Thursday, June 21, 2018

MENGENAL FENOMENA KEHIDUPAN DI ALAM KUBUR

Fathorrahman

Tentang Peresensi

FATHORRAHMAN, lahir Lembenah, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep, pada tanggal 22 November 2002. Riwayat pendidikan dimulai dari RA Miftahul Huda Tambak Batu, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep (lulus, 2009), MI Miftahul Huda (2015) dan sekarang masih sekolah di MTs Al-Wathan, duduk di kelas IX (sembilan). Pengalaman keorganisasian, di antaranya: Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MTs Al-Wathan, Jabatan, Pengurus Bidang Seni dan Budaya. Saat ini ia tinggal di Lembanah, Larangan Perrerng, Pragaan, Sumenep. Ia bisa dihubungi lewat nomor HP. 085336093383 atau facebook Oonkz Sibabankz Tamvanz Jr.
***
Buku Ketika Ruh Dikembalikan

Judul buku : Ketika ruh di kembalikan
Penulis : Rizem Aizid
Penerbit : Saufa
Cetakan : Pertama, 2015
Kota Terbit :  Yogyakarta
Tebal Buku : 208 halaman
Peresensi : Fathorrahman

Dalam buku yang berjudul Ketika Ruh Di Kembalikan ini, menjelaskan bahwa mati (wafat, meninggal) merupakan salah satu tahap kehidupan yang pasti akan dilalui oleh semua manusia (makhluk hidup). Dengan kata lain, mati adalah takdir setiap makhluk yang bernyawa. Rasullah SAW menegaskan dalam sebuah haditsnya, "Tidak ada sesuatu yang dialami anak adam dari apa yang diciptakan Allah lebih berat daripada kematian. Baginya kematian lebih ringan daripada apa yang akan dialami sesudahnya." (HR. Ahmad).Hlm. 5.

Seorang anak adam yang sudah mati akan menuju ke sebuah tempat (alam) baru setelah alam dunia, yaitu alam barzakh atau disebut juga alam kubur. Di alam inilah, semua orang yang sudah mati atau meninggal akan mengisi hari-harinya hingga datang sosok malaikat Israfil yang akan meniup sangkakala, pertanda hari kebangkitan akan segera dimulai. Orang-orang yang sudah mati akan memasuki alam lain, yaitu alam akhirat yang hanya memiliki dua tujuan abadi, yaitu: surga dan neraka.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dan yang paling mulia. Kesempurnaan dan kemuliaan manusia itu bahkan tidak bisa ditandingi oleh makhluk-makhluk lainnya, baik yang ada di dunia maupun di akhirat. Itu artinya, selain Allah SWT., manusialah yang paling sempurna dan paling mulia. Karena kesempurnaan itulah, manusia kemudian diberi gelar khalifatullah atau mandataris Allah di muka bumi.

Dunia adalah tempat kita menanam amal kabaikan agar supaya kelak di alam barzakh kita merasa tenang sebab amal-amal semenjak di dunia. Apabila semasa di dunia kita melakukan amal kejelekan, maka di alam kubur tidak akan merasakan ketenangan.

Di dalam dunia, manusia mendapatkan tugas dari Allah SWT., yaitu ibadah. Alam dunia adalah tempat ujian bagi semua manusia. Di dunia manusia tidak dilarang untuk menikmati kehidupan duniawi. Hanya perlu dipahami bahwa dunia ini tempat berbakti, tetapi penuh dengan berbagai tipu daya.

Ada yang mengatakan bahwa dunia hanyalah bersifat sebagai tempat persinggahan, sebab pada hakikatnya dunia adalah alam persiapan menuju alam akhirat yang kekal dan abadi. Oleh karena itu, kesempatan bagi manusia untuk memperoleh kebahagian di alam akhirat harus mempersiapkannya di alam dunia. Karena manusia di dunia hanya hidup sekali. Tidak akan ada kesempatan hidup di dunia yang kedua kali, maka manusia wajib mencari bekal untuk menuju alam selanjutnya, yaitu dengan cara kita harus beribadah kepada Allah, menjalankan perintah-Nya, dan menjahui larangan-Nya.

Sebelum kita sampai pada alam kekal abadi, terlebih dahulu semua manusia akan mampir ke alam barzakh yang mana alam ini penuh dengan kegelapan, atau disebut juga alam kubur. Di dalam kubur, tiada teman yang akan menemani kita kecuali amal-amal kita semasa di dunia.
      
Peristiwa buruk yang akan dialami oleh ruh dan jasad kita adalah ditempatkan di tempat yang sangat gelap dan seram. Itu artinya, ruh dan jasad orang mati yang sewaktu di dunia senantiasa berbuat maksiat dan berpaling dari perintah-Nya hanya akan menemukan kegelapan dan keseraman alam kubur, tidak ada sedikitpun cahaya yang akan meneranginya. Gelap dan seramnya alam kubur merupakan salah satu bentuk siksa atau azab kubur bagi orang-orang yang tidak patuh terhadap perintah-Nya.

Kegelapan di alam kubur ini pernah dirasakan oleh seorang ulama dan penulis tafsir Majma'al Bayan bernama Amin al-Islam Fadhl nin Hasan Thabarsi. Ia pernah meninggal dan hidup lagi. Peristiwa ini terjadi pada tahun 542 atau 548 H. Ia meninggal karena terkena serangan jantung. Namun ajaibnya, setelah dikubur selama berabad-abad, jasadnya masih dalam keadaan utuh.

Pada suatu ketika, Thabarsi tiba-tiba tersadar di alam kubur. Beliau pun menghadap Allah SWT Yang Maha Pengasih dan bernazar bahwa jika beliau dapat bebas dari gelapnya liang kubur dan mendapatkan keselamatan, maka beliau akan menulis tafsir. Akhirnya, doa beliau terkabulkan oleh Allah SWT lewat seorang pencuri kain kafan beliau. Maka, beliau pun terbebas dari gelapnya liang kubur dan memberikan hadiah yang banyak kepada si pencuri itu. Sejak saat itu si pencuri itu pun bertaubat setelah melihat kejadian yang menimpa dirinya itu. Sejak saat itu, Thabarsi pun melaksanakan nazarnya, yaitu menulis tafsir yang di kenal Majma'al Bayan sebanyak sepuluh jilid berbahasa Arab. Apa yang dialami Thabarsi merupakan suatu bukti bahwa liang kubur itu sangat gelap gulita, saking gelapnya, Thabarsi tidak bisa melihat apapun. Selain gelap, di alam kubur sangatlah menyeramkan. Seramnya alam kubur ini sudah dapat dilihat dari peristiwa Thabarsi. Selain itu, yang menambah seramnya alam kubur tidak ada cahaya di dalamnya kecuali bagi orang-orang yang beruntung. (hlm. 82-83).

Salah satu peristiwa buruk yang akan dialami oleh manusia di alam kubur adalah mulutnya akan dirobek-robek hingga hancur berantakan, kemudian dikembalikan lagi seperti semula. Lalu dirobek-robek kembali sampai hancur, begitu seterusnya sampai hari kiamat tiba. Mengenai peristiwa buruk ini, Rasulullah SAW menegaskan dalam sabdanya sewaktu bertanya kepada Jibril dan Mikail. Rasulullah SAW berkata kepada Jibril dan Mikail, "Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang aku lihat." Keduanya menjawab, "Adapun orang yang engkau lihat dirobek-robek mulutnya dia adalah pendusta, dia berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan itu dinukil darinya sampai tersebar luas, maka dia disiksa hingga siksaan tersebut sampai hari kiamat." (HR. Al-Bukhari).

Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi seseorang yang meninggal dunia selain dari dikumpulkan ruhnya bersama dengan ruh orang-orang yang beriman dan itu salah satu peristiwa yang akan dialami oleh ruh dan jasad di alam kubur. Dengan dikumpulnya bersama mereka maka kita pun mendapatkan hak mencicipi manisnya dalam kubur yang disediakan oleh mereka. (hlm. 157).

Hal yang menarik dari buku ini, yaitu pemaparan yang begitu jelas dan lengkap serta adanya dalil-dalil yang menguatkannya. Baik berupa Al-Qur'an maupun yang bersumber dari hadits.

Saya rasa buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh orang-orang untuk meneguhkan keimanannya tentang kekusaan Allah sehingga mampu menghidupkan kembali hatinya yang sedang mati atau imannya sedang. Oleh karena itu, buku ini cocok untuk semua golongan baik para orang tua, anak remaja, ataupun anak kecil yang kepercayaannya masih dangkal. Dengan hadirnya buku ini kita bisa mengetahui perbuatan apa saja yang menyebabkan kesengsaraan kita di alam kubur. Apa penyebabnya dan bagaimana cara kita supaya terhindar dari kesengsaraan tersebut.

Tetapi di balik keunggulan-keunggulan tersebut, saya rasa buku ini memiliki kekurangan, seperti adanya salah tulis. Misal, lumrahnya kata "khulafaur" di sini ditulis "khalafaur" (hlm. 109). Kekurangan lainnya yaitu gambar sampul buku kurang menarik dan komposisi warnanya begitu gelap. Sampul yang banyak diminati pembeli adalah sampul yang berwarna cerah. Tapi kekurangan semacam itu tidak menurunkan kualitas isi buku.
***

Tentang Penulis

RIZEM AIZID, lahir di Jember Jawa Timur, 26 Oktober 1987. Ia alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, Madura dan alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sejak kecil ia hidup dalam lingkungan religius. Ia menamatkan Sekolah Dasar (SD) di Jember, setelah tamat SD ia melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Annuqayah sambil bersekolah formal di MTs 1 Annuqayah. Selepas dari MTs ia melanjutkan di SMU Annuqayah. Selain di sekolah umum, ia juga secara bersamaan mengikuti sekolah keagamaan, yakni sekolah diniyah. Dari pesantren ia melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi dengan mengambil Fakultas Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri(UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Selain kuliah, ia aktif menulis resensi dan artikel di beberapa media massa di Indonesia, seperti Media Indonesia, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Suara Karya dan Jawa Pos. Tulisan-tulisannya telah banyak diterbitkan oleh sebuah penerbit besar di Yogyakarta, seperti Misteri Alam Rahim(Flash Books, 2011), Tamparan-Tamparan Super Pedas bagi yang Malas Shalat (Diva Press, 2011). Aktivasi Ilmu Laduni (Diva Press, 2011), Siapakah Sebenarnya Ratu Balkis? (Sabil, 2011), Pokok Kesalahan-kesalahan Umum dalam Umrah dan Haji (Diva Press, 2011), Waspadai Dosa-dosa Besar Paling Sering Diremehkan Kaum Laki-laki (Laksana, 2011), Kesalahan-kesalahan dalam Shalat Hajat yang Membuatmu Tidak Sukses (Diva Press, 2011), Kesalahan-kesalahan Busana Shalat Penyebab Shalatmu Tidak Sah (Safirah, 2012), Meraih Cinta Ilahi Melalui Taubat Nasuha (Pustaka Albana, 2012), Asmaul Husna untuk Otak Kanan dan Kiri (Diva Press, 2012). Dahsyatnya Mu'jizat 13 Sunnah Nabi (Sabil, 2013), Akibat-Akibat Fatal Meremehkan Shalat Taubat (Diva Press, 2013), Singa Padang Pasir Menerkam Amerika dan Sekutunya (Palapa, 2013), Awas! Orang Tampan dan Cantik Masuk Neraka! (Diva Press, 2013), Ajaibnya Surat Al-Qur'an Berantas Ragam Penyakit (Diva Press, 2013), Sehat dan Kaya dengan Al-Fatihah (Diva Press, 2013), Yasiin, Tahlil, dan Ziarah Kubur (Diva Press, 2013), Diguyur Rezeki (Diva Press, 2014) dan sejumlah buku lainnya.
***
 Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018

MENGOBATI PERASAAN GALAU DENGAN AL-QUR'AN

Mohammad Ridwanullah

Tentang Peresensi

MOHAMMAD RIDWANUULLAH, lahir di Dusun Tengginah Larangan Perreng Pragaan Sumenep, 17 Januari 2003. Riwayat pendidikan dimulai dari SD Larangan Perreng 2 dan sekarang duduk di kelas ix (sembilan) MTs Al-Wathan Larangan Perreng Pragaan Sumenep. Dia pernah mengikuti perkemahan tingkat Penggalang di lapangan Karduluk Pragaan Sumenep. Saat ini ia tinggal di Dusun Tengginah Larangan Perreng Pragaan Sumrnrp. Untuk berkomunikasi dengannya bisa via nomor 085336089086.
***
Buku Manage Your Galau with Al-Qur'an
Judul buku      : Manage Your Galau with Al-Qur’an
Penulis             : Miski Muhammadi  Mudin
Penerbit           : DIVA Press
Cetakan           : Pertama, 2016
Kota terbit       : Yogyakarta
Tebal buku      : 172 halaman
Peresensi         : Moh. Ridwanullah
                                                    
Buku yang berjudul Manage Your Galau with Al-Qur’an ini mengingat kepada kita bahwa dalam membaca Al-Qur’an kita dituntut untuk memerhatikan dan menyimaknya dengan baik, sehingga menjadi amal yang diterima oleh Allah, dan mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT.

Sebelum kita sampai pada satu kesimpulan utuh mengenai apa yang jadi fokus galau, kita coba gali terlebih dahulu galau dari perspektif psikologi, karena psikologi selalu berkaitan dengan emosi manusia, dan yang pasti galau termasuk salah satunya dari delapan jenis emosi yang oleh para ahli kemudian dikategorikan lagi beberapa emosi inti atau emosi dasar, yaitu takut, marah, sedih, dan senang. Emosi dasar manusia dalam Al-Qur’an meliputi emosi senang, marah, sedih, takut, benci, heran, dan kaget. Berdasarkan paparan ini sedikit ada titik terang bahwa galau kita bisa artikan sebagai kondisi jiwa, hati atau pikiran yang sedang tidak tenang yang tercermin dari perasaan sedih, cemas, bimbang, bingung, gelisah, resah dan sejenisnya (hlm. 19-21).

Al-hazan atau al-huzan adalah rasa sakit yang menghinggapi jiwa saat kehilangan yang dicintai, menjauhnya yang disenangi, atau terjadinya sesuatu yang tidak disukai. Hiburan adalah obat untuk penyakit ini (hlm. 26-28).

Rasulullah SAW juga pernah galau, sedangkan beliau adalah hamba yang paling takwa kepada Allah SWT. Pribadi terbaik sepanjang sejarah juga pernah merasa galau, seperti ayat berikut ini, “Sesungguhnya, kami mengetahui bahwasannya apa yang mereka katakana hatimu (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS. Al-An’am [6]: 33) (hlm. 28-29).

Beliau mengetahui bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan diri Al-Haris bin Amir bin Naufal bin Abd Manaf bin Qushai bin Kilab. Al-Haris ini adalah seorang yang terang-terangan mendustakan Rasulullah SAW namun ketika ia berkata bersama keluarganya dengan jujur ia berkata, “Muhammad sama sekali bukan pembohong. Aku tidak menilai apa pun tentang dirinya.” Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa ayat tersebut turun pada periode Mekkah yang notabene sering kali terjadi konflik antara masyarakat muslim dengan nonmuslim.

Ar-Razi menuturkan beberapa pendapat para ahli terkait penyebab yang membuat Rasulullah SAW galau. Menurut Al-Hasan, penyebabnya karena tuduhan sebagai tukang sihir, dukun dan orang gila yang ditunjukan kepada Rasulullah SAW. Menurut pendapat lain adalah karena mereka dengan terus terang mengatakan tidak beriman kepada beliau, tidak menerima agama dan syariatnya. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa penyebab kegalauan Rasulullah SAW adalah karena mereka menuduh beliau berbohong dan mengada ada.

Itulah galau Rasulullah SAW. Kegalauan yang memang lahir karena kenyataan pahit yang sungguh luar biasa. Tidak heran bila dalam Al-Qur'an kita jumpai banyak ayat yang bernuansa menghibur Rasulullah SAW (hlm. 30-32).

Galau itu manusiawi. Ia bisa hinggap pada siapa saja, selama ia menjadi manusia, dan masih hidup di dunia. Jangankan kita yang mungkin saja belum menjadi siapa–siapa”, menurut Allah, orang-orang besar sebelum kita pun juga pernah galau. Mungkin sudah tidak jarang lagi kita jumpai dalam kehidupan nyata, karena diputus pacar seseorang galu dan memilih bunuh diri (hlm. 62-72).

Di antara obat galau yang pertama ialah shalat. Shalat memiliki fungsi penting dalam kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Salah satu fungsi shalat yang penting bagi dunia medis dan kedokteran dewasa ini adalah aspek ketenangan, sebuah aspek yang memang penting kaitannya dengan kesehatan.

Selan itu, aspek yang kedua, yaitu aspek konsenterasi. Dalam kehidupan sehari-hari konsenterasi mutlak diperlukan. Dengan konsenterasi itulah, kita akan dengan mudah dan efektif merampungkan pekerjaan. Sebaliknya, orang yang tidak bisa konsenterasi akan mengalami gangguan saat menyelesaikan setiap pekerjaan: pikiran tidak fokus, lupa dan tidak bisa mempergunakan waktu secara efektif dan efisen.

Berikutnya aspek yang ketiga, yaitu relaksasi dan olahraga. Di zaman modern ini, salah satu metode untuk menyegarkan kinerja tubuh adalah dengan relaksasi dan olahraga. Menurut Milten Berger, ada empat macam relaksasi yang bisa dipraktikkan, yaitu relaksasi otot, pernafasan, meditasi, dan perilaku hal ini bisa terlihat dari gerak berdiri, dan seterusnya yang kesimpulannya adalah ternyata gerak shalat yang kita lakukan setiap hari mengandung rahasia-rahasia  kesehatan yang mungkin saja belum terbayangkan sebelumnya. Artinya, ketika kita melaksanakan shalat adalah sama halnya dengan kita mengolahragakan tubuh dan merelaksasikan tubuh secara teratur dan konsisten, dan tentunya sangat baik bagi kebugaran tubuh (hlm. 79-82).

Al-Qur’an yang saat ini kita kaitkan dengan terapi galau, ada ulama besar, Ibrahim Al-Khawash mengatakan, “Obat hati itu ada lima: membaca Al-Qur’an sambil merenungkan artinya, mengosongkan perut, shalat malam, tadharru pada waktu sahur,  dan berteman dengan orang-orang saleh.” Ringkasannya, jika sedang galau, termasuk salah satu alternatif terbaiknya adalah membaca Al-Qur’an dan meresapi maknanya, insya Allah ketenangan yang kita dambakan mudah kita rasa. “Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka baginya satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan alif lam min satu huruf. Alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi) (hlm. 83-84).

Selain itu, doa termasuk obat galau. Dengan berdoa seseorang yang beriman akan merasa lega, puas dan tenang, karena merasa bersama Allah SWT. Perasaan ini dapat memberikan kekuatan batin dalam menghadapi penyakit, rasa sakit, rasa takut, serta kecemasan (hlm. 86).

Selanjutnya, Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, sabar dapat menghilangkan rasa gelisah, juga menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota tubuh dari mengganggu. Salah satu alasan lagi, mengapa kita diuji adalah untuk menghapus dosa-dosa yang kita miliki.

Allah SWT berfiman, “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan kami telah beriman: dan mereka tidak diuji? Dan sungguh Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29]: 2-3) (hlm. 93- 94).

Demikian pemahaman tentang bagaimana obat galau dalam Al-Quran sehingga kita benar- benar mengerjakannya dengan baik dan dapat berpengaruh pada tingkah laku kita, pikiran atau hal-hal yang berkaitan dengan diri kita. Penjelasan di atas sudah cukup jelas untuk menggambarkan isi buku ini. Tentu di dalamnya berisi pelajaran-pelajaran kepada kita untuk menerapkan Al-Qur’an dengan baik. Buku ini juga memberikan manfaat bagi pemuda yang ingin membacanya sekaligus bisa mengerti isi buku ini.

Buku ini memiliki kelebihan tersendiri.  Di antaranya memberikan gambaran begitu jelas kepada pembaca untuk menerapkan Al-Qur’an. Bagi yang ingin membacanya tidak perlu kebingungan mencari istilah-istilah di kamus karena uraiannya cukup lugas. Salah satu kekurangan dalam buku ini di antaranya, ada beberapa pengulangn kata atau kalimat sehingga bisa memantik kebosanan pada pembaca.
***

Tentang Penulis

MISKI MUHAMMADI MUDIN, lahir di Dusun Lenger, Desa Bira Tengah, Kecematan Sokobana, Kabupaten Sampang. Pendidikan dasar ia tempuh di MI Miftahul Ulum Bira Tengah, selanjutnya MTs Manbaul Ulum Bira Timur, atas asuhan KH. Abd Al-Qadir Ahmad Mahfudh Z. Melajutkan studinya di tingkat aliyah, di Al-Amien Prenduan Sumenep. Kini, setelah menyelesaikan jenjang S1 di UIN Sunan Kalijaga, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits (yang sekarang menjadi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir), ia berjuang bersama teman-temannya yang lain untuk bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya. Buku-bukunya yang  telah diterbitkan, di antaranya Konteribusi Kelima Ushuluddin dalam Menjawab Peroblematika Bangsa (2012), Kupas Tuntas 29 Problematika Muslim (2013).
***
Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018