Sunday, June 3, 2018

HATI ADALAH MODAL UTAMA SUKSES DUNIA AKHIRAT

Ahmad Burhanuddin

Tentang Peresensi

AHMAD BURHANUDDIN, lahir di Dusun Tengginah Larangan Peragaan Pragaan Sumenep, 3 Februari 2003. Riwayat pendidikan dimulai dari SDN II Larangan Perreng (lulus, 2015). Sekarang duduk di bangku kelas ix (sembilan) MTs Al-Wathan Larangan Perreng Pragaan Sumenep. Pengalamanannya, ia pernah mengikuti perkemahan Tingkat Penggalang di Jambore Ranting 2014, ia aktif dalam kegiatan Lesehan Sastra (Lensa), menjabat koordinator Bidang Pendidikan OSIS MTs Al-Wathan (2017). Saat ini ia tinggal di Tobato Dusun Tengginah Larangan Peragaan Pragaan Sumenep. Dia bisa dihubungi di nomor HP. 082330643635.
 ***
Buku Ala Wa Hiya Al-Qalbu
Judul buku      : Alaa Wa Hiya Al-Qalbu
Penulis             : Iqra’ Firdaus
Penerbit           : Safira
Cetakan           : Pertama, 2016
Kota terbit       : Yogyakarta
Tebal buku      : 224 halaman
Peresensi         : Ahmmad Burhanuddin

Buku yang berjudul Alaa Wa Hiya Al-Qalbu menyuguhkan tentang peranan hati dalam kehidupan. Buku ini menyarankan perlunya terlebih dahulu memahami makna hati (qalbu) sehingga anda perlu memahaminya sebelum masuk  kepada  pembahasan berikutnya. Disarankan anda membaca poin perpoin (sub persub) secara urut, karena antara poin pertama, kedua, dan seterusnya saling berkaitan. Dengan begitu, anda dapat memahami ulasan tentang hati secara utuh.

Ada kerancuan dalam bahasa Indonesia dalam memaknai kata qalbu (heart) Lazimnya masyarakat merujuk hatisebagai pedoman kata heart dalam bahasa Inggris. Ungkapan my heart dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai hati saya (bukan jantung saya), padahal heart dimasukkan sebagai organ tubuh yang makna aslinya adalah jantung. Sementara itu, dalam bahasa Inggris hati disebut liver, contoh penyakit liver berarti gangguan yang berhubungan dengan serangan jantung. Letaknya pada organ jantung berfungsi untuk memompa darah seluruh tubuh. Akan tetapi, yang terjadi di masyarakat terkadang menyebut kata hati untuk menunjukkan jantung (heart), dan dalam kesempatan yg lain menunjukkan  liver,  pada giliran hal tersebut bisa  menyebabkan kerancuan  (hlm. 13).

Kerancuan tersebut bisa juga dilihat misalnya terkait simbol hati love (cinta) yang sering disosialisasikan dengan simbol hati (liver), padahal ia lebih mirip mendekati akurat. Simbol ini sebenarnya sudah lama dipakai untuk menujukan spiritualisasi (heart) dan emosi, menganggap manusia berpikir dan berperasaan dengan jantung  (heart). Masing-masing penggunaan istilah liver berkembang  di daerah selatan (terutama  Asia  termasuk Indonesia), dan heart berkembang di utara (terutama Eropa) dan kini pengertian hati (liver) di daerah  selatan  menimbulkan pengertian yang rancu ketika mereka mengatakan “Hatiku sangat sakit”, tetapi yg ditunjuk justru bagian dada kiri (lokasi jantung) (hlm.15).

Bicara tentang hati (qalbu) kita memaknai dari dua sudut pandang  yang  berbeda, sebab  hati punya pengertian jasmani dan rohani,  mengigat  segumpal  daging  itu bernama  hati atau berupa jantung (heart) berbentuk seperti kerucut yang terletak di dada kiri. Sedangkan hati rohani adalah hati yangg lembut atau halus (lathifah) tidak kasat mata, tidak bisa dilihat,  bersifat rabbani dan rohani yang merupakan tempat pengetahuan seperti yang berisi kecerdasan mendalam dan  kearifan.  Ia tempat tersembunyinya cinta sejati  (hlm. 17). Dalam bahasa sehari-hari, hati rohani disebut dengan  hati. Hati rohani banyak juga yang menyebut dengan konteksnya,  sebab hati atau heart dalam bahasa Iggris berarti fisik (jantung), seperti istilah heart attack (serangan jantung), dapat pula bermakna non fisik, “Sesungguhnya, di dalam  tubuh  manusia  ada segumpal daging. Jika ia baik, semua aggota tubuh akan jadi baik, (sebalikyan) jika segumpal daging itu buruk, buruk pula semua itu gara-gara hati.” Jantung memang sekepalan tangan tetapi peranan degup dan detaknya berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup. Adanya masalah jantung bisa menyebabkan kematian. Hal yang perlu digarisbawahi bahwa segumpal daging (jantung) sebagaimana digambarkan pada isi hadits tersebut dimaknai lebih dari simbolis analogi”, artinya  kata  qalbu pada hadits itu lebih tepat dimaknai seperti (bersifat) hati rohani. Namun ada juga sebagian pendapat yang menganggap jika hati rohani bersemayam  di hati fisik. Sehingga hati fisik dianggap sebagai saluran atau penghubung bagi hati rohani.  Banyak  penganut agama di dunia menganggap bahwa hati adalah tempatnya jiwa manusia.

Ketika Rasulullah SAW mengatakan ada segumpal daging dalam tubuh”, juga melambangkan peran penting bagi kesehatan jiwa sebagaimana hati jasmani, hati rohani memiliki peranan  penting bagi kehidupan manusia, memegang peranan penting bagi kehidupan  manusia. Jika  hati  rusak, seluruh rohani kita rusak, dan kalau hati baik maka seluruh rohani kita baik.

Apabila  hati  jasmani (jantung)  terluka  atau  mengalami  ganguan, tubuh  menjadi sakit, seperti peristiwa sekarang. Jantung jika mengalami kerusakan berat, kita pun bisa meniggal dunia.  Demikian pula hati rohani jika terjangkit sifat-sifat tercela karena hawa nafsu, maka kita bisa sakit secara spiritual, dilanda kegalauan, kesedihan, penuh beban. Saat  hati  didominasi oleh  nafsu yang buruk maka kehidupan akan mati. Berbuat kejahatan menjadi hobi dan kesenangan,  jadi kebiasaan tanpa adanya rasa bersalah. Baik atau tidaknya kondisi hati rohani dapat berpengaruh terhadap kejiwaan, emosi,  bahkan terhadap tubuh, sebab, tubuh atau jasad  hanyalah kendaraan (pelaksana) yang menjalankan perintah hati. Kalau hati baik, anggota tubuh  akan ikut pada jalan baik, begitu juga sebaliknya hubungan hati dengan organ-organ tubuh  lainya (hlm. 22-23).

Qalbu jasmani tersebut lebih bersih metafora  (bukan makna sebenarnya). Pilihan diksi segumpal daging yang dipakai oleh Rasulullah SAW dalam sabda tersebut merupakan kepiawaian komunikasi  beliau  dalam menyampaikan  risalah. Selain itu, penggunaan  ungkapan segumpal daging yang dipakai Rasulullah SAW dalam sabda tersebut berarti jantung  (qalbu).

Nah, jika fakta dikaitkan dengan  hadits  sebelumnya,  maka bisa disimpulkan  bahwa ungkapan segumpal daging itu bernama hati (qalbu), lebih tepat dimaknai sebagai qalbu rohani, sebab di dalam Al-Quran  perhatiannya terhadap qalbu rohani begitu besar, sebagaimana digambarkan pada berapa ayat dalam buku ini. Ali bin Abi Thalib RA pernah memberikan perumpamaan  tentang hati. Menantu Rasulullah SAW itu menyatakan, “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai bejana-bejana di bumi, yaitu hati. Maka hati yang paling kokoh kemudian, ia melanjutkan penjelasannya,yaitu, yang paling kokoh dalam agama, paling jernih keyakinan dan paling lembut kepada saudara sesama muslim.” (hlm. 33).
  
Kita sering mendengarkan bahwa Allah SWT ada di mana-mana. Orang yang tajam  penglihatan  mata hatinya, ia dapat merasakan betul kehadiran Allah SWT. Rahasia  yang selama ini tidak diketahui,  kini  berubah menjadi nyata (hlm. 38-39).

Apabila dunia diibaratkan sebagai medan pertempuran, maka hati  adalah  bala  tentaranya.  Bala tentara hati dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) pasukan. Pertama, laskar,  yakni sebagai   pasukan iradah (kehendak). Ini adalah penolong dan penyemangat, baik mendorong  kemanfaatan (kebaikan) maupun kebaikan. Dari pasukan ini prajurit yang baik dinamakan muthmainnah dan yang  jahat disebut amarah.

Kedua, pasukan qudrah (kekuatan). Pasukan ini menggerakkan anggota badan untuk  menunjukkan sesuatu  yang  diinginkan oleh pasukkan kehendak.

Ketiga, pasukkan idrak (ilmu dan penyerapan). Pasukan ini bertugas untuk menyerap dan mengetahui. Sebagian mereka terdiri atas panca indera (pendengaran,  penciuman, pengelihatan,  perasa  dan  peraba). Akal pikiran sangat berpengaruh karena termasuk bagian dari pasukan ini yang merupakan tempat (wadah) ilmu pengetahuan. Akal pikiran berpengaruh pada kondisi  hati. Ilmu pengetahuan ini  mempengaruhi dua pasukan sebelumnya.

Tiga pasukan tersebut merupakan laskar hati yang terampil dan handal. Ketiganya bisa bekerja sama dan saling mempengaruhi. Pasukan idrak dapat mengetahui yang halal dan haram, yang berbahaya dan bermanfaat, dan yang ragu-ragu. Pasukan idrak menghindari atau  menerobos  bahaya dan apabila sudi berjuang menggapai  kemenangan  atau takluk  kepada  musuh  (bisikan setan dan hawa nafsu).

Demikian tentang pemaparan seputar  hati, sifat  dan  kondisinya. Paparan  di atas  cukup jelas untuk menggambarkan isi buku ini. Di dalamnya berisi pelajaran-pelajaran  kepada  kita  tentang  konteks  kehidupan  dunia  meliputi  ulasan seputar hati.

Buku yang ditulis oleh Iqra’ Firdaus ini memberikan perubahan kepada kita tentang kebiasaan buruk kita. Bagi yang membacanya tidak akan rancu dan kebingungan  mencari  istilah-istilah yang sulit di kamus, karena istilah-istilah penting dalam buku ini sudah dijelaskan secara rinci dan bahasa yang digunakan juga sangat komunikatif dan tak berbelit-belit. Siapapun yang membacanya akan lebih mudah  memahami isinya. Itulah kelebihan buku ini.
***
Tentang Penulis      
                                                                                                                                                                IQRA’FIRDAUS,  lahir di Sumenep Madura.  Lulus dari Jurusan Komunikasi  dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yokyakarta, 2015. Kini penulis tunggal tinggal di yokyakarta. Beberapa bukunya seputar agama telah terbit, di antaranya, Bicaralah yangg Baik atau Diamlah (Safirah, 2014). Dhuha itu Wajib  (DIVA Press, 2014), Engkau Wajib Kaya bila Shalat Dhuha dan Bersedekah dengan Benar (DIVA Press, 2014). Kiat Hebat Public Relatios ala Nabi Muhmmad SAW (Najah,  2012) dan lain-lain.

***
Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018

No comments:

Post a Comment