Friday, May 4, 2018

KEPEMIMPINAN YANG BAIK ALA RASULULLAH

Zaitun

Tentang Peresensi

ZAITUN, lahir di Dusun Lembanah Larangan Perreng Pragaan Sumenep, 14 Agustus 2002. Riwayat pendidikan dimulai dari RA Miftahul Huda Lembanah Larangan Perreng (lulus, 2009), MI Miftahul Huda (2015). Sekarang ia masih duduk di bangku kelas akhir MTs Al-Wathan Larangan Perreng Pragaan Sumenep. Dia juga sekarang sedang nyantri di PP. Miftahul Huda dan menempuh pendidikan di Kelas 1 Wustha MDT Miftahul Huda (2018).       Pengalaman keorganisasian di antaranya: Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MTs Al-Wathan, Jabatan Anggota Departemen Kesejahteraan dan Kesehatan (2016-2017), Koordinator Departemen Keagamaan (2017-2018). Prestasi-prestasi yang pernah diraihnya yaitu Siswa Tauladan TPQ Miftahul Huda (2013) dan MDT Miftahul Huda (2016). Rangking 1 Kelas 1-3 dan 5-6 Ula MDT Miftahul Huda (2012-2016), Juara 2 Lomba Olimpiade Matematika di MA Al-Wathan (2013), Wisudawati Terbaik MDT Miftahul Huda (2017). Saat ini ia berdomisili di Dusun Lembanah Larangan Perreng Pragaan Sumenep, tepatnya ke arah barat dari Masjid Ar-Ridhwan Lembanah Larangan Perreng. Ia bisa dihubungi lewat nomor HP. 085280269138.
***
Buku How To Be A Great Leader
Judul buku      : How To Be A Great Leader
Penulis             : Shani Rahmatullah Amrozi
Penerbit           : Safirah
Cetakan           : Pertama, 2016
Kota terbit       : Yogyakarta 
Tebal buku      : 184 halaman
Peresensi         : Zaitun

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memimpin bawahannya agar mampu bekerja dengan baik dan juga tidak menyeleweng pada hal-hal yang negatif. Pemimpin yang baik juga berarti seseorang yang mampu menerima kritik dan saran dari bawahannya, agar mampu menjadi seorang bijaksana dalam mengambil keputusan dan adil dalam memutuskan masalah tanpa memandang siapa dia dan anak siapa.

Banyak manusia yang berusaha menjadi pemimpin yang baik, namun mereka salah bercermin, seperti halnya Fir’un yang sewenang-wenang terhadap bawahannya. Seharusnya mereka bercermin pada Rasulullah SAW yang memang orang yang patut untuk dicontoh, bukan seorang pemimpin yang otoriter yang hanya mementingkan diri sendiri. Banyak contoh yang bisa kita petik dari kepemimpinan Rasulullah. Mulai dari cara-cara kepemimpinan beliau hingga praktik-praktik yang beliau lakukan sehari-hari. Setelah Rasulullah wafat, kepemimpinan umat Islam dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin. Khulafaur Rasyidin juga patut dicontoh, karena tidak semua sahabat bisa menjadi Khulafaur Rasyidin hanya orang-orang tertentulah. Kepemimpinan khalifah-khalifah tersebut tidak jauh berbeda dengan kepemimpinan Rasulullah. Bedanya jika kepemimpinan Rasulullah setiap perkara yang akan diputuskan pasti bersumber dari wahyu Ilahi. Sedangkan kepemimpinan Khulafaur Rasyidin yaitu keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah di antara kaum muslimin.

Menjadi pemimpin yang baik merupakan dambaan semua orang. Tetapi tidak banyak pula yang malah menggunakan jabatannya hanya untuk kesenangannya sendiri dan berlaku sewenang-wenang (pemimpin otoriter) terhadap bawahannya. Zaman sekarang pasti banyak sekali orang-orang yang menjadi kufur nikmat hanya karena jabatannya itu. Ketika mereka diberi kenikmatan yang berlimpah, kebanyakan dari mereka yang lupa pada sang pemberi rezeki, sehingga menyebabkan seseorang tersebut menjadi sombong dan kikir, tetapi apabila mereka diberi kesusahan, maka dengan senang hati mereka akan menumpahkan semua keluh kesahnya pada Allah tanpa merasa malu sedikitpun dan apabila apa yang mereka minta tidak cepat dikasih oleh Allah, mereka akan mengutuk Allah dengan berkata bahwa Allah tidak adil padanya. Sedangkan mereka tahu bahwa Allah adalah paling adilnya keadilan, tetapi mereka enggan mengakuinya.

Pemimpin saat ini banyak yang tidak menemukan kesejatian perjalanan hidupnya. Sering kita temukan pemimpin yang terputus antara kepala dan hatinya, sehingga terputuslah akal sehatnya. Pemimpin smacam ini yang selalu membawa bawahannya pada kesesatan. (hlm. 81).

Pada saat ini memang telah banyak para pemimpin yang menyalahgunakan jabatannya. Mereka bukan mensyukuri apa yang telah diberi Allah, tetapi mereka malah minta lagi dan lagi alias selalu kurang. Sehingga membuat mereka tak pernah bersyukur akan keadaannya.

Pemimpin merupakan cerminan bawahannya, apabila pemimpinnya jelek, maka kemungkinan besar bawahannya juga akan menyeleweng. Bagus dan tidaknya bawahan tergantung kepada pemimpinnya. Maka dari itu, selayaknya bagi semua pemimpin bercermin terhadap kepemimpinnya Rasulullah SAW.

Kepemimpinan itu wajib ada, karena jika dalam suatu masyarakat ataupun dalam suatu kelompok tanpa ada seorang pemimpin, akan terjadi perpecahbelahan antara yang satu dengan yang lain. Hingga mengakibatkan seseorang menjadi angkuh. Maka dari itu, seorang pemimpin sangatlah berharga dan wajib ditaati. Sebab, jika tidak taat terhadap pemiminnya, berarti tidak taat terhadap Allah SWT. Dan, jika pemimpin kita tak seperti yang kita inginkan, hendaknya kita harus bersabar. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:“Barang siapa tidak menyukai sesuatu pada pemimpinnya maka hendaklah ia bersabar. Sebab, sesungguhnya  orang yang memisahkan diri dari jama’ah  walaupun sejengkal, lalu ia mati maka kematiannya adalah kematian jahiliyah.” (hlm. 82-83).

Perlu kita ketahui bahwa menjadi sosok pemimpin yang baik tidaklah mudah, seperti apa yang kita lihat. Sebab, pemimpin diberi pertanggungjawaban. Oleh karena itu, harus mempunyai sifat amanah. Amanah merupakan sandingan kejujuran. Ibarat dua sisi uang logam yang tidak bisa terpisahkan. Ketika pemimpin sudah menanamkan kejujuran dalam dirinya, tidak menutup kemungkinan sifat amanah juga dapat tertanam. Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang bisa mempertanggungjawabkan kepemimpinannya, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Ingatlah, setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban dari kepemimpinannya. Kepala yang menguasai (memimpin) manusia adalah pemimpin dan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin atas keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai mereka. Istri adalah pemimpin dalam rumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai rumah suaminya. Seorang hamba sahaya ialah pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai harta tuannya.” (hlm.105-106).

Apabila seorang pemimpin jujur, tetapi tidak amanah, ibaratnya bangunan tanpa dinding. Atau seseorang tidak memiliki keluasan ilmu seperti halnya bangunan tanpa penerangan. Begitu pula seorang pemimpin tanpa menyampaikan kebajikan seperti bangunan tanpa pintu. Tidak jujur dan tidak amanah, namun ia tetap mengaku pemimpin yang Islam, maka yang ia memiliki hanyalah lahan hidayah saja (mengaku Islam), tetapi di atasnya belum ada komponen dasar kepemimpinan Islamnya sama sekali. (hlm.120).

Dalam memutuskan suatu perkara, seorang pemimin harus memutusnya dengan adil. Karena, jika tidak memutuskan dengan adil akan terjadi suatu perdebatan dan permasalahan yang rumit untuk diselesaikan. Keadilan sangatlah penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sebab, keadilan bisa menebarkan rasa cinta dan kasih sayang antara satu sama lain. Terkait hal tersebut, Rasulullah SAW bersabda: “Manusia yang paling dicintai oleh Allah SWT  pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil, sedangkan manusia yang paling dibenci oleh-Nya dan mendapat siksa yang paling pedih pada hari kiamat adalah pemimpin yang zalim.  (hlm.140).

Manusia bahu-membahu dan saling berpacu untuk melakukan perubahan, sehingga kepemimpinan menjadi semakin penting peranannya untuk mengantarkan mereka pada tercintanya kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Bahkan, boleh dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan kunci dari segala bentuk kemajuan hidup manusia sepanjang sejarah peradabannya. (hlm. 112).

Sekarang ini banyak orang yang ingin menjadi sosok pemimpin. Namun, mereka tak pernah menyadari bahwa dirinya adalah sosok pemimpin bagi dirinya sendiri. Dalam sebuah hadits yang sangat terknal Rasulullah SAW besabda: “Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (hlm. 52).

Hal yang menarik dari buku ini, yaitu dari segi pemaparan dan penjelasan yang begitu meyakinkan dengan adanya beberapa teori-teori kepemimpinan yang dipaparkan oleh beberapa ahli. Sehingga memungkinkan banyak orang akan meyakini adanya kebenaran tersebut. Hal menarik lainnya, yaitu judulnya yang memakai bahasa Inggris membuat para pembeli semakin penasaran akan isinya, sehingga kemungkinan besar akan membelinya.

Tetapi di balik keunggulan-keunggulan tersebut, saya rasa buku ini memiliki kekurangan, seperti ada kesalahan tulis, biasanya ditulis “rohani” ditulis dengan “ruhani” (hlm. 24). Kata “kasih sayang” ditulis dengan “kasih saying” (hlm.138). Kata “mughirah” ditulis dengan  “mugirah” (hlm.141). Kekurangan lainnya, yaitu bentuk kover yang kurang menarik, yaitu adanya unsur gambar yang agak dikaburkan (di-blur) sehingga tidak nampak gambar yang sesungguhnya yang menyebabkan kover tersebut kurang menarik.

Namun, dengan hadirnya buku ini kita bisa mengetahui bagaimana tatacara memimpin dengan baik serta menjadi pemimpin yang bijaksana dengan bercermin pada kepemimpinan Rasulullah, Nabi kita semua. Saya rasa buku ini sangat cocok dibaca oleh calon-calon generasi penerus bangsa, bahkan calon-calon pemimpin lainnya, baik pemimpin rumah tangga ataupun pemimpin politik dan lainnya.
***
Tentang Penulis
       
SHANI RAHMATULLAH AMROZI, lahir di Sumberjati  Silo Jember, 26 September 1986. Ayahnya bernama H. Hasan Abd Muis, seorang wiraswasta, dan ibunya bernama Hj. Siti Zubaidah ‘Am. Suami dari Afifatul Laila, S.Th.I dan ayah dari ‘Afrina Aida ‘Alawiyah ‘Amrozi ini mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap pendidikan dari ayah dan ibunya yang sering mengajak anak-anaknya duduk bersama. Pada saat itulah, kedua orang tuanya menyampaikan nasihatnya yang kebanyakan berupa prinsip hidup sebagai pendidik. Hal itu kemudian berkembang saat ia mendapatkan  kesempatan nyantri pertama kali di PP. Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Lalu, ia hijrah ke pondok Pesantren Miftahul Ulum Suren Ledokombo. Di pondok pesantren inilah, ia menempuh pendidikan formalnya mulai MTs hingga MA. Kemudian, ia meneruskan pendidikannya di pondok pesantren Salafiah Sidogiri Pasuruan. Walaupun relatif singkat, ia mencoba mengamalkan ilmunya. Itulah sebabnya, ketika ia mendapatkan kesempatan belajar di STAIN Jember, ia langsung mendalami konsep pendidikan sebagai wahana perubahan hidupnya di masa depan. Adapun karya yang telah dihasilkan adalah karya tulis Ilmiah Nasional Balitbang Kementerian Agama RI dengan judul Konsep Ideal Pendidikan Pesantren dalam Spektrum Global Tahun 2010. Sedangkan, karya yang telah dipublikasikan adalah Leadership Center: Menggagas Pemimpin Masa Depan (Pena Salsabila, 2009).
***
Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018 

No comments:

Post a Comment