Ach. Muhejir |
Tentang Peresensi
ACH. MUHEJIR, lahir di Dusun Tengginah Larangan
Perreng Pragaan Sumenep, 10 Oktober
2003.
Riwayat pendidikan dimulai dari MI
Al-Ihsan II/A dan
sekarang duduk di bangku kelas ix (sembilan) MTs Al-Wathan Larangan Perreng Pragaan Sumenep.
Dia punya pengalaman
mengikuti perkemahan Tingkat Penggalang
di Kaduara Timur. Saat
ini ia tinggal di Dusun Tengginah
Larangan Perreng.
Dia bisa dihubungi lewat nomor HP. 085339228193.
***
Buku Pintar Kuasai Ilmu Sabar dan Ikhlas |
Judul
buku : Pintar Kuasai Ilmu Sabar dan
Ikhlas
Penulis : syauqi abdillah zein
Penerbit : Saufa
Cetakan : Pertama,
2014
Kota
terbit :
Jogjakarta
Tebal
buku : 226 halaman
Peresensi : Ach. Muhejir
Buku yang berjudul Pintar Kuasai Ilmu Sabar dan Ikhlas ini
mengingatkan kepada kita bahwa dalam sabar dan ikhlas kita harus menghayatinya dengan sungguh-sungguh,
karena dengan sabar dan ikhlas, amal ibadah kita
akan diterima oleh Allah SWT. Sabar dan ikhlas
merupakan amal baik. Sabar inilah yang membedakan mana orang yang penyabar dan
mana orang pemarah.
Dalam menghadapi kenyataan hidup, hanya
sebagian orang yang cerdas membaca nikmat dan kasih sayang Allah
SWT. Kebanyakan dari
kita yang selalu berkeluh kesah dan tidak mensyukuri
atas nikmat yang diberi Allah SWT. Kadang kita menyalahkan orang lain dan
berprasangka buruk terhadap Allah SWT. Alangkah ironis dan menyedihkan!
Sejak pertama dilahirkan, musuh terbesar
manusia adalah setan yang selalu berusaha menjerumuskan manusia menuju jurang
kemaksiatan dan kesetan. Setan menginginkan
manusia berbuat maksiat kepada Allah SWT. Kemaksiatan
merupakan usaha yang sangat sulit ditinggalkan. Untuk meninggalkan kemaksiatan
itu dibutuhkan kesabaran yang sangat besar. Tapi, jangan sampai kesenangan
dunia itu membuat kita terjerumus ikut setan, jangan sampai lupa larangan Allah
SWT.
Sifat manusia hanya pandai berjanji
kepada Allah SWT. Jika dikasih harta yang
banyak, baru kita bersyukur. Tapi, kenyataannya hampir semua manusia selalu
ingin mengingkari janji-janji terhadap Allah SWT. Allah SWT memberikan azab yang sangat pedih kepada mereka yang
tidak bersyukur atas nikmat yang dianugerahkan, azab tersebut akan diberikan di
dunia yang lebih pedih ditunda hingga ahirat.
Musibah yang diberikan kepada orang yang
tidak mau bersyukur atas nikmat Allah, ada
dua macam, yaitu siksaan fisik, dan siksaan non
fisik. Sesungguhnya umur manusia ini sangat
pendek, umur manusia antara sehari semalam, akhirat lebih baik dan kekal. Manusia
yang memperoleh musibah di dunia, mereka akan mendapatkan kesenangan di
akhirat nanti. Allah SWT tidak
pernah mengambil apapun dari kita, pasti Allah menggantinya yang lebih baik. Tapi,
apabila kita bersabar dan tetap ridha dengan ketetapan-Nya.
Apabila kita ridha dengan semua cobaan, baru kita mendapatkan berkah dari Allah
SWT.
Ikhlas terletak pada niat
di hati, dan niat pengikat suatu amal. Orang yang tidak
memerhatikan niat yang ada di dalam hatinya, maka
bersiaplah membuang waktu, tenaga tanpa arti. Kita harus memurnikan niat untuk-Nya.
Oleh karena itu, jangan
sampai kita terjebak rekayasa, karena hati tidak ikhlas. Allah SWT tidak
membutuhkan rekayasa dari manusia. Karena Allah telah tahu
apa isi hati kita, jika amal kita hanya untuk-Nya,
maka kekuasaan-Nyalah
yang bisa menolong semua umat manusia.
Nah, untuk mendukung usaha anda agar bisa
menjadi orang yang ikhlas dalam segala hal, perhatikan tips berikut: rasa iklas
dalam beramal tidak akan pernah terwujud dalam diri kita jika kita tidak mendahului dengan menghadirkan niat dan
melepaskan diri dari “noda”. Sebab,
pada dasarnya niat adalah ruh dari sebuah amal, dan sampai kapanpun amal akan
selalu mengikuti niat. Suatu amal akan menjadi benar bila niat
benar. Sebaliknya juga, amal akan menjadi buruk jika niatnya
juga buruk. Ini selaras dengan
sabda Rasulullah SAW.,
“Sesungguhnya amal itu hanya bergantung
pada niat, dan seseorang hanya memperoleh menurut
apa yang diniatkan.”
Berdasarkan hadits
tersebut, sangat jelas bahwa amal apapun yang dilakukan tanpa
dibarengi niat, yaitu tidaklah ada artinya. Selain itu,
seseorang yang melakukan amal hanya memperoleh sesuatu sesuai dengan niatnya. Tanpa
kita sadari, kita sering mengabaikan sesuatu yang sepele dalam hidup. Misalnya,
kita datang ke suatu acara pengajian karena
di sana banyak cewek. Jadi,
jadi niat kita bukan karna Allah tanpa
sadar diri. Kita sering menuntut ilmu, tapi karena
ada tujuan lain, contoh, kita sekolah
lantaran ingin dipuji atau ingin dipandang terhormat banyak orang.
Jangan pernah kita mengharap akan
menjadi orang yang ikhlas, jika niat dan tujuan selain kepada Allah. Itu sangat
mustahil kita untuk meraih sebuah keikhlasan.
Oleh sebab itu, kita sangat penting untuk kembali mengoreksi niat di
hati dalam melakukan amal supaya tidak sia-sia.
Dalam riwayat sudah jelas bahwa seorang
yang merubah di tengah aktivitas saat melakukan amal lantaran semata-mata
dikembalikan kepada Allah SWT., maka
ia akan diampuni dosa-dosanya. Mengingat Allah SWT
yang dimaksud di sini adalah merenungi
ciptaan-Nya. Dan
juga segala sesuatu yang ada langit dan di bumi kita harus meyakini bahwa semua
itu merupakan ciptan-Nya semata.
Ini bertujuan agar kita menyadari betapa
besarnya keagungan dan kekuasaan-Nya,
hal yang akan membuat amal kita kuat.
Oleh sebab itu, merenungi kekuasaan Allah SWT adalah
kunci utama sadarnya hati kepada kekuasan-Nya.
Selain itu, kita harus banyak berdzikir kepada Allah agar diberi kekuatan atas
musibah yang menimpa kita dan memohon supaya hati ikhlas menerima,
juga agar menjadi orang yang ikhlas anggaplah remeh semua kebaikan yang diperbuat
karena orang yang celaka adalah orang tertipu dengan kebaikan yang dilakukan,
ia pun membanggakannya di depan orang lain. Inilah faktor
yang menyebabkan rusaknya keikhlasan.
“Wahai Tuhan
kami, janganlah Engkau jadikan
hati kami condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk kepada kami,
dan karuniakanlah kepada
kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat
Yang Maha Pemberi (karunia).”
Said berkata, “Ada
orang yang masuk surga karena perbuatan
maksiat dan ada orang masuk neraka karena amal baik, ada yang bertanya,
‘bagaimana hal seperti itu bisa terjadi?’ Said
menjawab! Seseorang melakukan perbutan maksiat, dan ia senantiasa takut kepada
azab Allah SWT. Akibat perbuatan maksiat itu, akhirnya
ia bertemu Allah SWT. dan
Allah pun mengampuni dosa-dosanya karena rasa takutnya tersebut.”
Masalah yang paling ditakutkan dalam
melakukan amal ialah pujian dari orang lain, dan kita sering terkecoh pujian
tersebut.
Ada beberapa yang perlu dicermati secara
saksama. Pertama, kita melakukan
amal kebaikan, tetapi tujuan dan niat kita mendapatkan pujian orang lain. Kedua, berbuat amal baik dan amal ini
semata-mata karena Allah
tapi, ketika mendapatkan pujian dari orang lain, kita terbuai
oleh pujian tersebut.
Agar hati kita ikhlas, hindarilah pujian
orang lain yang menyebabkan kita terlena oleh pujian tersebut. Apabila ada
seorang yang memuji kita atas amal kebaikan yang diperbuat, segeralah tepis
agar tidak terkecoh.
Kelebihan buku ini telah mengajarkan
kita untuk bersabar dan ikhlas, selain itu buku ini sangat mudah dimengerti.
Dan, dalam pemaparannya didukung oleh ayat-ayat Al-Qur’an
dan hadits sebagai bukti atau dalil.
Selain kelebihan terdapat pula
kekurangan kecil tentang penggunaan kata yang tidak sesuai dengan
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), misal di halaman 44 yang
seharusnya ditulis “surga” akan tetapi ditulis “sorga” selanjutnya “simpanan
surga” ditulis “simpanan sorga” di halaman yang sama. Kekurangan sepele itu tidak mengurangi bobot kualitas buku ini yang
menyuguhkan cara meraih sabar dan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.
***
Tentang Penulis
SYAUQI
ABDILLAH ZEIN,
lahir di Blitar,
Jawa Timur.
Ia menempuh pendidikan dasar hingga
tsanawiyah di kota kelahirannya. Kemudian ia melanjutkan pendidikan menengahnya
sekaligus nyantri di Pesantren
Tebuireng, Jombang Jawa Timur.
***
Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018