Thursday, June 21, 2018

MENGOBATI PERASAAN GALAU DENGAN AL-QUR'AN

Mohammad Ridwanullah

Tentang Peresensi

MOHAMMAD RIDWANUULLAH, lahir di Dusun Tengginah Larangan Perreng Pragaan Sumenep, 17 Januari 2003. Riwayat pendidikan dimulai dari SD Larangan Perreng 2 dan sekarang duduk di kelas ix (sembilan) MTs Al-Wathan Larangan Perreng Pragaan Sumenep. Dia pernah mengikuti perkemahan tingkat Penggalang di lapangan Karduluk Pragaan Sumenep. Saat ini ia tinggal di Dusun Tengginah Larangan Perreng Pragaan Sumrnrp. Untuk berkomunikasi dengannya bisa via nomor 085336089086.
***
Buku Manage Your Galau with Al-Qur'an
Judul buku      : Manage Your Galau with Al-Qur’an
Penulis             : Miski Muhammadi  Mudin
Penerbit           : DIVA Press
Cetakan           : Pertama, 2016
Kota terbit       : Yogyakarta
Tebal buku      : 172 halaman
Peresensi         : Moh. Ridwanullah
                                                    
Buku yang berjudul Manage Your Galau with Al-Qur’an ini mengingat kepada kita bahwa dalam membaca Al-Qur’an kita dituntut untuk memerhatikan dan menyimaknya dengan baik, sehingga menjadi amal yang diterima oleh Allah, dan mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT.

Sebelum kita sampai pada satu kesimpulan utuh mengenai apa yang jadi fokus galau, kita coba gali terlebih dahulu galau dari perspektif psikologi, karena psikologi selalu berkaitan dengan emosi manusia, dan yang pasti galau termasuk salah satunya dari delapan jenis emosi yang oleh para ahli kemudian dikategorikan lagi beberapa emosi inti atau emosi dasar, yaitu takut, marah, sedih, dan senang. Emosi dasar manusia dalam Al-Qur’an meliputi emosi senang, marah, sedih, takut, benci, heran, dan kaget. Berdasarkan paparan ini sedikit ada titik terang bahwa galau kita bisa artikan sebagai kondisi jiwa, hati atau pikiran yang sedang tidak tenang yang tercermin dari perasaan sedih, cemas, bimbang, bingung, gelisah, resah dan sejenisnya (hlm. 19-21).

Al-hazan atau al-huzan adalah rasa sakit yang menghinggapi jiwa saat kehilangan yang dicintai, menjauhnya yang disenangi, atau terjadinya sesuatu yang tidak disukai. Hiburan adalah obat untuk penyakit ini (hlm. 26-28).

Rasulullah SAW juga pernah galau, sedangkan beliau adalah hamba yang paling takwa kepada Allah SWT. Pribadi terbaik sepanjang sejarah juga pernah merasa galau, seperti ayat berikut ini, “Sesungguhnya, kami mengetahui bahwasannya apa yang mereka katakana hatimu (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS. Al-An’am [6]: 33) (hlm. 28-29).

Beliau mengetahui bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan diri Al-Haris bin Amir bin Naufal bin Abd Manaf bin Qushai bin Kilab. Al-Haris ini adalah seorang yang terang-terangan mendustakan Rasulullah SAW namun ketika ia berkata bersama keluarganya dengan jujur ia berkata, “Muhammad sama sekali bukan pembohong. Aku tidak menilai apa pun tentang dirinya.” Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa ayat tersebut turun pada periode Mekkah yang notabene sering kali terjadi konflik antara masyarakat muslim dengan nonmuslim.

Ar-Razi menuturkan beberapa pendapat para ahli terkait penyebab yang membuat Rasulullah SAW galau. Menurut Al-Hasan, penyebabnya karena tuduhan sebagai tukang sihir, dukun dan orang gila yang ditunjukan kepada Rasulullah SAW. Menurut pendapat lain adalah karena mereka dengan terus terang mengatakan tidak beriman kepada beliau, tidak menerima agama dan syariatnya. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa penyebab kegalauan Rasulullah SAW adalah karena mereka menuduh beliau berbohong dan mengada ada.

Itulah galau Rasulullah SAW. Kegalauan yang memang lahir karena kenyataan pahit yang sungguh luar biasa. Tidak heran bila dalam Al-Qur'an kita jumpai banyak ayat yang bernuansa menghibur Rasulullah SAW (hlm. 30-32).

Galau itu manusiawi. Ia bisa hinggap pada siapa saja, selama ia menjadi manusia, dan masih hidup di dunia. Jangankan kita yang mungkin saja belum menjadi siapa–siapa”, menurut Allah, orang-orang besar sebelum kita pun juga pernah galau. Mungkin sudah tidak jarang lagi kita jumpai dalam kehidupan nyata, karena diputus pacar seseorang galu dan memilih bunuh diri (hlm. 62-72).

Di antara obat galau yang pertama ialah shalat. Shalat memiliki fungsi penting dalam kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Salah satu fungsi shalat yang penting bagi dunia medis dan kedokteran dewasa ini adalah aspek ketenangan, sebuah aspek yang memang penting kaitannya dengan kesehatan.

Selan itu, aspek yang kedua, yaitu aspek konsenterasi. Dalam kehidupan sehari-hari konsenterasi mutlak diperlukan. Dengan konsenterasi itulah, kita akan dengan mudah dan efektif merampungkan pekerjaan. Sebaliknya, orang yang tidak bisa konsenterasi akan mengalami gangguan saat menyelesaikan setiap pekerjaan: pikiran tidak fokus, lupa dan tidak bisa mempergunakan waktu secara efektif dan efisen.

Berikutnya aspek yang ketiga, yaitu relaksasi dan olahraga. Di zaman modern ini, salah satu metode untuk menyegarkan kinerja tubuh adalah dengan relaksasi dan olahraga. Menurut Milten Berger, ada empat macam relaksasi yang bisa dipraktikkan, yaitu relaksasi otot, pernafasan, meditasi, dan perilaku hal ini bisa terlihat dari gerak berdiri, dan seterusnya yang kesimpulannya adalah ternyata gerak shalat yang kita lakukan setiap hari mengandung rahasia-rahasia  kesehatan yang mungkin saja belum terbayangkan sebelumnya. Artinya, ketika kita melaksanakan shalat adalah sama halnya dengan kita mengolahragakan tubuh dan merelaksasikan tubuh secara teratur dan konsisten, dan tentunya sangat baik bagi kebugaran tubuh (hlm. 79-82).

Al-Qur’an yang saat ini kita kaitkan dengan terapi galau, ada ulama besar, Ibrahim Al-Khawash mengatakan, “Obat hati itu ada lima: membaca Al-Qur’an sambil merenungkan artinya, mengosongkan perut, shalat malam, tadharru pada waktu sahur,  dan berteman dengan orang-orang saleh.” Ringkasannya, jika sedang galau, termasuk salah satu alternatif terbaiknya adalah membaca Al-Qur’an dan meresapi maknanya, insya Allah ketenangan yang kita dambakan mudah kita rasa. “Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka baginya satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan alif lam min satu huruf. Alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi) (hlm. 83-84).

Selain itu, doa termasuk obat galau. Dengan berdoa seseorang yang beriman akan merasa lega, puas dan tenang, karena merasa bersama Allah SWT. Perasaan ini dapat memberikan kekuatan batin dalam menghadapi penyakit, rasa sakit, rasa takut, serta kecemasan (hlm. 86).

Selanjutnya, Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, sabar dapat menghilangkan rasa gelisah, juga menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota tubuh dari mengganggu. Salah satu alasan lagi, mengapa kita diuji adalah untuk menghapus dosa-dosa yang kita miliki.

Allah SWT berfiman, “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan kami telah beriman: dan mereka tidak diuji? Dan sungguh Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29]: 2-3) (hlm. 93- 94).

Demikian pemahaman tentang bagaimana obat galau dalam Al-Quran sehingga kita benar- benar mengerjakannya dengan baik dan dapat berpengaruh pada tingkah laku kita, pikiran atau hal-hal yang berkaitan dengan diri kita. Penjelasan di atas sudah cukup jelas untuk menggambarkan isi buku ini. Tentu di dalamnya berisi pelajaran-pelajaran kepada kita untuk menerapkan Al-Qur’an dengan baik. Buku ini juga memberikan manfaat bagi pemuda yang ingin membacanya sekaligus bisa mengerti isi buku ini.

Buku ini memiliki kelebihan tersendiri.  Di antaranya memberikan gambaran begitu jelas kepada pembaca untuk menerapkan Al-Qur’an. Bagi yang ingin membacanya tidak perlu kebingungan mencari istilah-istilah di kamus karena uraiannya cukup lugas. Salah satu kekurangan dalam buku ini di antaranya, ada beberapa pengulangn kata atau kalimat sehingga bisa memantik kebosanan pada pembaca.
***

Tentang Penulis

MISKI MUHAMMADI MUDIN, lahir di Dusun Lenger, Desa Bira Tengah, Kecematan Sokobana, Kabupaten Sampang. Pendidikan dasar ia tempuh di MI Miftahul Ulum Bira Tengah, selanjutnya MTs Manbaul Ulum Bira Timur, atas asuhan KH. Abd Al-Qadir Ahmad Mahfudh Z. Melajutkan studinya di tingkat aliyah, di Al-Amien Prenduan Sumenep. Kini, setelah menyelesaikan jenjang S1 di UIN Sunan Kalijaga, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits (yang sekarang menjadi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir), ia berjuang bersama teman-temannya yang lain untuk bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya. Buku-bukunya yang  telah diterbitkan, di antaranya Konteribusi Kelima Ushuluddin dalam Menjawab Peroblematika Bangsa (2012), Kupas Tuntas 29 Problematika Muslim (2013).
***
Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018

No comments:

Post a Comment