Zaitun |
Tentang Peresensi
ZAITUN, lahir di Dusun
Lembanah Larangan Perreng Pragaan Sumenep, 14 Agustus 2002. Riwayat pendidikan
dimulai dari RA Miftahul Huda Lembanah Larangan Perreng (lulus, 2009), MI
Miftahul Huda (2015). Sekarang ia masih duduk di bangku kelas akhir MTs Al-Wathan
Larangan Perreng Pragaan Sumenep. Dia juga sekarang sedang nyantri di
PP. Miftahul Huda dan menempuh pendidikan di Kelas 1 Wustha MDT Miftahul Huda (2018). Pengalaman keorganisasian di antaranya:
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MTs Al-Wathan, Jabatan Anggota Departemen
Kesejahteraan dan Kesehatan (2016-2017), Koordinator Departemen Keagamaan
(2017-2018). Prestasi-prestasi yang pernah diraihnya yaitu Siswa Tauladan TPQ
Miftahul Huda (2013) dan MDT Miftahul Huda (2016). Rangking 1 Kelas 1-3 dan 5-6
Ula MDT Miftahul Huda (2012-2016), Juara 2 Lomba Olimpiade Matematika di MA Al-Wathan
(2013), Wisudawati Terbaik MDT Miftahul Huda (2017). Saat ini ia berdomisili di
Dusun Lembanah Larangan Perreng Pragaan Sumenep, tepatnya ke arah barat dari Masjid
Ar-Ridhwan Lembanah Larangan Perreng. Ia bisa dihubungi lewat nomor HP.
085280269138.
***
Buku How To Be A Great Leader |
Judul buku : How To Be A Great
Leader
Penulis : Shani Rahmatullah Amrozi
Penerbit : Safirah
Cetakan : Pertama, 2016
Kota terbit : Yogyakarta
Tebal buku : 184 halaman
Peresensi : Zaitun
Pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang mampu memimpin bawahannya agar mampu bekerja dengan
baik dan juga tidak menyeleweng pada hal-hal yang negatif. Pemimpin yang baik
juga berarti seseorang yang mampu menerima kritik dan saran dari bawahannya,
agar mampu menjadi seorang bijaksana dalam mengambil keputusan dan adil dalam
memutuskan masalah tanpa memandang siapa dia dan anak siapa.
Banyak manusia
yang berusaha menjadi pemimpin yang baik, namun mereka salah bercermin, seperti
halnya Fir’un yang sewenang-wenang terhadap bawahannya. Seharusnya mereka
bercermin pada Rasulullah SAW yang memang orang yang patut untuk dicontoh,
bukan seorang pemimpin yang otoriter yang hanya mementingkan diri sendiri.
Banyak contoh yang bisa kita petik dari kepemimpinan Rasulullah. Mulai dari
cara-cara kepemimpinan beliau hingga praktik-praktik yang beliau lakukan
sehari-hari. Setelah Rasulullah wafat, kepemimpinan umat Islam dipimpin oleh Khulafaur
Rasyidin. Khulafaur Rasyidin juga patut dicontoh, karena tidak semua sahabat
bisa menjadi Khulafaur Rasyidin hanya orang-orang tertentulah. Kepemimpinan
khalifah-khalifah tersebut tidak jauh berbeda dengan kepemimpinan Rasulullah.
Bedanya jika kepemimpinan Rasulullah setiap perkara yang akan diputuskan pasti
bersumber dari wahyu Ilahi. Sedangkan kepemimpinan Khulafaur Rasyidin yaitu
keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah di antara kaum muslimin.
Menjadi
pemimpin yang baik merupakan dambaan semua orang. Tetapi tidak banyak pula yang
malah menggunakan jabatannya hanya untuk kesenangannya sendiri dan berlaku
sewenang-wenang (pemimpin otoriter) terhadap bawahannya. Zaman sekarang pasti
banyak sekali orang-orang yang menjadi kufur nikmat hanya karena jabatannya
itu. Ketika mereka diberi kenikmatan yang berlimpah, kebanyakan dari mereka
yang lupa pada sang pemberi rezeki, sehingga menyebabkan seseorang tersebut
menjadi sombong dan kikir, tetapi apabila mereka diberi kesusahan, maka dengan
senang hati mereka akan menumpahkan semua keluh kesahnya pada Allah tanpa merasa
malu sedikitpun dan apabila apa yang mereka minta tidak cepat dikasih oleh
Allah, mereka akan mengutuk Allah dengan berkata bahwa Allah tidak adil
padanya. Sedangkan mereka tahu bahwa Allah adalah paling adilnya keadilan,
tetapi mereka enggan mengakuinya.
Pemimpin saat
ini banyak yang tidak menemukan kesejatian perjalanan hidupnya. Sering kita
temukan pemimpin yang terputus antara kepala dan hatinya, sehingga terputuslah
akal sehatnya. Pemimpin smacam ini yang selalu membawa bawahannya pada kesesatan.
(hlm. 81).
Pada saat ini
memang telah banyak para pemimpin yang menyalahgunakan jabatannya. Mereka bukan
mensyukuri apa yang telah diberi Allah, tetapi mereka malah minta lagi dan lagi
alias selalu kurang. Sehingga membuat mereka tak pernah bersyukur akan
keadaannya.
Pemimpin
merupakan cerminan bawahannya, apabila pemimpinnya jelek, maka kemungkinan
besar bawahannya juga akan menyeleweng. Bagus dan tidaknya bawahan tergantung
kepada pemimpinnya. Maka dari itu, selayaknya bagi semua pemimpin bercermin
terhadap kepemimpinnya Rasulullah SAW.
Kepemimpinan
itu wajib ada, karena jika dalam suatu masyarakat ataupun dalam suatu kelompok
tanpa ada seorang pemimpin, akan terjadi perpecahbelahan antara yang satu
dengan yang lain. Hingga mengakibatkan seseorang menjadi angkuh. Maka dari itu,
seorang pemimpin sangatlah berharga dan wajib ditaati. Sebab, jika tidak taat
terhadap pemiminnya, berarti tidak taat terhadap Allah SWT. Dan, jika pemimpin
kita tak seperti yang kita inginkan, hendaknya kita harus bersabar. Sebagaimana
Rasulullah SAW bersabda:“Barang siapa
tidak menyukai sesuatu pada pemimpinnya maka hendaklah ia bersabar. Sebab,
sesungguhnya orang yang memisahkan diri
dari jama’ah walaupun sejengkal, lalu ia
mati maka kematiannya adalah kematian jahiliyah.” (hlm. 82-83).
Perlu kita
ketahui bahwa menjadi sosok pemimpin yang baik tidaklah mudah, seperti apa yang
kita lihat. Sebab, pemimpin diberi pertanggungjawaban. Oleh karena itu, harus
mempunyai sifat amanah. Amanah merupakan sandingan kejujuran. Ibarat dua sisi
uang logam yang tidak bisa terpisahkan. Ketika pemimpin sudah menanamkan
kejujuran dalam dirinya, tidak menutup kemungkinan sifat amanah juga dapat
tertanam. Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang bisa mempertanggungjawabkan
kepemimpinannya, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Ingatlah, setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai
pertanggungjawaban dari kepemimpinannya. Kepala yang menguasai (memimpin)
manusia adalah pemimpin dan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.
Suami adalah pemimpin atas keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban
mengenai mereka. Istri adalah pemimpin dalam rumah suaminya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban mengenai rumah suaminya. Seorang hamba sahaya ialah pemimpin
atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai harta
tuannya.” (hlm.105-106).
Apabila seorang
pemimpin jujur, tetapi tidak amanah, ibaratnya bangunan tanpa dinding. Atau
seseorang tidak memiliki keluasan ilmu seperti halnya bangunan tanpa
penerangan. Begitu pula seorang pemimpin tanpa menyampaikan kebajikan seperti
bangunan tanpa pintu. Tidak jujur dan tidak amanah, namun ia tetap mengaku
pemimpin yang Islam, maka yang ia memiliki hanyalah lahan hidayah saja (mengaku
Islam), tetapi di atasnya belum ada komponen dasar kepemimpinan Islamnya sama
sekali. (hlm.120).
Dalam
memutuskan suatu perkara, seorang pemimin harus memutusnya dengan adil. Karena,
jika tidak memutuskan dengan adil akan terjadi suatu perdebatan dan
permasalahan yang rumit untuk diselesaikan. Keadilan sangatlah penting yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sebab, keadilan bisa menebarkan rasa
cinta dan kasih sayang antara satu sama lain. Terkait hal tersebut, Rasulullah
SAW bersabda: “Manusia yang paling
dicintai oleh Allah SWT pada hari kiamat
adalah pemimpin yang adil, sedangkan manusia yang paling dibenci oleh-Nya dan
mendapat siksa yang paling pedih pada hari kiamat adalah pemimpin yang zalim. ” (hlm.140).
Manusia
bahu-membahu dan saling berpacu untuk melakukan perubahan, sehingga
kepemimpinan menjadi semakin penting peranannya untuk mengantarkan mereka pada
tercintanya kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Bahkan, boleh dikatakan
bahwa kepemimpinan merupakan kunci dari segala bentuk kemajuan hidup manusia
sepanjang sejarah peradabannya. (hlm. 112).
Sekarang ini
banyak orang yang ingin menjadi sosok pemimpin. Namun, mereka tak pernah
menyadari bahwa dirinya adalah sosok pemimpin bagi dirinya sendiri. Dalam
sebuah hadits yang sangat terknal Rasulullah SAW besabda: “Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian akan ditanya
tentang kepemimpinannya.” (hlm. 52).
Hal yang
menarik dari buku ini, yaitu dari segi pemaparan dan penjelasan yang begitu
meyakinkan dengan adanya beberapa teori-teori kepemimpinan yang dipaparkan oleh
beberapa ahli. Sehingga memungkinkan banyak orang akan meyakini adanya kebenaran
tersebut. Hal menarik lainnya, yaitu judulnya yang memakai bahasa Inggris membuat
para pembeli semakin penasaran akan isinya, sehingga kemungkinan besar akan
membelinya.
Tetapi di balik
keunggulan-keunggulan tersebut, saya rasa buku ini memiliki kekurangan, seperti
ada kesalahan tulis, biasanya ditulis “rohani” ditulis dengan “ruhani” (hlm. 24).
Kata “kasih sayang” ditulis dengan “kasih saying” (hlm.138). Kata “mughirah” ditulis
dengan “mugirah” (hlm.141). Kekurangan
lainnya, yaitu bentuk kover yang kurang menarik, yaitu adanya unsur gambar yang
agak dikaburkan (di-blur) sehingga tidak nampak gambar yang sesungguhnya
yang menyebabkan kover tersebut kurang menarik.
Namun, dengan
hadirnya buku ini kita bisa mengetahui bagaimana tatacara memimpin dengan baik
serta menjadi pemimpin yang bijaksana dengan bercermin pada kepemimpinan Rasulullah,
Nabi kita semua. Saya rasa buku ini sangat cocok dibaca oleh calon-calon
generasi penerus bangsa, bahkan calon-calon pemimpin lainnya, baik pemimpin
rumah tangga ataupun pemimpin politik dan lainnya.
***
Tentang Penulis
SHANI
RAHMATULLAH AMROZI, lahir di Sumberjati Silo Jember, 26 September 1986. Ayahnya
bernama H. Hasan Abd Muis, seorang wiraswasta, dan ibunya bernama Hj. Siti Zubaidah
‘Am. Suami dari Afifatul Laila, S.Th.I dan ayah dari ‘Afrina Aida ‘Alawiyah
‘Amrozi ini mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap pendidikan
dari ayah dan ibunya yang sering mengajak anak-anaknya duduk bersama. Pada saat
itulah, kedua orang tuanya menyampaikan nasihatnya yang kebanyakan berupa
prinsip hidup sebagai pendidik. Hal itu kemudian berkembang saat ia
mendapatkan kesempatan nyantri pertama kali di PP. Nurul Jadid Paiton
Probolinggo. Lalu, ia hijrah ke pondok Pesantren Miftahul Ulum Suren Ledokombo.
Di pondok pesantren inilah, ia menempuh pendidikan formalnya mulai MTs hingga
MA. Kemudian, ia meneruskan pendidikannya di pondok pesantren Salafiah Sidogiri
Pasuruan. Walaupun relatif singkat, ia mencoba mengamalkan ilmunya. Itulah
sebabnya, ketika ia mendapatkan kesempatan belajar di STAIN Jember, ia langsung
mendalami konsep pendidikan sebagai wahana perubahan hidupnya di masa depan. Adapun
karya yang telah dihasilkan adalah karya tulis Ilmiah Nasional Balitbang
Kementerian Agama RI dengan judul Konsep Ideal
Pendidikan Pesantren dalam Spektrum Global Tahun 2010. Sedangkan, karya
yang telah dipublikasikan adalah Leadership
Center: Menggagas Pemimpin Masa Depan (Pena Salsabila, 2009).
***
Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018
No comments:
Post a Comment