemasyarakatan tingkat kabupaten Sumenep; LP2M Larangan Perreng, 2012
“Peranan Nilai-Nilai Budaya dan Agama dalam Mengatasi Dekadensi Anak Bangsa”
-          Seminar Nasional; PC LP. Ma’arif NU dan PC. PERGUNU Sumenep, 2013
“Tantangan Pendidik Menyongsong Implementasi Kurikulum 2013”
-          Seminar Internasional; TMI PP. Al-Amin Prenduan, 2014
“Developing Nation’s Civilization Trough Learning Languages”
-          Seminar Internasional; BEM IDIA Prenduan, 2014
“Peranan al-Qur’an dan as-Sunah dalam Membangun Peradaban Dunia”

v  Keorganisasian
-          Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MTs Al-Wathan, jabatan Ketua (2006/2007)
-          Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MA Al-Wathan, jabatan Pimpred (2009/2010)
-          Teater Jati MA Al-Wathan, jabatan Ketua Umum (2009/2010)
-          HMI Komisariat Ibnu Khaldun Aeng Panas Cab. Sumenep, jabatan PTKP (2009/2010)
-          HMI Komisariat Ibnu Khaldun Aeng Panas Cab. Sumenep, jabatan P3A(2010/2011)
-          Institut Seni Bela Diri Silat (ISBDS) ranting Tenggina Larangan Perreng (2010)
-          Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) IDIA Prenduan, jabatan Presiden (2013/2014)
-          Gerakan Solidaritas Pemberdayaan Masyarakat (GSPM) Aliansi Pemuda Larangan Perreng, jabatan kabid. Sumber Daya Manusia dan Penelitian (2015)
-          Karang Taruna Tunas Karya Larangan Perreng, jabatan kabid. Humas dan Kermit (2015)
-          Ikatan Alumni MTs Al-Wathan (IKAMA), jabatan Ketua (2010-sekarang)
***
Sumenep, 29 Juli 2018 

BERSELFIE ITU INDAH ATAU MENJADI MASALAH

Oleh Sulalah*)


Setiap zaman selalu ada sesuatu yang diganderungi oleh anak zamannya. Sejalan dengan perkembangan teknologi, muncullah produk alat komunikasi dengan beragam aplikasi yang tersemat di dalamnya. Hal itulah mempengaruhi gaya hidup manusia zaman sekarang.

Akhir-akhir ini, anak muda khususnya, suka berfoto selfie dengan motif yang beragam lalu mengunggahnya ke media sosial, misalnya ke facebook. Dengan berselfie kita bisa terhibur, mengabadikan momen penting yang pada suatu waktu kelak mudah diingat kembali, menjalin keakraban di antara sesama yang mungkin sebelumnya pernah renggang, menginformasikan apa yang terjadi sekarang ini di suatu tempat di mana kita berada dan bisa pula mengabarkan keadaan dan posisi kita saat ini.

Kadang-kadang berselfie itu menjadi hina karena keteledoran kita. Gara-gara doyan berselfie para muda menjadi lupa waktu, anak-anak berani membantah orang tuanya ketika disuruh membantu keperluan rumah tangganya, dan enggan menolong sesamanya.

Selain itu, kita kadang tidak selektif memilih foto-foto untuk dipampangkan di dinding media sosial. Misalnya menunjukkan kemarahan, penampilannya erotis, sombong, pamer, lebai, alai dan sejenisnya. Disadari atau tidak, pada akhirnya gaya-gaya negatif itu sedikit banyak berpengaruh pada pola hidup masyarakat sehingga menimbulkan masalah besar.
***
Sumenep, 29 Juli 2018
___________
*) Penulis adalah siswi kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan.

Saturday, July 28, 2018

MENIMBANG BAIK BURUKNYA BERSELFIE

Oleh Nur Hasanah*)

Salah satu tren di kalangan manusia modern zaman sekarang adalah menampangkan foto dirinya di media sosial dengan aneka ragam gayanya. Menurut persepsi saya, berfoto selfie lalu mempostingnya ke media sosial memiliki nilai baik dan terkadang sarat nilai negatif.

Nilai baiknya, kita bisa mengabadikan momen-momen penting yang sudah kita lewati sehingga dengan pergantian waktu dan pertukaran hari jejak peristiwa itu tidak hilang begitu saja dan mudah kita mengingatnya sewaktu-waktu.

Namun, berselfie juga bisa bernilai negatif bagi setiap kalangan. Kadang-kadang sebagian remaja dan pemuda berselfie hanya untuk hal yang tak berguna, apalagi sampai kepada hal yang memalukan yang mungkin sangat tidak mendidik apabila dilihat oleh anak-anak yang masih di bawah umur. Hal itu berarti menanamkan sesuatu yang tidak diinginkan dalam mewarnai karakter mereka.

Sangat miris melihat mudahnya terjadi pergaulan bebas di kalangan muda-mudi di zaman now ini. Bermesraan dengan orang yang bukan mahramnya sepertinya dianggap biasa dan tidak merasa punya beban moral. Parahnya lagi, pergaulan yang melanggar syariah itu dijebret lalu dipamerkan di media sosial.

Berselfie bukanlah sesuatu yang dilarang mutlak oleh agama dan budaya luhur bangsa kita. Kita dituntut bisa menimbang nilai baik buruknya dalam berbuat sehingga setiap eksen kita bermanfaat dan terhindar dari segala hal yang merugikan diri kita dan orang lain.
***
Sumenep, 26 Juli 2018
__________
*) Penulis adalah siswi kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan.

Thursday, July 26, 2018

MENJAGA HARGA DIRI DALAM MEMPOSTING FOTO SELFIE

Oleh Irma Amilia Rahman *)

Di era globalisasi ini, dari waktu ke waktu alat-alat teknologi modern semakin canggih. Persebarannya mulai mewabah pada putra putri bangsa ini yang tengah dipersiapkan menjadi bibit-bibit unggul bangsa kita.

Salah satu contoh alat teknologi modern adalah smart phone. Smart phone merupakan alat komunikasi canggih layaknya digunakan oleh orang modern, sehingga mereka tidak mau ketinggalan agar tidak dibilang primitif atau ketinggalan zaman.

Penggunaan smart phone dapat menimbulkan dampak positif dan negatif, tergantung orang yang memakainya. Lalu apa respons orang tua tentang hal ini, sedangkan sebagian orang tua tidak begitu mengerti tentang kecanggihan smart phone ketimbang anaknya sehingga sulit mengawasi buah hatinya? Khawatirnya mereka menggunakannya untuk sesuatu yang salah.

Salah satu fasilitas yang tersedia pada smart phone adalah kamera yang dapat mengambil gambar sesuai keinginan diri kita sendiri, termasuk dapat berfoto selfie dalam setiap kesempatan yang sedang tren di kalangan remaja bahkan orang dewasa saat ini.

Salah satu contoh negatif berfoto selfie, misalnya megumbar aurat atau berfoto dengan lawan jenis lalu di posting di media sosial. Mereka sepertinya sedang dilanda krisis rasa malu. Padahal harga diri merupakan sesuatu yang paling mahal dalam diri manusia yang harus senantiasa dijaga dengan baik.

Sisi positif berselfie adalah dapat mengabadikan momen-momen penting dan berharga yang mungkin momen itu tidak akan terulang lagi untuk kedua kalinya.

Nilai baik buruknya berselfie sangat tergantung pada tujuan, cara dan layak tidaknya foto itu dipublikasikan di media sosial menyangkut harga diri orang yang bersangkutan dan keluarganya.
***
Sumenep, 26 Juli 2018
__________
*) Penulis adalah siswi kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan. Ketua OSIS 2018.

Tuesday, July 24, 2018

PROFIL H. KURNIADI, S.HI

H. Kurniadi, S.HI

Nama : H. KURNIADI, S.HI
Tempat, Tanggal Lahir : Sumenep 11 Agustus 1976
Alamat : Pakamban Laok Pragaan Sumenep
Ayah : H. Abd. Aziz
Ibu : Hj. Nurhalimah
Istri : Fathatin Wahid
Anak : Moh. Maftuhul Khairin Nabiel, Ulfatul Lailiyah, Muflihatin Maulidiyah
Jabatan : Guru Mata Pelajaran SKI, Fiqih, Qawaid Fiqhiyah
Tahun Mulai Tugas : 14 Juli 1997, SK : 29/S.Y/003/SK/003/VII/1997
Status Kepegawaian : GTY (Guru Tetap Yayasan)
NUPTK : 4843754658200002
NPK : 3761110088086
NRG : 097142123482
Pangkat, Golongan / Inpassing : Penata Muda, III/b (6 Juli 2010), SK : 57586/A4.4/KP/2010
Tugas Tambahan : Kepala Madrasah (2015-2020)
Pendidikan
MI Al-Ihsan I/A Jaddung Pragaan Sumenep, lulus tahun 1991.
MTs 1 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep, lulus tahun 1994.
MA 1 Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep, lulus tahun 1997.
S-1 Sekolah Tinggi Ilmu Keislaman Annuqayah (STIKA) Guluk-Guluk Sumenep, Jurusan Muamalat, Lulus Tahun 2002.
***
Sumenep, 23 Juli 2018

CINTA SANG LONTE

Uswatun Faizah *)

Hari ini Bahtera merasa benar-benar sendiri. Melihat teman sepermainannya gelar tawa, mengoceh tentang kebahagiaan sisa semalam bersama mama papa. Tahun baru yang mengesankan bagi mereka yang pergi berlibur ke luar kota. Bagi Mereka yang bebas bermain pasir putih di tepi pantai. Bagi mereka yang menghabiskan malamnya dengan pesta kembang api ditemani trompet. Tapi bagi Bahtera, bahagia di malam tahun baru adalah ketika dirinya dapat tidur nyenyak dengan bantal lusuh dan selimut yang memprihatinkan. Selimut dengan lumayan banyak bolong yang disisakan sang wirok yang kejam.

Bahtera hadir ke dunia ini, hidup bersama keluarga tersayang, ayah ibu yang dibanggakan. Hidup sederhana dengan gaji ayah yang pas-pasan. Tapi harta bukanlah penyulit dari segalanya. Keluarga Bahtera senantiasa bahagia dengan rahmat Tuhan Sang Pencipta. Tapi semuanya berubah sejak 2 tahun yang lalu.

Ketika orang tua Bahtera diharuskan menjadi TKI demi menyambung hidup keluarga. Dalam perjalanan menuju negeri tetangga, sungguh nahas, musibah tak dapat dielakkan. Pesawat yang mengangkut beribu harap mereka, harus memutus mimpi-mimpi para penumpangnya.  Mereka termasuk dalam korban yang tak bisa diselamatkan.
***
Langit cerah dengan goresan awan menumpuk. Hantarkan sejuk pada jiwa yang menikmati. Bahtera duduk di sebuah tembok rumah kontrakan sederhana. Menanti sang dewi keluar dari balik pintu kayu bercat merah hati. Bagi Bahtera, dia adalah sang dewi kesayangan Tuhan. Perempuan yang  terbiasa dengan make up tebal. Bibir yang dipoles dengan gincu merah  merekah. Bulu mata yang lentik sulapan alat rias berjuluk Maskara. Alis yang tak pernah ada alasan untuk tidak rapi. Sungguh perempuan yang diharuskan bersolek mewah.

"Tante Kemala," begitu Bahtera memanggilnya. Perempuan PSK (Pekerja Seks Komersial) yang menjadi tempat berlindungnya. Sejak empat bulan yang lalu, Bahtera pertama kali mengenalinya. Mereka berjumpa secara tak sengaja di sebuah stasiun kereta dekat rumahnya. Ketika Bahtera menjajakan dagangan asongan yang menjadi satu-satunya harapan penyambung hidup. Entah ada apa dengan mereka, Kemala sangat menyayanginya bagai keluarga sendiri. Begitu pun dengan Bahtera, dia senantiasa berlindung pada sang Lonte.

Sejak pertemuan itu, Bahtera biasa bermain ke kontrakan Kemala. Sebelum berangkat menyisir kerasnya hidup di antara gerbong-gerbong angkuh, Bahtera biasa disediakan susu putih kental manis yang menjadi penyemangatnya untuk 10 jam ke depan. Berangkat jam 7 sehabis matahari terbit hingga tiba di rumah setelah metahari berpamitan untuk kembali esok.

"Ada hadiah untuk Bahtera." Senyum yang benar-benar tulus di bibir Tante Kemala. Dia menyerahkan bingkisan  berwarna gold.

"Bukalah," sambungnya.

Bahtera mengangguk. Matanya memerah.

"Kenapa engkau menangis?"

"Tante sangat baik pada Bahtera, bahkan lebih baik dari keluarga sendiri."

"Untuk apa engkau bersedih atas hal yang tidak berguna nak, bahkan tante lebih bahagia memiliki engkau. Seandainya Tuhan mentakdirkan kita menjadi anak dan Ibu, maka orang paling bahagia di dunia ini adalah tante." Kemala mengelus rambut Bahtera.

"Tapi kenapa tante sayang Bahtera?"

Kemala terkejut mendengar pertanyaannya. Sungguh dirinya tak memiliki jawaban atas pertanyaan Bahtera. Sebab dia tidak tahu tentang alasan mengapa dia sangat menyayangi anak itu. Tapi Tuhan sudah mengirimkannya. Sungguh tak ada hal yang dapat disangka jika Tuhan sudah menginginkan. Perempuan yang paling rendah di mata masyarakat tapi dia berhati malaikat. Perempuan yang tidak pernah menemukan tempat di hati masyarakat tapi dia mampu menjadi seorang peri pelindung bagi bocah yang hidup melarat.

"Nanti malam temui tante di stasiun biasa ya,  nanti tante ajak kamu ke resto terdekat. Kita makan-makan enak di sana." Kemala membuat perjanjian.

Bahtera tersenyum kegirangan.

"Tapi kenapa bertemunya tidak di sini saja Tante?"

"Jangan, tante masih ada janji siang ini, mungkin pulangnya sampai nanti malam sebelum kita berangkat. Jadi bertemunya di stasiun saja. Lagian biar tidak ada yang lihat kita. Takut disangka kita pacaran."

Bahtera tertawa terpingkal  mendengar guyonan Kemala.

"Kalau Bahtera pacaran sama tante nantinya dikirain cucu sama nenek." Bahtera menambahkan.

Mereka berdua Kembali tertawa.
***
Malam yang dinantikan.

Malam ke-2 di tahun yang anyar akan menjadi sejarah untuk pertama kalinya Bahtera bisa makan enak setelah kepergian orang tua tersayang. Maklumlah, sejak itu Bahtera hidup sendirian di rumah peninggalan orang tuanya. Kakek nenek dari ayah dan ibu sudah lama tiada, bahkan orang tua  dari ayahnya sudah meninggal dunia sebelum Bahtera lahir ke dunia. Keluarga yang lain entah ke mana,  bagi mereka seakan tidak pernah ada kisah Bahtera kecil hadir ke dunia. Hidup seperti ini terlalu berat baginya. Diusianya yang masih menginjak angka ke-10 harus menjalani getirnya hidup. Tapi masih beruntunglah dia, ada Kemala yang menyayanginya meski mereka tak hidup serumah. Paling tidak ada tempat untuk sekadar berbagi menghapus lara.

"Tante Kemala," Bahtera memanggil Kemala dari Kejauhan.

Mereka sampai di stasiun hampir bersamaan, namun dari arah yang berbeda. Bahtera yang  berusaha tampil rapi dengan baju seadanya. Kemala dengan riasan seperti biasa, sebagaimana dia menemui para tamunya.

Di pojok proyek stasiun yang belum rampung, ada rahasia di balik amanah negeri ini yang tak sengaja mereka dengar. Rupanya, kekayaan negeri ini menjadi kesempatan bagi mereka yang berbuat curang. Pembangunan serentak di mana-mana, berpuluh tahun tak kunjung usai. Rupiah yang tak sedikit jumlahnya dihabiskan, tapi satu proyek pun tak kelar. Ada pula yang kelar tapi sepuluh tahun saja berdiri sudah harus diperbaiki. Entah sudah berapa banyak hutang negeri ini.

Perempuan berkepala 4 dengan jaz berwarna hitam di padukan dengan rok panjang beserta kerudung panjang hingga menutupi hampir sebagian jaznya. Sebuah aksesoris hitam dipasang di kedua matanya, sedang bersama kedua rekannya yang berbeda jenis kelamin. Mereka ternyata menjadi dalang dari sebuah proyek stasiun yang tak kunjung selesai. Rupanya benar kata banyak orang bahwa di negeri ini begitu krisis kejujuran dari para pengendalinya.

"Rupanya kalian dalang dari proyek yang tak kunjung kelar ini?" Kemala memergoki mereka yang tengah berencana untuk perihal selanjutnya.

Mereka terkejut ada yang mengetahuinya, tapi begitulah orang-orang tak bertanggung jawab, bukan mengakui kesalahan tapi melawan kebenaran.

"Apa yang engkau lakukan di sini?"

"Seharusnya saya yang bertanya kepada Nyonya. Apakah Nyonya mandor dari proyek ini? Tapi bukankah pekerja sudah kembali sejak jam 5 sore?"

"Engkau siapa?"

"Maaf, aku hanya rakyat kecil dari desa ini yang tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian bahwa kalian adalah termasuk dari salah satu parasit negeri ini."

"Oh, aku tahu. Dilihat dari penampilannya rupanya engkau yang bernama Kemala, sang pelacur ulung di desa ini. Rupanya pelangganmu dari para kelas elite. Bukankah engkau yang sering menjadi pemuas nafsu para pejabat tak bertanggung jawab itu?"

"Wah Nyonya, rupanya Nyonya mengakui bahwa rekan-rekan Nyonya menyukai perihal serendah itu."

"Sebenarnya apa maumu? Engkau mau uang? Katakan saja asal engkau tutup mulut tentang apa yang engkau dengar, dan bocah ini, aku bisa belikan apa saja yang dia mau. Rupanya dia anak melarat." Perempuan yang sudah merasa keselamatan dirinya terancam menawarkan banyak hal pada Kemala dan  Bahtera.

"Rupanya orang-orang seperti tante yang menjadikan negeri ini begitu banyak orang melarat. Bahkan Bahtera harus menderita sejak kecil. Jangankan untuk melanjutkan sekolah, untuk makan saja Bahtera harus berjualan dulu. Untung jika ada yang laku, jika tidak, Bahtera harus berpuasa."

Ternyata Bahtera pun mengerti apa yang sedang dilakukan perempuan itu kepada negeri ini. Dia melawan dengan kepolosannya tapi ambisi tidak cukup jika hanya dilawan kelemahan.

Perempuan itu mengalihkan pembicaraan, bermodal rok panjang dan tudung panjangnya dia mulai berdalih.

"Mau jadi apa negeri ini jika pemerintah membiarkan perempuan hina sepertimu berkeliaran di negeri yang mayoritas bangsanya beragama Islam. Sungguh tidak ada tempat bagi perempuan sepertimu. Dan, negeri ini tidak akan pernah maju jika membiarkan bocah berkeliaran tak sekolah, bocah-bocah kumuh seperti Bahtera adalah penghambat majunya negeri ini." Perempuan berkaca mata hitam itu mengoceh tentang Islam dan negeri ini. Betapa tidak sakitnya hati Kemala mendengarnya.

"Maaf Nyonya, dengan hormat saya mengatakan bahwa selama masih ada orang-orang seperti Nyonya, negeri ini tidak akan pernah maju, perusak yang mengatasnamakan agama, orang-orang besar yang tidak pernah memperdulikan bocah yang entah hidupnya bagaimana, apa yang dia makan, apa yang dia pakai, apa yang dia rasa." Kemala membela diri atas penghinaannya.

"Jangan pernah engkau mengajari aku, perempuan penggoda, apa yang engkau tahu tentang negeri ini, tentang Islam dan kaum yang tersampingkan?" Dia mengangkat alisnya.

"Apa pantas seorang muslimah dengan pakaian tertutup beserta tudung lebarnya berbicara sekeras itu. Saya asli putri dari negeri ini. Keluarga saya semuanya Islam. Tapi tidak pernah mengajarkan bahwa Islam menjadi pencuri di negeri sendiri."

"Dan, sangat tidak terhormat, seorang muslimah mencaci maki  anak yatim piatu seperti Bahtera. Bukankah dalam Kitab Suci Nyonya sudah dijelaskan bahwa anak yatim itu harus disayangi, salah satunya sudah dijelaskan dalam Surat Al-Ma'un, begitu bukan?"

"Nyonya, saya mengakui bahwa saya bukan perempuan suci, tapi saya lebih terhormat daripada Nyonya. Sudah jelas jika saya seorang pekerja seks komersial, tapi, Nyonya seorang muslimah secara penampilan, namun menjadi parasit di negeri sendiri. Sudah berapa banyak uang bangsa yang Nyonya lahap sendiri?"

Perdebatan mereka terus berlanjut hingga larut malam. Di depan proyek pembangunan stasiun yang belum rampung ini Kemala seakan dihakimi untuk suatu kesalahan. Kesalahan yang tidak dapat dimaafkan. Tapi apa hendak dikata, begitu banyaknya orang-orang yang tak berpihak pada kejujuran di negeri ini. Kemala harus mengakhiri perjuangannya dengan pasrah pada Tuhan. Dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika orang-orang tak bertanggung jawab main hakim sendiri. Demi kesalahan yang ditutupi, mereka kehilangan kesadaran bahwa sesama manusia bersaudara. Tapi Semua itu hanya menjadi kisah yang pernah didengar saja bagi mereka. Selebihnya, siapa yang kuat dia yang dapat. Penyimpangan sulit terungkap, sebab terbalut rapi dalam penampilan.
***
Matahari gagah di atas kepala Bahtera. Dia tidak mengetahui apa yang semalam terjadi antara Kemala dan para penjahat itu. Dia dipaksa pergi ketika perdebatan memanas. Hari ini dia ingin menemui Kemala di rumah kontrakannya. Tapi, langkahnya terhenti ketika seorang pengantar koran melempar koran terbaru ke depan sebuah rumah. Tidak sengaja Bahtera melihat topik utama hari ini: "DITEMUKAN SEORANG MAYAT PSK DI PINGGIR REL KERETA. DIDUGA KORBAN PEMBUNUHAN DENGAN LUKA BACOK DI TUBUHNYA."

Kakinya tak mampu lagi digerakkan. Bersama siapa dia akan hidup selanjutnya. Bahtera benar-benar sendiri. Tuhan sungguh menguji kekuatannya.

Lonteku ...
Terima kasih ...
Atas pertolonganmu di malam itu.
Lonteku...
Mari kita lanjutkan cerita hari esok ...
Tapi hanya Tuhan yang mendengar rintihannya.*
***
Serang, 03 Januari 2017
__________
*) Penulis adalah alumni MTs Al-Wathan tahun 2012. Cerpen ini ditulis di perantauan di Serang Banten.
* Lagu Iwan Fals.