Ichwanun Naja |
Tentang Peresensi
ICHWANUN
NAJA, lahir di Dusun Sumber Gentong
Larangan Perreng Pragaan Sumenep, 29 Desember 2002. Riwayat
pendidikan dimulai dari RA Miftahul Huda Tambak Batu Larangan Perreng Pragaan Sumenep (lulus, 2009),
MI Miftahul Huda (2015) dan sekarang
duduk di bangku kelas ix (sembilan) MTs
Al-Wathan Larangan Perreng Pragaan Sumenep. Kegemarannya menulis dan menggambar.
Ia pernah menjuarai Lomba
Menggambar saat mengikuti perkemahan di MI Miftahul Huda. Dia bisa dihubungi via nomor HP. 085231047894 atau e-mail
ihansgaruda103@gmail.com.
***
Buku Cerdaskan Otak Anak dengan Doa! |
Judul buku : Cerdaskan Otak
Anak dengan Doa!
Penulis : Imam Musbikin
Penerbit
: Safirah
Cetakan
: Pertama, Oktober 2012
Kotaterbit : Jogjakarta
Tebal buku : 292 halaman
Peresensi : Ichwanun Naja
Dalam buku yang berjudul Cerdaskan Otak Anak dengan Doa! ini
mengingatkan kepada kita bahwa pentingnya orang tua menerapkan doa sebagai
sarana pendidikan terhadap anak. Karena doa adalah salah satu di antara sekian banyak sarana pendidikan, juga
perlunya orang tua dan guru menggunakan doa sebagai sarana pendidikan karena
doa memiliki peran utama yang paling penting dari
sekian banyak pendidikan. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW.,“Doa
adalah otak ibadah.” (HR. Bukhari), “Doa
adalah pembuka pintu rahmat.” (HR. Dailami), “Doa dapat menangkis ketetapan Allah.”
(HR. Hakim), “Doa
dapat menghindarkan balak.” (HR. Syaikh)
dan juga ” Doa adalah tiang agama serta
senjata orang mukmin dan cahaya langit serta bumi.” (HR. Abu Ya’la
dan Hakim).
Dalam Al-Qur’an
kita mendapati janji Allah, “Aku kabulkan doa
(orang yang memohon kepada- Ku).” (QS. Al-Baqarah
[2]: 186)
(hlm.11).
Doa adalah permohonan kita kepada Allah,
agar harapan dan cita-cita kita dapat terkabulkan. Doa
merupakan suatu komponen (sarana) dari
sebuah keberhasilan. Dalam riwayat
disebutkan, “Tidak ada manfaatnya bersikap siaga dan
berhati-hati menghadapi takdir, akan tetapi doa bermanfaat bagi apa yang diturunkan
dan bagi apa yang tidak. Oleh
karena itu, hendaklah kamu
berdoa wahai hamba-hamba Allah.” (HR. Thabrani)
(hlm.13).
Selain itu, doa
juga harus disertai usaha
sungguh-sungguh, sebab berdoa saja tanpa berusaha untuk menggapai cinta-cita
meskipun cita-cita kita setinggi langit
adalah suatu hal yang sulit untuk bisa berhasil. Jika
kita tidak berusaha,
Allah SWT tidak akan mengubah keadaan kita, namun apabila kita
sudah berusaha dan berdoa, akan tetapi Allah
SWT masih tidak mengubah keadaan kita,
kita kembali memencet-mencet
tombol sunnatullah,
Lauh Mahfuzh akan
mengeluarkan jawaban dalam bentuh takdir.
(hlm. 29). “Allah
menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan
menetapkan (apa yang Dia kehendaki)
dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab
(Lauh Mahfuzh).” (QS. Ar-Ra’d [13]:
39).
Jika kalian telah berusaha dan berdoa
namun doa kalian tidak terkabul, mungkin kalian masih berada dalam faktor-faktor
berikut. Pertama,
kalian mengenal Allah,
tetapi tidak menunaikan hak-Nya. Kedua, kalian
mengaku cinta Rasulullah SAW.,
tetapi meninggalkan sunnahnya. Ketiga, kalian membaca Al-Qur’an,
tetapi tidak mengamalkannya. Keempat,
kalian mengatakan bahwa setan itu adalah musuh kalian,
tetapi tidak pernah menentangnya. Kelima, kalian
memakan nikmat-nikmat Allah SWT., tetapi tidak pernah pandai untuk mensyukurinya. Keenam,
kalian katakan bahwa surga itu adalah hak (benar adanya)
tetapi tidak pernah beramal untuk menggapainya. Ketujuh,
kalian
katakan bahwa neraka itu adalah hak (benar adanya),
tetapi tidak mau lari darinya. Kedelapan,
kalian mengatakan bahwa kematian itu adalah hak (benar adanya),
tetapi tidak pernah beramal untuknya. Kesembilan,
kalian bangun dari tidur lantas sibuk memperbincangkan aib orang lain, tetapi
lupa dengan aib sendiri. Kesepuluh,
kalian kubur orang-orang yang meninggal dunia di kalangan kalian, tetapi tidak
pernah mengambil pelajaran dari mereka.
Selain itu, doa
dapat berpengaruh terhadap diri kita sebagaimana yang telah disebutkan oleh
ilmuan, Dr. Masaru Emoto menurut
teori tentang penamaan atau pemberian gelar. Contoh,
Nabi Muhammad SAW yang diberi gelar Al-Amin (dapat
dipercaya oleh masyarakat dan sahabat-sahabat Nabi,
di Makkah dan Madinah (hlm. 79).
Dengan teori labeling ini dapat kita
simpulkan bahwa pemberian gelar atau doa terhadap
anak, juga berpengaruh terhadap perilaku sang
anak.
Janganlah orang tua memberi gelar atau
label kepada anaknya tak ubahnya seperti orang tua mengucapkan kata-kata kepada
anaknya, “Kamu anak durhaka,” “Kamu nanti celaka di jalan.” Apabila
kita cermati kata-kata orang tua mengandung doa sekaligus lebel yang jelek kepada anak, akibatnya
tak jarang sang anak pun mengalami celaka di
jalan. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali
mendoakan atau memberi gelar dan label
kepada anak, sebagai mana Rasulullah SAW
bersabda,
“Janganlah mendoakan keburukan (mengutuk)
dirimu atau anak-anakmu atau pelayan-pelayanmu
atau harta bendamu (karena khuwatir) saat itu
di kabulkan segala permohonanmu dan terkabul pula doamu.” (HR. Ibnu
Khuzaimah) (hlm. 80).
Sabda Nabi
di atas memberi tahu
atau menjelaskan kepada kita untuk tidak mengatakan (mendoakan yang tidak baik)
karena sangat berpengaruh terhadap diri sang
anak.
Sebaliknya, kita
dianjurkan untuk mengatakan (mendoakan) yang terbaik untuk sang anak karena
dapat berpengaruh terhadap perilaku yang positif.
Sebagaimana menurut penelitian Dr. Masaru
Emoto yang telah mengambil gambaran air
melalui kecepatan foto yang tinggi membuktikan konsekuensi
secara langsung dari pikiran-pikiran positif, ucapan kata-kata dan meyakinkan
secara ilmiah telah menyambung mising
ling tentang bagaimana doa, pikiran dan kata-kata positif dibuktikan secara
langsung oleh Dr. Masaru Emoto dapat mengubah kristal
air menjadi bagus.
Bagi Dr. Masaru Emoto, kata-kata adalah
ekspresi kejiwaan kita, sudah pasti
mempunyai pengaruh yang besar terhadap 70% air yang ada dalam tubuh kita.
“Janga lupa bahwa air juga memiliki potensi untuk membersihkan peradaban
atau menghasilkan potensi kehancuran, tergantung
dari apa yang ada dalam jiwa kita,” pesan
Dr. Masaru Emoto (hlm.128).
Selain itu,
perlakuan yang kita berikan pada air juga dapat mengubah susunan kristalnya.
Contoh,
air yang belum dibacakan doa, kristal
air tersebut belum terkumpul dan belum tersusun dengan rapi, dan
sesudah dibacakan doa, kristal air tersebut terkumpul dan
tersusun dengan rapi dan sempurna. Mungkinkah
ini jawaban dari mitos-mitos yang ada di Indonesia seperti Air
Sakti Ponari.
Air yang dibacakan oleh para kiai untuk
media penyembuhan dan lain-lain, mendoakan dan
mendidik anak sangatlah penting. Orang-orang
sering mengatakan bahwa anak adalah harapan di masa yang akan datang.
Kalimat ini amat lengket
di benak kita, oleh karena itu, kalimat ini bukanlah
sekadar kenyataan ataupun ungkapan atau sebuah
perumpamaan, sudah semestinya orang tua memberikan perhatian khusus
dalam hal mendidik anak sehingga kelak mereka menjadi para pengaman dan pelopor
masa depan umat Islam.
Demikian penjelasan tentang bagaimana
pentingnya doa sebagai sarana pendidikan terhadap sang anak, sehingga
dapat berpengaruh terhadap perilaku sang anak, serta sang anak mempunyai otak
yang cerdas, dan sikap pikiran yang positif dan
sebagainya
yang berkaitan terhadap diri sang anak.
Buku yang ditulis oleh Imam Musbikin ini
juga mempunyai kelebihan tersendiri, di antara kelebihan tersebut ialah
memberikan gambaran manfaat doa kepada sang anak, sehingga si pembaca tidak kesulitan untuk
memahami tentang pelajaran-pelajaran
yang dapat kita terapkan sehari-hari. Selain
itu, buku ini juga dilengkapi dengan
bukti-bukti autentik dari berbagai penelitian, baik dalam negeri ataupun dari
luar negeri, yang menunjukkan betapa dahsyatnya pengaruh doa terhadap diri sang
anak.
Sedangkan kekurangan yang terdapat dalam buku ini, di antaranya,
ada kalimat yang tidak ada kelanjutannya,
contohnya di halaman 173, 167 dan 262. Sedikit kekurangan buku ini tidak berpengaruh untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari,
terutama bagi orang tua yang ingin anaknya mempunyai akhlak yang mulia, serta
kecerdasan otak yang tinggi, sehingga anak diridhai
Allah SWT untuk menjadi generasi yang berguna di
masa depan.
***
Biodata
Penulis
IMAM
MUSBIKIN,
lahir di Madiun
Jawa Timur, 10
Juni
1977. Kegemarannya menulis buku mulai tumbuh saat ia duduk di bangku
kuliah, yakni IAIN Sunan Ampel Surabaya hingga
kini sudah banyak karya-karyanya yang telah diterbitkan,
di antaranya,
Melogikakan Rukun Islam bagi Kesehatan Fisik dan Psikologi Manusia
(DIVA Press 2008), Mengapa Allah Membuatku Miskin?? (DIVA Press 2008), Bimbingan
Lengkap Membangkitkan dan
Memanfaatkan Energi Istikharah (DIVA
Press 2009), Anakku
Diasuh Naruto (DIVA
Press 2009), Karena
Anda Tertakdir Kaya!! (Gara Ilmu 2009) dan lainnya.
***
Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018
No comments:
Post a Comment