Wednesday, August 21, 2019

PAHLAWAN BANGSA, AKAN SELALU KUKENANG

Oleh: Tsuwaibatul Islamiyah *)



Pahlawan adalah orang yang berjuang untuk negara kita, yakni Indonesia tercinta. Tanpa perjuangan mereka, Indonesia tidak akan merdeka dan mungkin masih berada dalam ketidakadilan, penindasan dan cengkeraman penjajah.

Para pahlawan berjuang mati-matian untuk memperjuangkan keadilan negara Indonesia. Sungguh sangat mulia jasa dan pengorbanan mereka.

Pahlawan tidak mengenal kata lelah demi menegakkan keadilan untuk bisa membebaskan Indonesia dari jeratan penjajah. Para pahlawan mampu mengorbankan jiwa dan raga hanya untuk melihat Indonesia merdeka.

Dulu, apabila kita yang berada dalam posisi negara masih terjajah mungkin saja kita tidak akan mampu melawan penjajah yang menjajah Indonesia berpuluh-puluh tahun atau bahkan ratusan tahun.

Kita seharusnya berterima kasih dan mendoakan yang terbaik untuk mereka yang telah berjuang dan berkorban untuk keadilan rakyat dan bangsa Indonesia..

Kita harus menghargai pengorbanan mereka yang tidak mengenal betapa sulitnya meraih kemerdekaan pada masa penjajahan. Mereka bahkan tidak mementingkan dirinya sendiri. Tapi mereka mementingkan negara yang sangat mereka cintai, negara Indonesia.

Betapa banyak penjajah yang sudah menjajah negara Indonesia ini, tetapi para pahlawan mampu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seperti yang kita rasakan saat ini.

Sekarang kita hanya tinggal menikmati hasil dari perjuangan para pahlawan dan karena itu, kita harus berusaha untuk bisa menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Tanpa mereka kita bukan siapa-siapa. Tanpa mereka kita tidak punya apa-apa. Dan, tanpa mereka mungkin saat ini kita masih merasakan betapa pahit dan gelapnya kehidupan.

Terima kasih kepada para pahlawan yang telah berkorban dan berjuang untuk bisa mencapai kemerdekaan yang menjadi sumber cahaya bagi rakyat Indonesia.
***
Sumenep, 20 Agustus 2019
__________
*) Penulis adalah siswi kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan.

PENTINGNYA PENDIDIKAN UNTUK GENERASI MUDA

Oleh: Musyarifah *)



Pendidikan adalah sebagai penyempurna bagi ilmu yang dimiliki seseorang, jika ilmu tidak disempurnakan dengan pendidikan, bagai ruang tanpa jendela, akan sia-sia.

Berbicara pendidikan, kita sebagai penikmat hasilnya, harus mengingat pahlawan pendidikan, yaitu ibu kita, Raden Ajeng Kartini yang sangat berjasa terhadap pendidikan di tanah air kita ini, karena dulu dialah yang berhasil merobohkan dinding pembatas bagi kaum hawa. Dengan perantaranya, tidak ada lagi batasan antara laki-laki dan perempuan dalam dunia penididikan. Maka karena itu, nikmatilah dengan baik hasil perjuangannya dengan belajar yang sungguh-sungguh agar tidak mengecewakan perjuangan di masa hidupnya yang dengan susah payah mencapai keberhasilan yang akan selalu menjadi catatan terindah dalam sejarah pendidikan.

Pendidikan sangat berarti, terutama bagi remaja, muda-mudi yang masih memiliki masa depan cerah agar masa depannya tetap menjadi masa depan yang gemilang. Remaja yang tidak berpendidikan akan sangat mudah untuk dirusak masa depannya, karena mereka tidak memiliki pendirian dan pegangan untuk dijadikan motivasi sebagai perisai agar tidak ada yang ingin menghalangi bersinarnya sang mentari. Dengan pendidikan yang baik kita akan berhasil menjauhkan hal negatif yang ingin mendekat, karena ketika kita sudah bertekad maka pasti mendapat hasil sesuai dengan usaha yang kita lakukan dan rintangan yang kita lewati dengan pendidikan.

Pendidikan penting bagi kita sebagai pelajar dan masyarakat, ketika berteman dan berkeluarga. Ketika menjadi pelajar, seseorang harus menghormati terhadap orang yang mengajarinya dan mentaati aturan yang berlaku. Ketika ada di masyarakat, seseorang harus menghormati pendapat orang lain, membantu sesama, dan ketika mengambil keputusan harus konsisten. Apalagi jika seseorang berteman, maka mereka harus pengertian terhadap satu sama lain. Begitu pula kalau sudah berkeluarga, semua anggota keluarga harus bisa menjalani kewajibannya masing-masing. Ketika ada anggota keluarga berbuat kesalahan, dididik dan dikembalikan ke jalan yang benar. Begitulah pentingnya pendidikan.

Mungkin kedengarannya memberikan pendidikan itu sulit, namun sebenarnya hanya sederhana saja, tidak perlu menguras banyak tenaga walaupun yang dididik tersebut tidak menginginkan pendidikan. Mungkin ini lebih mengarah kepada tips; pertama, ikuti saja yang dia ingini walaupun tidak masuk dalam kategori pendididkan, seterusnya selingi saja keinginannya tersebut dengan pendidikan, lalu lama-lama tanpa sadar dengan sendirinya ia akan menyukai terhadap pendidikan tersebut.

Pendidikan juga mengajarkan agar kita disiplin, baik waktu atau tempat. Jika kita bisa disiplin waktu dan tempat, yakni menggunakan waktu yang ada sebaik mungkin dan mengetahui terhadap situasi atau kondisi, maka kita tidak akan merepotkan pada orang lain. Dengan itu, kita sudah berpendidikan dapat menggunakan waktu dan mengetahui tempat atau kondisi. Pendidikan bukan hanya tentang pembelajaran saja, tapi juga bagaimana kita bersikap dan bertingkah laku dengan baik.

Dalam pembahasan pendidikan, banyak manfaat yang terkandung di dalamnya. Ketika seseorang mempunyai pendidikan yang baik, maka orang tersebut tidak akan mudah berburuk sangka terhadap orang lain, tidak akan mudah termakan omongan orang lain, dia bisa selalu teguh pendirian, tidak bimbang, karena itulah, seorang yang berpendidikan mudah dipercaya orang lain karena dia sudah dianggap baik oleh orang lain, tapi jangan pernah sekali-kali kita menghancurkan kepercayaan orang pada diri kita sendiri. Karena seperti itu akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Ada sebagian kecil yang mengejar pendidikan hanya untuk memperoleh ketenaran, itu tidak akan bermanfaat bagi siapapun.

Jika kalian ingin memiliki pendidikan yang baik, maka berniatlah dahulu dengan baik, karena segala sesuatu tergantung pada niat yang ada dalam hati masing-masing seseorang, kemudian belajar dengan baik, segala kebaikan dimulai dari kebaikan, dan minta restu orang tua, memohon kepada Allah untuk diberikan pendidikan yang baik untuk kalian.

Seseorang yang tidak mempunyai pendidikan yang baik, akan sering dibelakangkan, sulit dipercaya orang lain. Orang yang tidak berpendidikan tidak dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, terkadang mereka akan menghalalkan segala cara untuk menuruti kemauannya yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

***
Sumenep, 20 Agustus 2019
________
*) Penulis adalah siswi kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan.

PUDARNYA AKHLAK DI KALANGAN REMAJA MILENIAL

Oleh: Sitti Maisaroh *)



Di zaman sekarang, era modern, banyak remaja mengalami krisis akhlak karena beberapa faktor, di antaranya, tidak bijak menyikapi media sosial, lingkungan yang rusak dan mereka enggan belajar untuk bisa mengubah kepribadiannya dengan akhlak terpuji.

Akibat dari semua itu, para remaja kurang menghormati orang yang lebih tua, suka membentak, kasar, berbicara kotor dan terkadang ada yang sampai tega membunuh orang tua mereka sendiri.

Sebagian mereka terjerumus pergaulan bebas dengan lain jenis. Mereka mungkin kurang pengawasan serta didikan akhlak dari orang tua dan guru, atau mereka saja kurang mempedulikan didikan orang tua dan guru.

Bahkan akibat dari pergaulan bebas yang sedang merajalela di kalangan remaja saat ini, ada yang hamil di luar nikah. Hal itu tentu membawa aib besar bagi kedua orang tua mereka. Apa mereka tidak sadar pada akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan semacam itu? Seharusnya kita sebagai generasi muda bisa menciptakan sesuatu hal yang baru (kreativitas), bukannya malah memalukan orang tua mereka sendiri.

Ada beberapa cara yang bisa kita tempuh agar kita memiliki akhlak yang baik dan terhindar dari bahaya pergaulan bebas, di antaranya, menuruti nasehat orang tua dan guru, berusaha untuk tidak terlalu sering menggunakan smart phone, memilih teman yang baik dan fokus dalam belajar atau menuntut ilmu.

Akhlak merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari, karena tanpa akhlak, kita tak akan pernah bisa menghargai, menghormati, menyayangi orang di sekitar kita.

Di sekolah, kita harus memiliki akhlak yang baik pada guru dan teman-teman kita, demikian pula di luar sekolah, di manapun kita berada kita harus berakhlak mulia kepada siapa saja, agar kita terhindar dari orang-orang jahat di sekitar kita. Jika kita memiliki akhlak yang  baik, kita akan selalu berusaha untuk berbuat baik pada orang lain di sekeliling kita.

Generasi milenial bukanlah generasi yang tak punya akhlak, tapi mereka yang pantas disebut generasi milenial adalah generasi yang memiliki akhlak mulia. Oleh karena itu, mari perbaiki akhlak dan pertebal iman sebelum terlambat, agar kita tidak melibas aturan.
***
Sumenep, 20 Agustus 2019
___________
*) Penulis adalah siswi kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan.

PENTINGNYA BELAJAR DI USIA DINI

Oleh: Wiqayatur Rohmaniyah *)


Sebagai seorang pelajar, saya bisa berpendapat, belajar merupakan sebuah kewajiban dan keutamaan sejak dini, bisa juga dibilang sebagai konsumsi otak dan pikiran.
           
Sejak kita mengenal belajar, kita paham arti belajar. Di situlah kita bisa mengerti apa makna belajar dan sejak kapan kita harus mulai belajar untuk mengasah otak kita, merekam apa yang kita pahami dan mengambil manfaat dari apa yang kita pelajari.

Di usia dini, kita bisa cepat, mudah dan tanggap dalam belajar serta mempelajari kembali apa yang sudah kita peroleh dan pahami sebelumnya. Karena di usia dini, otak kita masih polos dan kecerdasannya belum jauh terhambat oleh kemilau dunia sehingga mudah tanggap dan sangat baik untuk kita bangun kondisi otak smart.

Terkadang kita sebagai seorang pelajar belum bisa mencerna dan mengambil sisi manakah yang harus kita ambil dari apa yang kita pelajari. Rasa enggan dan malas belajar selalu jadi penggoda bagi semua siswa. Bila kita tergoda dengan rasa malas, perkembangan otak kita pun akan terhambat sehingga kita akan jauh dari kemajuan dan akan sulit untuk menggapai cita-cita yang sudah kita targetkan sejak dini. Sebagai seorang pelajar, kita harus bisa melawan rasa malas itu dengan cita-cita tinggi. Maka dari itu, belajarlah hingga kita dapat meraih apa yang kita inginkan.

Apakah hanya sekolah tempat kita menimba ilmu? Tentu tidak. Kita bisa belajar di mana saja selagi kita masih bisa memahami apa yang kita dengar dan bisa mengambil pelajaran dari apa yang kita lihat. Tapi, sekolah adalah hak paten kita sebagai siswa untuk belajar dan menimba ilmu setinggi mungkin.

Melepas seragam sekolah tidaklah mengharuskan kita berhenti belajar. Di rumah pun kita bisa mengulang apa yang telah disampaikan dan dijelaskan oleh guru. Sudah pahamkah kita, sudah mengertikah kita? Itulah pertanyaan yang harus kita jawab setelah kita melalui banyak waktu belajar di sekolah supaya pikiran kita tidak kosong. Kita simpulkan ilmu yang didapat dari bangku sekolah.

Cita-cita kita adalah target kita sebagai seorang pelajar. Mengulang pelajaran di rumah sebagai sebuah keharusan untuk terus belajar secara berkesinambungan. Gunakanlah waktu luangmu untuk terus belajar, baik itu membaca atau menulis, misalnya menulis buku harian atau lainnya. Karena tidak jarang di antara orang-orang sukses itu berawal dari membaca dan menulis.

Jadikanlah belajar sebagai sebuah kegemaran. Sebagai siswa, kita harus gemar membaca dan menulis. Tanpa semua itu, belajar akan menjadi beban bagi kita. Bila hal itu terjadi, maka otak kita akan mudah padat dan pikiran kita cenderung bingung, sehingga pola berpikir kita akan lambat, apa yang telah kita pelajari mudah hilang dari rekaman otak kita.

Sebagai seorang pelajar, bekal kita selain gemar membaca, menulis dan cita-cita tinggi, kita juga harus memiliki fokus yang ekstra. Otak dan pikiran kita haruslah ekstra fokus dalam belajar. Semakin giat dan semakin fokus kita belajar, maka akan semakin banyak ilmu yang akan kita kantongi.

Jika kita belajar mulai sejak dini, tentu akan semakin banyak pengetahuan yang akan kita tabung, dan otak kita akan terus terarah pada berbagai pembelajaran yang baru. Semangat belajar dan berusaha keras itulah yang menjadi tonggak untuk menuju kesuksesan. Sebagai seorang pelajar, kita harus mempunyai sifat optimisme dalam mencari ilmu. Kita lawan rasa lelah, letih, malas dengan semangat yang tinggi supaya rasa sesal di kemudian hari tak datang menghampiri kita.

***
Sumenep, 20 Agustus 2019
_________

*) Penulis adalah siswi kelas IX (sembilan). Ketua OSIS MTs Al-Wathan Periode 2019/2020. Penyuka aktris muslimah berbakat, Oki Setiana Dewi. 

Sunday, August 11, 2019

UZLAH SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


M. Khaliq Shalha

Dalam tasawuf dikenal istilah 'uzlah (uzlah) sebagai salah satu rukun mujahadah. Uzlah oleh sebagian pakar dimaknai sebagai sebuah sikap mengasingkan diri untuk memusatkan perhatian pada ibadah dengan berzikir dan bertafakur kepada Allah SWT.

Uzlah dengan tujuan tersebut dapat dibenarkan dan mulia. Pada saat-saat tertentu memang dianjurkan menyendiri, di antaranya sewaktu bermunajat atau berzikir melantunkan wirid. Kala itu bagi penempuh jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah (salik) sangat dianjurkan menjauhkan diri dari orang banyak dan kebisingan. Hal ini disebut zikir khafi. Mereka berlandaskan firman Allah sebagai berikut.

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ .
Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. Al-'Araf [7]: 205).

Sikap mengasingkan diri tersebut pada momen tertentu dalam agenda kehidupan sehari-hari sebagai perenungan untuk introspeksi diri. Bukan pengasingan secara permanen dengan motif menghindari hiruk pikuk kehidupan sosial dan tak mau tahu tentang tanggung jawab urusan sosial kemasyarakatannya.

Dalam sejarah kehadiran gerakan tasawuf ke dunia ini bermula sebagai upaya mengatasi krisis akhlak yang menimpa masyarakat Islam di masa lalu, tepatnya pada rentang 650-1250 M ketika umat Islam bergelimang harta dan kemewahan sehingga terjerumus pada kehidupan berfoya-foya, berbuat durjana dan berlumuran dosa. Mereka lupa pada tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Mereka tak sanggup lagi memikul beban tugas untuk membangun masyarakat seutuhnya. Dalam keadaan sakit mental demikian, datanglah serbuan bangsa Mongol pada tahun 1258 M dan berhasil mengalahkan umat Islam dengan meluluh lantahkan kota Bagdad secara menyedihkan, memilukan dan memalukan.

Kondisi bahaya semacam ini memantik umat Islam segera introspeksi diri dengan membangun etos kerja kembali dengan dipandu oleh akhlak mulia yang dibangun dari tasawuf. Namun, faktanya terjadi ketidakseimbangan dalam pengamalannya. Umat Islam cenderung lebih menangkap aspek ritualitas lahiriah dari tasawuf tersebut. Mereka asyik berzikir dan berwirid tanpa memberikan pengaruh ke dalam gerakan sosial kemasyarakatan. Mereka malah semakin jauh dari realitas masyarakat, tidak peduli pada lingkungannya sehingga akhirnya keadaan umat Islam semakin mundur sekian langkah ke belakang. Dalam keadaan demikian, wajar apabila muncul tuduhan bahwa tasawuf merupakan biang keladi keterpurukan umat Islam.

Uzlah dengan motif menghindar dari problematika hiruk pikuk kehidupan sosial bukanlah alternatif yang baik dan elegan bagi kaum muslimin pemakmur kehidupan. Dengan demikian, pengertian dan penghayatan uzlah secara arif dan produktif perlu dirumuskan. Uzlah bukan berarti seseorang harus bertapa dan meninggalkan hiruk pikuk aktivitas positif dalam lingkungan sosial di mana ia menjalani hidupnya. Karena ketika semua orang bersikap memilih minggat dari kehidupan nyata, siapa lagi yang bisa diharapkan mengurusi masyarakatnya?

Tugas untuk mengelola segala sumber daya kehidupan di muka bumi ini dibebankan kepada manusia, bukan kepada makhluk halus seperti malaikat dan jin. Menghindar dari tanggung jawab berarti membangkang terhadap kehendak Allah dalam menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya di bumi.  Seorang muslim harus mampu hidup tegar di tengah-tengah masyarakatnya, seperti yang telah dicontohkan oleh junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa ayat, Al-Qur'an menuturkan pemberdayaan umat yang dilakukan oleh beliau dan pada saat yang sama beliau mampu mengukur jarak dengan mereka sehingga ekses negatif mereka tidak mengefek kepadanya. Mengenai ayat dimaksud, akan saya kemukakan di bawah nanti.

Untuk menghadirkan gambaran menarik tentang perjalanan Rasulullah SAW sebelum dan sesudah dinobatkan menjadi rasul perlu kiranya kita membuka kembali lembaran sejarah beliau yang nantinya kita kaitkan dengan pengamalan uzlah yang produktif untuk membangun umat seutuhnya. Sebagaimana pula belakangan ini muncul reinterpretasi terhadap istilah-istilah tasawuf untuk dipahami, dihayati dan diamalkan dimensi spiritualitasnya sekaligus dinamikanya sehingga menjadi penggerak terjadinya perubahan sosial yang mengarah pada terwujudnya keagungan Tuhan.

Abul Hasan 'Ali Al-Hasani An-Nadwi dalam bukunya, Sirah Nabawiyah memaparkan tentang krisis moral yang melanda bangsa Arab pada masa Jahiliyah. Mereka dijejali oleh khamar (minuman keras). Mereka sudah sampai pada titik kekejaman dan kebiadaban tinggi, seperti mengubur anak-anak perempuan hidup-hidup dan kadang pula melemparkannya dari tempat yang lebih tinggi karena takut menjadi aib pada keluarganya dan takut jatuh miskin. Penipuan merajalela dan sudah menjadi kebiasaan. Perampokan terhadap para kafilah dagang. Diskriminasi pada kalangan wanita sangat kentara. Derajat wanita telah jatuh. Wanita diwariskan kepada keturunan seperti halnya barang perhiasan dan barang tunggangan. Di masyarakat Jahiliyah Arab terdapat makanan yang hanya dikhususkan untuk laki-laki, dan diharamkan bagi wanita. Laki-laki dapat beristri semaunya tanpa ada batasan jumlahnya. Fanatisme kesukuan dan keturunan sangat menonjol. Bangsa Arab Jahiliyah suka berperang. Menyenangi hiburan dan pelampiasan hawa nafsu yang kadang menyebabkan terjadinya keributan dan berakhir dengan peperangan. Perzinahan bukan perbuatan yang tabu. Perjudian dengan mempertaruhkan harta dan istrinya sudah menjadi kebiasaan. Di samping itu, khurafat dan penyembahan berhala sedang menjadi-jadi.

Saat itulah Muhammad bin Abdillah genap berumur 40 tahun. Dia menyaksikan dunia bagai berada di jurang neraka. Perjalanan manusia melangkah cepat menuju kebinasaan. Sederat kedurjanaan masyarakatnya menimbulkan kegelisahan dalam benak Muhammad hingga mencapai puncaknya. Kala itu, seakan-akan ada sesuatu yang mendorongnya sehingga beliau senang menyendiri. Tidak ada yang lebih disukai selain menyepi seorang diri. Beliau sering meninggalkan Makkah. Beliau meninggalkan rumah, merambah ke celah-celah bukit di Makkah, cekungan-cekungan dan lembah-lembahnya. Setiap batu dan pohon yang dilaluinya merucap, "Assalamualaika ya Rasulallah (Salam sejahtera untukmu wahai utusan Allah)." Muhammad menoleh ke sekitarnya, ke sebelah kanan dan kirinya, serta ke belakangnya. Tapi ia tidak melihat siapa pun selain bebatuan dan pepohonan.

Waktu beliau banyak dihabiskan menyepi di Gua Hira. Beliau tinggal di sana beberapa malam berturut-turut dengan membawa bekal. Beliau beribadah dan berdoa menurut cara agama Ibrahim yang lurus dan fitrah murni yang kembali kepada Allah. Dalam suatu kesempatan, datanglah kepada beliau hari yang telah ditetapkan sebagai waktu pengangkatan beliau sebagai utusan Allah. Saat itu tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari kelahiran beliau, bertetapan dengan tanggal 6 Agustus 610 Masehi.

Masa-masa menyepinya Muhammad bin Abdillah di Gua Hira tersebut bukanlah semata-mata menghindar dari kedurjanaan kaumnya, tetapi sebagai sebuah strategi mengatasi persoalan-persoalan dahsyat itu dengan cara merenung, menyusun konsep, metode, teknis, taktik, serta mengumpulkan segala daya dan upaya untuk didayagunakan secara maksimal bagi perubahan masyarakat dari akar rumput persoalan yang menderanya secara bertahap dan totalitas.

Solusi itu pada akhirnya tiba dengan diturunkannya Al-Qur'an setahap demi setahap sesuai kebutuhan masyarakatnya. Dakwah beliau awalnya mengalir pelan tapi pasti dengan cara sembunyi-sembunyi lalu secara terang-terangan. Secara garis besar dakwahnya dibagi menjadi dua periode, yaitu pada periode Makkah dengan agenda utamanya pada pembinaan iman lalu beranjak ke periode Madinah dengan aganda lanjutan berupa pembentukan pranata sosial yang baik.  

 Bagaimana sikap Rasulullah ketika berbaur dengan masyarakatnya yang akhlak mereka busuk? Al-Qur'an menuturkan sikap yang harus dipegangi beliua ketika berkiprah di tengah-tengah mereka. Beberapa ayat Al-Qur'an memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk beruzlah dengan tipe yang elok dan elegan. Misalnya, Nabi diperintah untuk berpaling dari kaum musyrik dan dari orang-orang yang picik, dan pada saat yang sama, beliau tetap diperintahkan menyampaikan ajaran Islam dan memberikan tuntunan pada umatnya.

اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ .
Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (QS. Al-An'am [6]: 106).

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ .
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh. (QS. Al-'Araf [7]: 199).

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ .
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS. Al-Hijr [15]: 94).

لا يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً وَكُلا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا .
Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (QS. An-Nisa' [4]: 95).

Nabi SAW bersabda:

Seorang mukmin yang bergaul dengan masyarakat dan bersabar menghadapi gangguan mereka, lebih baik daripada yang tidak bergaul dengan mereka dan tidak bersabar menghadapi gangguan mereka. (HR. Ahmad).

Jadi, menghayati uzlah lebih tepat dipahami sebagai berpaling atau tidak terlibat dalam hal-hal yang buruk dan tidak bermanfaat. Sikap demikian akan melahirkan sikap kehati-hatian dalam bergaul dengan masyarakat hingga selamat dari imbas arus negatif, di samping itu, pada saat yang sama, ia tetap hidup di tengah-tengah masyarakatnya guna memberikan keteladanan serta bimbingan yang baik pada mereka.[]

Wallah a'lam.

M. Khaliq Shalha

Friday, August 9, 2019

DI ATAS SAJADAH AL-WATHAN

Puisi Kenangan



Durhan Ariev

Terasa hancur hati kami
Seakan tersayat sembilu
Seakan teriris pedang
Manakala langkah tidak lagi terinjak
Dan wajah tidak lagi mencium
hamparan sajadah Al-Wathan

Irama padang pasir sudah hilang gairahnya
Melantuntan tembang-tembang puitisnya
Turut belasungkawa pada kami
Yang telah melangkah purna dari lembaga

Tetesan air mata kami
Yang dianggap mutiara dan
tersimpan semenjak 100 abad silam
Dengan berat hati kami retaskan
Karena tiada daya menahan kata selamat tinggal dan selamat jalan

Al-Wathan, untukmu aku mengabdi

Durhan Ariev

AL-WATHAN DI MATAKU

Puisi Kenangan
Durhan Ariev



Di bibir manismu
Mengembang damai
Sekuntum senyum
Terajud dari keikhlasan

Sekuntum senyummu
Menyeruap aroma ilmu
Menjelajah pasti
Pada sudut hari gersang
Membesut permai
Pada sendi kerontang
Dan melukis kesabaran
Pada tapak langkah yang terdiam

Kini …
Tanpa sadar:
: aku tlah bisa bicara
Menuturkan salam mesra pada Tuhan
Dalam tangisan taubat penyesalan

: Tanpa sadar pula
Aku tlah bisa melangkah
Menuju kebenaran
Diiringi kemapanan akhlak
Yang terhampar di atas gunung emas

Al-Wathan kaulah Malaikat
Bagi jiwa …

Aku kenang selalu

Durhan Ariev