Saturday, March 23, 2019

KEISTIMEWAAN MEMBACA KALIMAT HASBUNALLAH WANI’MAL WAKIL

Ach. Wawan

Tentang Peresensi

ACH. WAWAN, lahir di Dusun Tengginah, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep, pada tanggal 26 Juni 2003. Riwayat pendidikannya dimulai dari RA Al-Habsyi, Tengginah Larangan Perreng (lulus 2008), MI Al-Ihsan II/A, Tengginah, Larangan Perreng (lulus 2016), dan sekarang masih duduk di kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep.              Pengalaman keorganisasian yang diikutinya antara lain: Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MTs Al-Wathan, sebagai Sekertaris tahun 2018.

Saat ini dia tinggal di Dusun Tengginah, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep. Putra Kepala Desa Larangan Perreng ini bisa dihubungi via HP. 081359460032 atau lewat e-mail: wawanatoh29@gmail.com. Facebook: Wawan Putra Kadez.

 
Buku Rahasia Kalimat Hasbunallah Wani'mal Wakil

Judul buku : Rahasia Kalimat Hasbunallah Wani’mal Wakil
Penulis : Syaiful Bahri
Penerbit : Safirah         
Cetakan  : Pertama, Desember 2013
Kota Penerbit  : Yogyakarta
Tebal Buku : 186
Peresensi : Ach. Wawan         
                                 
Hasbunallah wani’mal wakil adalah termasuk dzikir yang sederhana, namun di dalamnya mengandung makna yang luar biasa. Kalimat ini menandakan bahwa seorang hamba hanya pasrah kepada Allah SWT dan menjadikan-Nya tempat untuk bersandar.

Sebagai manusia, kita diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, menjadi khalifah di muka bumi. Namun di hadapan Allah SWT manusia adalah makhluk yang lemah. Tanpa Allah SWT kita tidak ada apa-apanya. Hal ini terbukti pada saat kita diberi kebahagiaan, kita sering kali tidak bersyukur kepada Allah SWT sehingga menjadikan kita malas mendekatkan kepada-Nya. Awalnya kita rajin shalat dan ibadah menjadi semakin hari semakin kendur (hlm.13).

Memang hidup terasa begitu kelam, hal yang pertama yang kita lakukan adalah meminta bantuan kepada manusia yang lain. Kita lupa bahwa Allah-lah yang bisa menyelesaikan dan memudahkan kita dari segala urusan, maka segeralah ingat Allah SWT seraya menyembut Hasbunallah wani’mal wakil.

Demikian dengan Rasulullah SAW dan para sahabat ketika menghadapi ancaman dari pasukan kafir ketika Perang Badar. Mereka juga mengucapkan, Hasbunallah wani’mal wakil (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung). Sehingga Allah SWT memberikan keselamatan dan kemenangan kepada Rasulullah beserta kaum muslimin (hlm. 14).

Kalimat Hasbunallah wani’mal wakil adalah tanda bahwa hamba benar-benar butuh pada Allah SWT. Tidak ada keselamatan kecuali dari pertolongan Allah SWT.(Hlm.15)

Kenapa manusia harus selalu menyandarkan dirinya kepada Allah SWT? Sebab, manusia tidak pernah mampu melawan  setiap bencana, derita dan setiap malapetaka dengan kekuatannya sendiri. Mereka akan mampu menghadapinya jika semuanya hanya pasrah kepada Allah SWT.

Sejarah telah memberitakan kekuatan kalimat Hasbunallah wani’mal wakil yang diucapkan  oleh para nabi dan orang-orang yang shaleh, ketika mereka menghadapi cobaan besar dan fitnah yang berat. Rasulullah  SAW bersabda, “Barang siapa yang menyandarkan diri pada sesuatu, maka hatinya akan dipasrahkan padanya.” (HR. Tirmidzi).

Hati seharusnya bergantung pada Allah, bukan pada makhluk. Jika Allah menjadi sandaran hati, tentu urusan kita semakin mudah teratasi. Allah-lah yang mencukupi urusan kita, yang mengetahui segala manfaat bagi kita dan kepadanNya sepenuhnya memohon pertolongan.

Makna kalimat Hasnunallah wani’mal wakil yang terdapat dalam Surat Ali Imran [3]: 173, kalimat yang kita belum banyak mengetahui bahwa kalimat itu memiliki kedahsyatan luar biasa bagi pembacanya. Yang sering kita ketahui bahwa dzikir hanya, tasbih, tahlil dan tahmid. Sedangkan hakikatnya dzikir tidak hanya bacaan tadi, sebab, makna dzikir yang sebenarnya adalah selalu mengingat Allah SWT (hlm. 19).

Dzikir lebih jelasnya, merupakan metode mengingat Allah SWT dengan mengucapkan pujian atau mengagungkan-Nya. Kenapa kita harus memuji atau mengagungkan Allah SWT? Karena Allah maha segalanya dan sudah terbukti dari dua puluh sifat yang dimiliki-Nya. Di antaranya, qudrat (kuasa) adalah sifat yang wajib ada pada Allah SWT. Allah yang menaungi segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Iradah (berkehendak) membuktikan bahwa Allah mempunyai kehendak untuk setiap kejadian yang ada di seluruh alam semesta ini. Apabila Allah tidak menghendaki kemauan yang kita inginkan, maka jangan  harap kemauan itu akan tercapai. Kejadian apa saja, baik kejadian besar atau kecil seperti pecahnya sebuah gelas, sobeknya sehelai kertas, matinya seekor nyamuk atau lain-lain semua itu bisa terjadi karena sesuai dengan iradah atau kehendak Allah SWT. Dan, sifat-sifat lainnya.

Selanjutnya, selain pembahasan tentang makna dan rahasia kalimat Hasbunallah wani’mal wakil, buku ini juga memaparkan rahasia-rahasia membaca kalimat hasbunallah wani’mal wakil yang diurai secara rinci dan jelas.

Adapun rahasia membaca kalimat hasbunallah wani’mal wakil sebagai berikut. Pertama, kita  mendapat pengampunan dari Allah SWT. Pastinya kita menginginkan ampunan dari Allah, sebab, setiap manusia tidak bisa terlepas dari dosa yang telah diperbuat baik disengaja ataupun tidak (hlm. 107-178).

Kedua,  diberikan ketenangan saat mengalami masalah sebagai manusia. Kita tidak bisa terlepas dari musibah. Untuk itu, cara yang bisa dilakukan ialah meminta pertolongan kepada Allah. Sebab, hanya Dialah yang berhak memberikan kejadian apa pun terhadap ciptaan-Nya  di alam semesta ini, termasuk menguji manusia.

Ketiga, menjadikan jiwa dekat dengan Allah SWT. Seorang  yang senantiasa mengingat Allah SWT dengan berdzikir kepada-Nya, maka selalu dekat dengan Dzat Yang Maha Agung. Dia selalu memberikan perlindungan, kecintaan, pertolongan terhadap hamba-Nya yang mengingat-Nya.

Keempat, membuat hati menjadi tenang. Ketenangan hidup ialah dambaan setiap orang, tetapi tidak banyak dari kita dapat meraihnya. Bermacam cobaan yang hadir dalam kehidupan kita menjadikan diri ini tidak tenang.

Kelima, mengangkat manusia ke maqam ihsan. Salah satu keutamaan berdzikir dengan melafalkan Hasbunallah wani’mal wakil adalah melahirkan sifat muraqabah (perasaan selalu diawasi oleh Allah SWT ) dalam menjadikan kehidupan yang penuh lika-liku.

Keenam, hidup menjadi barakah, rezeki berlimpah, halal adalah dambaan dan keinginan setiap orang. Keberkahan hidup hanya didapat atas izin Allah SWT.

Ketujuh, sumber  kekuatan kalbu dan kemuliaan jiwa. Di dalam hati menusia terdapat tempat atau ruangan kosong yang tidak bisa di tutupi, kecuali dengan  berdzikir kepada Allah SWT  termasuk melafalkan kalimat Hasbunallah wani’mal wakil. Hasbunallah wani’mal wakil ini juga lafal yang dapat menutup ruang kosong dalam hati kita.

Kedelapan, menjadikan ilmu bermanfaat. “Tuntutlah ilmu hingga ke Negeri China,” begitulah wasiat Rasulullah SAW kepada umat Islam. Jika Rasulullah SAW berwasiat untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya  walaupun sampai ke Negeri Tirai Bambu, maka membaca Hasbunallah wani’mal wakil menyebabkan ilmu yang diperoleh lebih bermanfaat.

Kesembilan, membersihkan dosa. Allah SWT memberikan kejelasan bahwa yang membedakan manusia yang satu dengan yang lain adalah mereka yang mana yang sering mengingat Allah. Dengan mengucapkan Hasbunallah Allah akan menghapus dosa-dosa yang pernah kita lakukan padanya. Sebab, mengucapkan Hasbunallah wani’mal wakil adalah bagian dari dzikir mengingat Allah SWT.

Kesepuluh, membebaskan diri dari sifat sombong. Ketahuilah bahwa salah satu keutamaan membaca Hasbunallah wani’mal wakil adalah dapat membebaskan diri dari sifat sombong.

Kesebelas, menjaga lisan dari kata-kata kotor, sehingga terhindar dari perkataan jorok, berbohong dan lain sebagainya. Mengingat Allah SWT dengan membaca Hasbunallah wani’mal wakil dapat memalingkan lisan kita dari hal tersebut.

Kedua belas, upaya menghidupkan hati. Dengan melafalkan Hasbunallah wani’mal wakil membuat hati menjadi hidup.

Ketiga belas, sabar menghadapi cobaan. Salah satu fadhilah mengingat Allah SWT dengan membaca Hasbunallah wani’mal wakil menjadikan kita sabar dalam menghadapi cobaan.

Keempat belas, sebagai jalan menuju Allah SWT. "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik perlindungan,” begitulah makna harfiah dari Hasbunallah wani’mal wakil.

Kelima belas, melihat Allah SWT di akhirat kelak. Seorang yang senantiasa mengingat sekaligus mencintai Allah SWT dalam hatinya, maka kelak ia akan melihat-Nya dan langsung menghadap-Nya dengan nurani-Nya.

Keenam belas, menghilangkan cinta terhadap dunia. Dalam hati jangan sekali-kali membanggakan pencapaian yang diperoleh di dunia. Jika seseorang melihat dunia dengan mata hatinya, maka ia dapat melihat cela-celanya, sehinga bisa mengeluarkannya dari hatinya.

Ketujuh belas, tidak merugi dan menyesal di hari kiamat. Sudah menjadi ketetapan bahwasanya  penyesalan selalu berada di belakang.

Kedelapan belas, mendapatkan nikmat yang besar dari Allah SWT. Beruntunglah orang-orang yang mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT. Karena dengan bersyukur, Allah akan menambahkan nikmat kepada manusia.

Kesembilan belas, diberi cobaan oleh-Nya. Sebab, semua itu hanya untuk menguji kesiapan diri kita untuk melangkah lebih jauh lagi menuju jalan-Nya.

Kedua puluh, mendapat surga di akhirat kelak. Orang-orang yang senantiasa menyerahkan semua hidup dan masalahnya kepada Allah, Dia akan memberikan jalan mulus untuk menuju lorong cinta yang menggairahkan dan menyediakan kamar-kamar di surga untuknya.
 
Kedua puluh satu, selamat dari azab Allah SWT.  Semua pasti ingin selamat dari azab Allah SWT. Itulah jaminan Allah bagi orang yang senantiasa rajin beribadah dan berbuat baik kepada sesama.

Kedua puluh dua, senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Mengingat Allah dengan melafalkan Hasbunallah wani’mal wakil adalah pangkal kesyukuran. Tidaklah seseorang dikatakan bersyukur  jika ia belum mengingat-Nya.

Kedua puluh tiga, dijauhkan dari kesempitan hidup. Jaminan khusus bagi orang yang selalu menjadikan Allah SWT sebagai  tempat untuk berlindung dari berbagai macam kemungkaran di dunia adalah dihilangkan dari kesempitan hidup di dunia ini. Hasbunallah wani’ml wakil adalah sarana yang dapat kita tempuh untuk memperlancar datangnya rezeki.

Demikian penjelasan tentang kalimat Hasbunallah  wani’mal wakil. Dengan kalimat ini memberikan peringatan kepada kita supaya tidak lupa bersyukur pada Allah dan meminta pertolongan-Nya. Buku yang berjudul Rahasia Kalimat Hasbunallah Wani’mal Wakil ini menuntun kita agar tidak lupa pada Allah dan selalu bersandar kepada-Nya, sebab,  manusia tidak akan mampu melawan setiap bencana atau musibah kecuali dengan pertolongan Allah SWT. Kemudian buku ini juga memaparkan bagaimana manusia selalu menyandarkan  diri  pada Allah dan selalu pasrah kepadanya dengan cara membaca kalimat Hasbunallah wani’mal wakil tersebut.

Bagi siapa saja yang ingin membaca buku ini tidak perlu kebingungan, karena dalam buku ini dijelaskan dengan rinci dan bahasanya sangat mudah untuk dipahami. Tidak hanya itu, isi buku ini juga bersumber dari  Al-Qur’an dan hadits sehingga kebenarannya tidak perlu diragukan lagi.

Di samping itu, ada beberapa kekurangan kecil dalam buku ini, misalnya ada kata yang  tidak sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti di halaman 15 dan 20.
***
Tentang Penulis

SYAIFUL BAHRI, SI., lahir di Sumenep, Jawa Timur. Menempuh pendidikan formal di SDN Totosan II Batang-Batang, Sumenep. Kemudian, ia melanjutkan ke MTs dan MA Miftahul Ulum Batang-Batang, Sumenep.

Putra kedua dari pasangan Sudarsono dan Isnawati ini, sejak tahun 2011 sudah aktif menulis di Pesantren Mahasiswa Garawiksa. Selain itu, ia juga menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
***
Sumenep, 24 Maret 2019

Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2018/2019. (MQ).
© 2019

Saturday, March 9, 2019

MENERAPKAN SIKAP SALING MEMAAFKAN DALAM RUMAH TANGGA

Kamulatun Jazilah

Tentang Peresensi

KAMILATUN JAZILAH, lahir di Dusun Tenggina, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep, tanggal 9 Januari 2004. Riwayat pendidikannya dimulai dari RA Al-Habsyi, Tenggina, Larangan Perreng (lulus 2009), MI Al-Ihsan II/A, Tenggina, Larangan Perreng (lulus 2013), sekarang duduk di bangku kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep.

Pengalaman keorganisasian yang diikutinya antara lain Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MTs Al-Wathan, Jabatan Koordinator Bidang Pendidikan (2017), pernah mengikuti perkemahan Tingkat Penggalang di beberapa tempat, dan menjuarai beberapa lomba puisi tingkat kecamatan.
***
Buku Dahsyatnya Energi Saling Memaafkan
Judul Buku       : Dahsyatnya Energi Saling Memaafkan
Penulis             : Nurul Latifah, S.PSI.
Penerbit          : Sabil
Cetakan           : Pertama, 2016
Kota Terbit      : Yogyakarta
Tebal Buku      : 192 halaman
Presensi           : Kamilatun Jazilah

Memaafkan kesalahan merupakan suatu sikap jiwa yang menghasilkan energi positif. Terlebih dalam rumah tangga, sikap saling memaafkan akan merekatkan ikatan kasih sayang, empati, dan cinta. Dengan sikap saling memaafkan, keluarga yang bahagia dapat digapai dengan lebih mudah.

Buku berjudul Dahsyatnya Energi Saling Memaafkan ini merupakan buku yang isinya mengingatkan kepada kita bahwa saling memaafkan akan mampu memberikan energi kesuksesan bagi karier dan ekonomi. Dengan saling memaafkan, aneka konflik dalam rumah tangga dapat dengan mudah di atasi.

Dalam upaya menggapai rumah tangga yang bahagia, suami dan istri seharusnya memiliki bekal pengetahuan. Beberapa bekal pengetahuan yang dibutuhkan untuk mencapai rumah tangga bahagia, di antaranya adalah mengenal potensi konflik dalam rumah tangga, cara melewati masa penyesuaian pernikahan, psikologi suami istri, menghapus kebiasaan marah, dan mendidik anak agar menjadi pemaaf. Dengan bekal itulah, suami istri dapat menjadi sepasang nahkoda yang siap mengarungi bahtera rumah tangga dan menggapai pernikahan bahagia (hlm. 14-15).

Keluarga bahagia adalah keluarga yang memiliki ketajaman untuk mengantisipai, mengenali, dan mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam rumah tangga. Faktor penyebab paling umum yang menimbulkan pertengkaran di dalam keluarga adalah kesulitan beradaptasi dengan perbedaan. Adaptasi dimaknai sebagai berani memeriksa diri, mengintrospeksi diri dari kelemahan masing-masing, dan akhirnya berani untuk mengubah diri (hlm. 15).

Ketika terjadi konflik, perbedaan, dan pertengkaran, masing-masing suami atau istri harus mengakui bahwa sejatinya mereka memilki konflik. Selanjutnya, keduanya harus mampu mengkomunikasikan kebutuhan, harapan, dan secara bersama-sama memikirkan alternatif penyelesaian masalah, perlu disadari bersama bahwa konflik bukanlah sebuah ancaman, melainkan peluang untuk semakin menjiwai karakter pasangan. Salah satu kunci keberhasilan dalam keluarga ialah kemampuan mengatasi setiap permasalahan. Dalam hal ini, setiap anggota keluarga diharapakan untuk mampu menjalankan peran dan tanggung jawabnya secara optimal. Permasalahan dalam keluarga jangan sampai menjadi awal dari perceraian. Sebaliknya, permasalahan tersebut diposisikan sebagai fase bagi keluarga untuk semakin tumbuh menjadi keluarga yang kokoh, kuat dan penuh cinta (hlm. 16-17).

Dalam bahtera rumah tangga, pasti akan ada yang namanya konflik, baik ketika itu berupa perekonomian, perselisihan dan lainnya. Maka dari itu, jika kita berkeinginan membangun rumah tangga yang bahagia, kita harus bisa saling memaafkan antara yang satu dengan yang lainnya, baik itu suami ataupun istri.

Seorang konselor keluarga dan pernikahan menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat menimbulkan masalah dalam rumah tangga. Di antara ketiganya adalah berkurangnya sikap saling pengertian, hilangnya keinginan untuk mempertahankan pernikahan, dan harapan yang tidak realistis dalam pernikahan. Berikut keterangan lebih lanjut tentang tiga faktor yang dapat menimbulkan masalah rumah tangga tersebut.  Pertama, berkurangnya saling pengertian. Ketika rasa saling pengertian berkurang, pasangan suami istri harus mengevaluasi perjalanan pernikahan. Apabila suami istri saling menonjolkan ego pribadi dan tidak mau memahami kondisi pasangannya, maka pertengkaran demi pertengkaran pun akan mudah terjadi. Hal-hal sederhana pun dapat berkembang menjadi lapisan konflik yang semakin rumit.

Kedua, hilangnya keinginan untuk mempertahankan pernikahan. Jika masing-masing pasangan sudah kehilangan motivasi untuk mempertahankan pernikahan, maka pernikahan pun akan rentan berakhir dengan perceraian.

Ketiga, harapan yang tidak realistis pada pasangan. Mengharapkan suami istri menjadi sosok yang sempurna merupakan gejala awal dari konflik rumah tangga, pada dasarnya, sejak sebelum menikah, seseorang harus membangun harapan yang realistis pada pasangan. Harapan yang tidak realilstis hanya akan menghadirkan perasaan kecewa, marah dan tidak puas. Selanjutnya, hal itu dapat menumbuhkan benih kebencian pada pasangan (hlm. 17-20).

Pemicu konflik lainnya yang dapat menghancurkan kebahagiaan di dalam rumah tangga adalah perselingkuhan. Perselingkuhan merupakan permasalahan yang sangat besar karena meninggalkan luka psikologis yang sangat mendalam jika salah satu pasangan mengetahui bahwa suami atau istrinya selingkuh, maka akan timbul kecurigaan secara terus menerus, hilangnya kepercayaan, dan menimbulkan perasaan tidak dicintai, selain perselingkuhan, permasalahan ekonomi juga dapat menimbulkan keretakan rumah tangga. Penghasilan ekonomi suami yang tidak sesuai dengan jumlah kebutuhan menyebabkan ketidakpuasan pada diri istri. Jika kesulitan ekonomi ini tidak dapat diatasi, maka akan terjadi ketagangan dalam keluarga (hlm. 21).

Di dalam perjalanan rumah tangga, akan ada banyak konflik yang menjadi ujian cinta. Jika di kelola dengan baik, konflilk itu mampu menjadi perekat cinta. Suami istri dapat mengelola konflik dengan menerapkan manajemen konflilk suami istri, di antanya: (1) Menyadari hadirnya konflik dan menerima dengan lapang dada. (2) Berdialog dengan pasangan dalam keadaan stabil. (3) Menghormati pasangan dan tidak serta  merta memvonisnya bersalah.         (4) Menjaga etika berbicara, mengingat kebaikan pasangan dan memaafkan kesalahan pasangan. (5) Berusaha menerima pasangan secara positif tanpa syarat dan berusaha memetik hikmah dari peristiswa yang mengecewakan, menyakitkan, dan menimbulkan konflik rumah tangga (hlm. 22-23).

Kehidupan rumah tangga akan diliputi dengan kebahagiaan jika pasangan suami istri mampu mewujudkan keharmonisan dalam rumah tangga. Keharmonisan ialah kehidupan yang penuh dengan keselarasan, sehingga mampu mewujudkan ketenteraman. Keluarga yang harmonis dan berkualitas adalah keluarga yang rukun, bahagia, tertib, disiplin, saling menghargai, penuh maaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti kepada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan, dan memanfaatkan waktu luang dengan hal positif sehingga kebutuhan dasar terpenuhi (hlm. 49).

Di dalam keluarga yang harmonis, kebiasaan marah telah dihapus menjadi ramah tamah. Sehingga, bibit-bibit kebencian tidak akan tumbuh. Rumah tangga pun dipenuhi dengan kelembutan tutur kata, canda yang riang penuh kebahagiaan, serta saling mengasihi antar anggota keluarga. Suami istri yang mampu mewujudkan keramahan dalam keluarga, secara tidak langsung telah melakukan pengasuhan ramah pada anak. Di dalam kebiasaan pola komunikasi yang ramah, suami istri akan lebih bahagia dan dicintai, sehingga memiliki energi positif untuk menjalankan peran dan tugasnya sehari-hari (hlm .51-52).

Anak-anak yang memiliki perilaku positif cenderung mampu menjadi penyejuk hati bagi kedua orang tuanya. Anak merupakan buah hati dari orang tua yang menjadi sumber ketenteraman. Namun demikian, tidak semua anak mampu menjadi penyejuk dalam keluarga, hanya anak yang memilki karakter baik yang mampu memberi ketenteraman (hlm. 62).

Salah satu pilar utama dalam menanamkan sikap positif pada anak ialah dengan mendidik anak agar mudah memaafkan. Dengan demikian, sikap pemaaf seorang anak akan memilki mental tangguh, dan kemampuan memaafkan yang baik, anak akan tumbuh menjadi sosok yang bijaksana dan penuh toleransi (hlm. 64-65).

Orang yang gemar memaafkan kesalahan dan mampu menahan amarah memilki derajat kemuliaan, selain dari itu, orang yang pemaaf juga akan mendapatkan kasih sayang dari Allah SWT. Amarah harus dikelola sehingga dapat menjadi energi yang memperdayakan, bukan membinasakan (hlm. 73).

Rumah tangga yang bahagia akan berdampak positif pada segala aspek kehidupan. Pada umumnya, setiap rumah tangga menginginkan kesuksesan dalam hal karier, ekonomi, dan kebahagiaan. Karier sukses, harta yang berlimpah, dan rumah tangga yang harmonis merupakan idaman setiap individu. Dengan memilki tiga hal tersebut, seolah-olah seluruh kebahagiaan berkumpul menjadi satu. Jika ditelisik lebih mendalam, ternyata ketiga kesuksesan yang diidamkan oleh keluarga tersebut dapat dicapai melalui sikap saling memaafkan. Sikap saling memaafkan dalam rumah tangga mencerminkan kemurahan hati seluruh anggota keluarga. Tidak hanya kemurahan hati, sikap saling memaafkan juga merupakan tanda kelakuan jiwa dari seluruh anggota keluarga. Di dalam keluarga, sikap saling memaafkan ditunjukkan dengan kemampuan memberikan maaf dan menahan amarah. Dua sikap ini merupakan simbol kekuatan yang dapat mengantarkan seseorang menuju kesuksesan. Memaafkan merupakan keterampilan hati yang bisa dilatih, diasah dan dibiasakan. Semakin terampil seseorang dalam memberi maaf, maka akan semakin sejahtera pula hidupnya, baik secara lahir maupun batin (hlm. 112-116).

Di dalam rumah tangga, kemampuan saling memaafkan merupakan suatu prestasi yang luar biasa. Kemampuan memaafkan secara tulus dan total dapat mengantarkan pada kesuksesan dalam bidang ekonomi, karier, kebahagiaan dan kesuksesan anak. Energi saling memaafkan dapat memberikan dampak positif yang akan membawa rumah tangga pada kebahagiaan (hlm. 130).
           
Kebiasaan saling memaafkan dalam rumah tangga merupakan sumber kasih sayang yang tidak akan pernah habis. Jika suami istri mau memahami dan menerima kondisi pasangannya, tentu tidak akan ada rasa marah di antara keduanya. Selain rumah tangga akan diliputi kasih sayang (hlm. 156).

Setiap orang pasti ingin mempunyai rumah tangga yang bahagia, maka dari itu marilah kita menerapkan sikap saling memaafkan, dengan sikap saling memaafkan kita dapat menggapai rumah tangga yang bahagia. Bukan hanya sikap memaafkan, tetapi juga sikap ramah tamah, harmonis, dan sabar juga mengantarkan pada keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Akan tetapi, bahtera rumah tangga tak akan selamanya berjalan mulus, ada kalanya terjadi suatu masalah yang disebabkan oleh suami istri. Maka dari itu, dibutuhkan kerelaan suami atau istri untuk memahami dan memaafkan kesalahan pasangannya agar keluarga yang bahagia dapat tercapai.

Hidup berumah tangga merupakan proyek membangun komunikasi dengan pasangan secara berkeseimbangan dan terus menerus. Berbagai persoalan dan perbedaan pendapat antara suami dan istri sering kali menguatkan berbagai masalah. Sehingga kelihaian dalam berkomunikasi merupakan keterampilan yang sangat diperlukan dalam membina kehidupan rumah tangga. Membina hubungan suami istri yang akrab dan mesra memerlukan tekat yang baik dan tingkat toleransi yang tinggi, sehingga berbagai masalah yang timbul dapat diatasi bersama (hlm. 169).

Perilaku saling memaafkan di dalam rumah tangga juga dapat dibina dengan membiasakan diri untuk berfokus pada masa depan. Dengan berfokus pada masa depan, seseorang akan lebih mudah memaafkan kesalahan, melupakan masa lalu, dan membuka lembaran baru. Sikap ini sekaligus mampu memberikan daya konsentrasi menyelesaikan tugas dengan baik.

Demikian pemaparan tentang bagaimana menerapkan saling memaafkan dalam rumah tangga. Penjelasan di atas sudah cukup jelas untuk menggambarkan isi buku yang berjudul Dahsyatnya Energi Saling Memaafkan. Di dalamnya berisi pelajaran-pelajaran kepada kita untuk menerapkan sikap memaafkan dalam rumah tangga. Buku ini memiliki kelebihan tersendiri. Di antaranya memberikan gambaran begitu jelas kepada pembaca untuk menerapkan sikap saling memaafkan. Bahasa yang digunakan sangat efektif dan komunikatif.
***
Tentang Penulis

NURUL LATHIFAH, S.PSI, lahir di Kulonprogo, 21 September 1989. Ia merupakan alumnus Psikologi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak. Selama kuliah, ia aktif di Laboratorium Psikologi Perkembangan, menjadi asisten Praktikum Psikologi dan beberapa mata kuliah seperti Psikologi Konseling dan Psikologi Eksprimen. Setelah lulus, sempat mengabdi di Pusat Psikologi Terapan Metamurfosa sebagai Asisten Psikolog.

Sejak kecil, ia sangat gemar membaca dan menulis. Hingga kini, tulisan-tulisannya berupa puisi, cerpen, opini, cernak dan resensi tersebar di media massa lokal dan nasional, seperti Republika, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Lampung Post, Koran Yogyakarta, Malang Post, Majalah Sastra Horison, Majalah Sabili, dan lain sebagainya. Beberapa karya sastranya termaktub di dalam antologi puisi bersama Menolak Lupa (2009), Pawestren (2013), Lintang Panyer Wengi: Kumpulan Puisi Go Penyair Yogyakarta (2014), dan Pisau, Antologi 21 Cerpen Perempuan Cerpenis Angkatan 2000 Dalam Sastra Indonesia (2013). 

Saat ini, penulis bersama anak dan suaminya tercinta, Anton Prasetyo, tinggal di Yogyakarta, penulis dapat di hubungi di El-Thiffa@yshoo.co.id.
***
Sumenep, 9 Maret 2019

Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2018/2019. (MQ).
© 2019

RAWATLAH HATIMU SEBAIK MUNGKIN

Irma Amilia Rahman

Tentang Peresensi

IRMA AMILIA RAHMAN, lahir di Probolinggo, 24 September 2004. Riwayat pendidikan dimulai dari TK Manarul Huda Pakamban Daya, Pragaan, Sumenep (lulus 2008), SDN Sentol Laok, Pragaan, Sumenep (lulus 2016), dan sekarang duduk di bangku kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan, Larangan Perreng, Pragaan, Sumenep.

Dia pernah mengikuti perkemahan Tingkat Penggalang di MI Miftahul Huda tahun 2018, dan pernah mengikuti cerdas cermat di MWC NU Pragaan bersana dua temannya meraih juara satu.           Pengalaman keorganisasian, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MTs Al-Wathan, Jabatan Anggota Bidang Keagamaan (2016) dan pernah menjadi Ketua OSIS MTs Al-Wathan masa bakti 2017-2018.

Saat ini dia tinggal di Dusun Tengginah, Desa Sentol Laok, Pragaan Sumenep. Dia bisa dihubungi lewat nomor HP. 081330497328 / 081931520308.
***
 
Buku Biarkan Hatimu Berbicara
  
Judul buku       : Biarkan Hatimu Bicara
Penulis             : Abi Aunillah Al-Kuwarasani
Penerbit          : Saufa
Cetakan           : Pertama,2015
Kota terbit       : Yogyakarta
Tebal buku      : 176 halaman
Peresensi         : Irma Amilia Rahman

Hati adalah peranti ruhani yang dengannya manusia dapat menyatakan keimanan kepada Allah SWT. Dia menganugerahi sebongkah hati kepada manusia, salah satunya sebagai decision maker (pembuat keputusan) karena hati tak pernah bohong.

Buku yang berjudul Biarkan Hatimu Bicara ini merupakan buku yang ditulis oleh Abi Aunillah al-Kuwarasani yang isinya mengungkapkan tentang rahasia hati dan segala hal yang berhubungan dengannya, mulai dari gambaran tentang hati, cara menjaga hati, menentu kesucian hati yang dilengkapi dengan kisah-kisah penggedor hati.

Hati termasuk salah satu ciptaan Allah yang begitu luar biasa. Di dalam hati tersimpan berjuta-juta rahasia yang hanya segelintir orang yang mampu memahami makna rahasia-rahasia itu. Bagi manusia, hati merupakan sesuatu yang sangat urgen.

Oleh karena itu, pembahasan seputar tentang hati ini merupakan pembahasan yang sangat penting sekali, dan dibutuhkan oleh kaum muslimin untuk meningkatkan kualitas pengetahuannya secara lebih mendalam tentang hati.

Banyak orang berbeda pendapat tentang penggambaran hati, tapi menurut Ibnu Arabi hati digambarkan sebagai sang khalifah, pemimpin, dan pengambil kebijakan itu bukanlah hati yang bersifat biologis, melainkan hati yang bersifat ruhani. Melalui hati inilah, sebenarnya manusia mampu memahami jalan mana yang akan mengantarkannya pada keselamatan serta jalan mana yang dapat membawanya pada kesesatan (hlm. 18).  

Tetapi menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hati adalah tempat yang harus dijadikan sumber kekuatan dalam menapaki tahapan-tahapan perjalanan menuju ridha Allah SWT.  Allah SWT Maha Tahu siapa di antara hamba-hamba-Nya yang benar-benar dekat dengan-Nya. Dan pengetahuan Allah SWT tidak didasarkan pada penampilan fisik atau pencitraan diri, melainkan pada bagaimana kondisi hati yang bersangkutan.

Sepandai apapun kita membuat pencitraan diri di hadapan Allah SWT namun  Dia sama sekali tidak akan terkecoh dan sepenuhnya dapat memahami siapa kita melalui hati kita sendiri (hlm 19), sebagaimana yang telah disebutkan Alah SWT di dalam Al-Qur'an, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengangungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." (QS. Al-Hajj [22]: 32).

Secara umum ada beberapa kata berbeda yang digunakan oleh Allah SWT yang semua istilah itu lazimnya diterjemahkan dengan arti yang sama, yaitu hati. Berikut beberapa kata yang sama-sama bermakna hati (hlm 23): Pertama, al-qalb, tidak sedikit firman Allah SWT yang menggunakan kata qalb yang bermakna hati. Makna umum dari kata qalb adalah sesuatu yang (suka) berbolak-balik. Bila dihubungkan dengan manusia, maka dapat dimengerti betapa hati manusia sesungguhnya sering mengalami keterbolak-balikan dalam setiap hal. Tetapi dalam Al-Qur'an kata qalb sendiri menunjuk pada hati yang sangat rentan dan mudah untuk diwarnai.       

Hati disebut al-qalb karena beberapa hal: yaitu karena hati menunjukkan pusat penentu.  Sebagaimana kota Mekah yang disebut dengan istilah qalbu al-radh (pusat bumi). Demikian pula halnya dengan hati yang menjadi pusat kembali segala aktivitas tubuh. Dan hati disebut qalb karena sifatnya bolak-balik.            

Kedua, fuad. Hati juga disebut dengan fuad. Kata fuad berasal dari kata fa’ada yang berarti terbakar, membakar dan berkobar. Secara singular, kata fuad disebut sebanyak lima kali dalam Al-Qur'an, di antaranya dalam surat Al-Qashash ayat 10 dan dalam surat Huud ayat 120 dan lainnya.

Ketiga, shadr, bermakna dada. Ketika Al-Qur'an menyebut hati manusia sebagai shadr, maka ia menggambarkan sesuatu yang tersembunyi, yang bisa juga dipahami sebagai niatan yang tersembunyi. Allah SWT menggunakan kata shadr untuk menggambarkan sifatnya yang tersembunyi dan tertutup. Kata shadr (hati) memiliki beberapa peran, yaitu sebagai berikut: (1) Gudang memori yang tak terhingga. (2) Tempat bersemayamnya keimanan dan kekufuran atau disebut juga sebagai pusat keyakinan yang mendasar. (3) Tempat bersemayamnya penyakit kejiwaan. (4) Tempat bersemayamnya kebaikan.

Berpaling dari nama-nama hati, kita teralih pada sifat- sifat hati manusia yang terbagi dalam empat golongan (hlm. 39), yakni sebagai berikut: Pertama, qalbun salim. Istilah qalbun salim oleh Al-Ghazali dipahami sebagai hati yang sehat. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Al-Quran, “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. As-Syu’ara’ [26]: 89).

Kedua, qalbun maridh. qalbun maridh dapat diartikan sebagai hati yang sakit. Dalam Al-Qur'an, setidaknya ada empat ayat yang menyebut tentang manusia yang memiliki hati yang sakit, salah satunya dalam QS. At-Taubah [9]: 125.

Ketiga, qalbun mayyit. Secara etimologis qalbun mayyit bermakna hati yang mati. Namun, pengertian dari hati yang mati ini sebenarnya adalah penggambaran mengenai hati manusia yang sepenuhnya sudah dikuasai oleh hawa nafsu.

Keempat, hati yang terkunci mati. Ada berbagai pendapat dikalangan ulama tafsir mengenai  pengertian hati yang terkunci. Sebagian mengatakan bahwa hati yang terkunci mati adalah hati orang kafir yang sama sekali tidak mau mempelajari dan mengambil pemahaman dari peringatan-peringatan Allah SWT dalam Al-Qur'an.

Bicara tentang hati, seperti yang telah dijelaskan dalam qalbun mayyit bahwa hati adalah “penggambaran mengenai hati manusia yang sepenuhnya sudah dikuasai oleh hawa nafsu", dan sering kali orang mengaitkan hawa nafsu dengan cinta, karena cinta adalah “pembicaran yang tak akan pernah menemukan akhir pungkasannya. Semakin ia dibahas, bukannya semakin berkurang, malah yang terjadi adalah hal sebaliknya, ia bertambah dan terus bertambah” (hlm. 63).  

Seperti yang ditulis oleh Junaid Al-Baghdadi, ”Cinta mengguncangkan kesenangan-kesenangan. Ketika hati seseorang sedang diliputi oleh cinta, maka ia akan merasakan seluruh hidupnya hanya berisi sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan.”

Nabi Muhammad SAW pernah mengingatkan bahwa seseorang yang mencintai sesuatu, maka ia akan menjadi budaknya. Pernyataan beliau sangat benar, sebab, ketika seseorang sudah jatuh cinta kepada orang lain, maka ia sanggup melakukan apa saja dan siap berkorban demi orang yang dicintainya. Ia akan pasrah terhadap sesuatu yang dicintainya sebagaimana pasrahnya seorang budak kepada tuannya.

Namun perlu juga dipahami mengenai tingkatan-tingkatan cinta, dan bagaimana mengelola serta merawatnya. Sebab, ada jenis cinta yang menyelamatkan, namun tidak sedikit jenis cinta yang melalaikan dan mencelakakan (hlm. 64). 
          
Dalam diskursus tasawuf, cinta dikenal memiliki beberapa tingkatan atau maqam. Namun dalam hal ini, akan dibahas tentang dua maqam saja, yakni cinta manusia kepada Allah dan cinta manusia kepada manusia (hlm. 66).

Pertama, cinta manusia kepada Allah. Orang-orang yang hatinya benar-benar mabuk oleh kepada Allah, maka ia akan berusaha meniru serta menerjemahkan sifat-sifat Tuhan itu sendiri dalam kehidupan nyata. 

Kedua, cinta manusia kepada sesama manusia. Orang yang dengan cintanya masih berkecenderungan pada hal-hal dunia, kenikmatan nafsu, dan sebagainya maka hatinya hanya memberikan perlakuan istimewa kepada orang yang ia cinta, sementara tidak demikian pada yang lain. Dan hati banyak memiliki virus-virus yang harus selalu kita waspadai karena tanpa kita sadari virus-virus tersebut dapat menjangkiti kita kapan saja, dan di antara virus-virus hati tersebut adalah tidak berdzikir kepada Allah, dengki, marah dan syirik (hlm. 54).

Oleh karena itu, kita harus senantiasa merawat hati agar selalu cinta kepada Allah. Dan berikut cara menghalau virus-virus hati dan beberapa cara merawat hati  kita agar selalu merasa cinta cinta kepada Allah (hlm. 70).

Pertama, memperbanyak dzikr atau menyebut nama Allah SWT demi mengingat-Nya dalam hati.

Kedua, memenuhi permintaan (perintah) Allah SWT kepada kita, sebagai bukti bahwa kita cinta kepada Allah SWT.

Ketiga, bertaubat. Dengan memperbanyak memohon ampun kepada Allah SWT juga dapat menjadi cara merawat hati agar selalu cinta kepada Allah SWT.

Cinta juga dapat membuat hati seseorang tertutup, dan oleh karena itu, kita sering mendengar orang-orang menyebut sebuah kalimat seperti, bukalah pintu hatimu dan sebagainya. Bila direnungkan, pernyataan ini tidak sepenuhnya keliru, mengingat hati manusia bisa tertutupi, terutama oleh banyaknya dosa yang telah dilakukan (hlm. 81).

Sedikitnya ada dua cara yang bisa kita lakukan untuk menjadikan hati kita selalu terbuka.             Pertama, jangan sombong. Kebenaran bisa datang dari mana saja dan dari siapa saja. Jangan merasa karena kita berpendidikan tinggi, lebih pandai daripada orang lain, lalu kita meremehkan pendapat mereka yang sudah nyata menyerukan perihal kebenaran.

Kedua, memperkuat keimanan kita dengan setia mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT serta menjauhi larangan-Nya. Allah SWT akan senantiasa membuka hati hamba-hamba-Nya serta menyinarinya dengan hidayah selama sang hamba benar-benar menginginkannya.  Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu membangun dialog yang intensif dengan hati kita, terutama berkaitan dengan apa yang sudah kita lakukan selama ini terkait pengabdian kita kepada Allah, menilai keburukan diri sendiri, sibuk menghitung kebaikan dan keburukan kita selama ini. Nabi SAW bersabda,  “Berbahagialah orang yang sibuk memperhatikan aib dirinya sendiri ketimbang memperhatikan aib orang lain.” (HR. Tirmidzi)(hlm. 89).

Penting kita ketahui bersama bahwa ada lima hal yang dapat membuat hati kita tidak bisa mendengarkan kata hati kita sendiri, yaitu menyepelekan dosa kecil, meremehkan dosa, bergembira melakukan dosa, menyepelekan karunia Allah SWT dan menampakkan dosa (hlm. 91-95). Oleh karena itu, sebaiknya kita merasa takut kepada Allah SWT dengan mampu menjaga lidah, menjaga hati, penglihatan, perut, kedua tangan dan kedua kaki kita (hlm. 112-119).

Demikian pemaparan tentang menjaga hati dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hati kita dapat terhindar dari bermacam-macam hal yang tercela dan dilarang oleh Allah SWT. Penjelasan di atas sudah cukup jelas untuk menggambarkan isi buku yang berjudul Biarkan Hatimu Bicara ini, tentu di dalamnya berisi pelajaran-pelajaran kepada kita untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena hati merupakan salah satu anggota tubuh yang dapat menuntun kita pada jalan yang lurus atau sebaliknya. Selain itu, buku ini juga menyingkap berbagai faktor yang dapat merusak hati, sekaligus memberi tuntunan agar kita mampu menjaga hati dari hal-hal yang tercela.

Buku ini memiliki kelebihan tersendiri. Di antaranya memberi gambaran begitu jelas kepada pembaca untuk merawat hati. Dan bahasa yang digunakan juga komunikatif dan tidak berbelit-belit. Siapapun yang membacanya akan lebih mudah memahami isinya. Tidak hanya itu, buku ini juga bersumber dari Al-Qur'an dan hadits, sehingga kebenarannya tidak diragukan lagi.
   
Di samping kelebihan di atas, ada beberapa kekurangan yang juga perlu diketahui oleh pembaca, di antaranya adalah banyak kata yang salah dan kurang tanda baca pada halaman 27 dan 46 seharusnya kata tersebut "seperti apa?" dan "kwalitas" seharusnya "kualitas". Dan masih banyak lagi kekurangan yang perlu diketahui oleh para pembaca, contohnya dapat dilihat pada halaman 55, 56, 61, 68, 71, 85 dan 120.

Meskipun kekurangan secara fisik dalam buku ini cukup banyak, akan tetapi isi buku ini penting untuk diperhatikan dan diterapkan bagi siapa saja, terutama kaum muslimin yang ingin meningkatkan kualitas pengetahuannya seputar hati. Karena isinya menuntun para pembaca agar lebih menjaga hatinya dari perkara-perkara yang dilarang oleh Allah SWT dan berisi cara-cara untuk mendekatakan diri kepada Allah SWT. Karena hidup di dunia ini tidak luput dari gangguan setan maupun manusia sendiri, baik melalui  bisikan dan khayalan yang ditaburkan ke hati saat beribadah kepada Allah.[]
***
Tentang Penulis

ABI AUNILLAH AL-KUWARASANI, lahir pada tahun 1981 di Sumenep, Jawa Timur. Menempuh pendidikan dasar hingga atas di daerah kelahirannya serta melanjutkan ke UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurusan Tafsir Hadits. Aktif dalam kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Tahun 2013, pernah diundang oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia untuk berbicara tentang masalah sosial dan budaya masyarakat lokal. Pernah juga aktif sebagai relawan Word Food Program sekaligus memberikan pendampingan dan konseling terhadap masyarakat korban kekerasan Sampit. Di luar itu, penulis yang akrab disapa Al ini aktif mengorganisir PUSAKA (Pusat Studi Agama dan Kebudayaan) yang bergerak dalam kegiatan pemberdayaan sosial masyarakat bawah dan mempublikasikan beberapa hasil kegiatannya dalam bentuk opini dan essai di media massa lokal maupun nasional. Beberapa di antara karyanya yang sudah dibukukan seperti, Sembuh dengan Al-Qur’an (2012), Cerita Koplak di Negeri koplak (2012) dan lainnya.
***
Sumenep, 9 Maret 2019

Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2018/2019. (MQ).
© 2019