Qurrotun Nafilah |
Tentang
Peresensi
QURROTUN
NAFILAH, lahir di Dusun Tengginah Larangan Perreng Pragaan Sumenep, 04
April 2003. Riwayat pendidikan dimulai dari RA Al-Habsyi Tengginah Larangan
Perreng (lulus, 2004), MI Al-Ihsan II/A Larangan
Perreng (2015), pernah bersekolah di MTs I Putri Annuqayah selama 6 bulan
sampai kelas VII B semester I, sedangkan semester II hingga sekarang masih
bersekolah di MTs Al-Wathan dan sudah duduk di bangku kelas ix (sembilan).
Pengalamannya, ia pernah mengikuti perkemahan Tingkat Penggalang di Al-Ghazali. Pernah meraih Peringkat Pertama (Best of the Best) di Lembaga Kursusan
Al-Faraby Institute. Pengalaman keorganisasian, di antaranya: Organisasi Siswa
Intra Sekolah (OSIS) MTs Al-Wathan, Jabatan Koordinator Bidang Pendidikan
(2018). Saat ini ia tinggal di Dusun Tengginah Larangan Perreng Pragaan Sumenep.
Dia bisa dihubungi lewat nomor HP. 085335953874 atau lewat facebook Nafi
Amla.
***
Buku The Ultimate Personality |
Judul buku : The Ultimate
Personality
Penulis : Lutfil Kirom
Az-Zumaro
Penerbit : Safirah
Cetakan : Pertama, 2015
Kota terbit : Yogyakarta
Tebal buku : 252
Peresensi : Qurrotun
Nafilah
Buku yang
berjudul The Ultimate Personality ini sebenarnya mengasah kemampuan kita
bagaimana kita menggolongkan dan mengetahui kepribadian setiap orang di sekitar
kita. Bagaimana kepribadian itu ditetapkan, dijaga, agar tidak menjadi pribadi
yang menyeleweng dari ajaran agama, sebab kepribadianlah yang akan menentukan
baik buruknya kita menurut sudut pandang orang lain. Dan, tentunya doa beserta
dzikir adalah kunci agar kita semua senantiasa menjadi pribadi yang baik dan
utama.
Pertanyaannya,
apa sebenarnya kepribadian itu? Dalam buku karangan Lutfil Kirom Az-Zumaro,
beberapa yang menjadi contoh untuk secara pribadi kita pahami bahwa kepribadian
seseorang tidak hanya dapat dilihat dari kehidupan sebelumnya, namun sebenarnya
kepribadian itu dapat dilihat dari perangai yang ada padanya. Perangai di sini
dimaksudkan untuk mengetahui antara hati dan pikiran manusia yang tampak atau
terlihat dari tekstur wajah maupun gerak-gerik tubuh seseorang, di situlah
kepribadian yang seperti apa, yang kemudian terbentuk dan tinggal di dalam diri
manusia.
Sebagaimana
contoh dalam buku (hlm.12-14), diceritakan seseorang yang sebelumnya adalah
lemah lembut, serta dalam segala aktivitasnya merupakan kepribadian yang sangat
baik, akan tetapi semenjak berpindah tempat tinggal, lingkungan yang ia tempati
adalah salah satu faktor perubahannya menjadi pribadi yang sangat kasar dan
pemberontak. Berdasarkan cerita itu, bisa dikutip dari kisah Umar bin Khattab
RA yang sebelumnya memiliki pribadi congkak dengan pendiriannya bahwa Islam
adalah wabah penyakit, tapi ketika ia mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an
yang dibacakan oleh adiknya, tak disangka lantunan itu mampu membuatnya berubah
menjadi pribadi yang lemah lembut dan saat itu pula ia menjadi pembela Islam
yang sejati. Paparan kedua kisah yang bertentangan tersebut menunjukkan uniknya
kepribadian manusia, karena sejatinya kepribadian seseorang bukanlah sesuatu
yang tetap, diukur dengan masa lalu dan masa sekarang.
Dalam kehidupan
sehari-hari kita mendapati orang yang kepribadiannya sangat menarik yang
membuat kita ingin berlama-lama bersamanya, tapi di lain waktu kita juga bisa
bertemu dengan seseorang yang semenit bersamanya seperti satu jam lamanya,
meskipun penampilannya secara keseluruhan terlihat menarik tetapi semua yang
tampak tersebut seperti kamuflase belaka. Itulah sebabnya, kepribadian
merupakan suatu bidang kajian yang dilakukan secara terus menerus untuk
membentuk kepribadian yang utama. Kepribadian manusia dari masa ke masa selalu
menjadi tema yang menarik untuk dikaji, demi mengetahui keadaan diri kita yang
sesungguhnya. Sebab, mencermati kepribadian manusia bukanlah hal yang mudah,
masing-masing mempunyai keunikan tersendiri. Maka dari itu, bila kita
perhatikan lebih seksama, kepribadian mempunyai tipe-tipe tertentu (hlm. 25-31).
Berikut tipe-tipe
yang dijelaskan dalam buku ini. (1) Tipe kepribadian Koleris, dikenal sebagai
tipe yang keras, tegas dan penuntut. Ia memiliki kepribadian besar untuk
melakukan hal-hal yang sangat sulit, dan keyakinan kuat atas kemampuan dirinya
sendiri untuk menjadi pemimpin. Namun tipe ini terkadang bertindak dan bersikap
kurang bijaksana. Meskipun begitu, ia mudah sekali memaafkan dan melupakan
kesalahan. (2) Tipe kepribadian Sanguinis, dikenal sebagai pribadi yang ramah, penuh
inspirasi, dan optimis. Tetapi kepribadian ini cenderung menjadi penyakit dan
mau melakukan apapun untuk menyenangkan hati orang lain, dalam artian orang
lain baginya adalah prioritas. (3) Tipe kepribadian Plegmatis, dikenal dengan
tipe orang yang paling menyenangkan dijadikan teman karena kesopanannya dan
senang memberi nasihat atau dukungan. Kepribadian ini hanya bisa mengerjakan
satu hal dalam satu waktu, tidak dapat mengerjakan semua hal secara bersamaan.
Tipe ini sulit untuk mengatakan “tidak” meskipun tidak menyukainya, namun ia
bisa dipercaya dan menyimpan rahasia. (4) Tipe kepribadian Melankolis, adalah
tipe yang serius dan tertutup namun cerdas dalam berpikir. Ia memiliki tingkat
ketelitian dan ketajaman berpikir yang tinggi. Tipe ini juga cenderung sangat
hati-hati, detail, dan tidak mudah percaya. Tipe melankolis sering menjadi
benar bukan karena merasa lebih baik dari yang lain, tapi hanya meningkatkan
kinerjanya. Karena pada umumnya, manusia-manusi di dunia hanya mau berpikir dan
melakukan apapun yang benar baginya.
Imam Ghazali (w.505 H/1111 M) menggolongkan kepribadian manusia
menjadi tiga macam. Pertama, pribadi yang disukai oleh hawa nafsu
lahiriah atau material, segala pikiran dan tindakannya didasari kepentingan
dirinya sendiri, meskipun semua yang dilakukan menyalahi aturan atau merugikan
orang lain. Dalam firman Allah SWT yang berbunyi (hlm. 41-43): "Maka,
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka,
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. Al-Jatsiyah [45]: 23).
Kedua, pribadi yang berusaha mengendalikan hawa nafsunya. Terkadang ia
bisa mengendalikan dan terkadang tidak. Jika terlanjur hanyut dalam gelora hawa
nafsu, ia akan segera memohon kepada
Allah dan berusaha tidak mengulanginya.
Ketiga, pribadi yang mampu mengendalikan hawa nafsu dalam kondisi apapun.
Pribadi pada tipe inilah yang disebut sebagai penguasa sejati yang terbatas
dari belenggu dan dorongan hawa nafsu. Umar Bin Khattab adalah salah satu
contoh dalam tipe kepribadian ini, hingga Rasulullah SAW pun mengatakan bahwa setan
akan mengambil jalan yang tidak dilalui oleh Umar.
Sebenarnya,
semua individu mempunyai potensi yang sama untuk menjadi pribadi yang utama,
tetapi dalam pergulatan kehidupan dari masa ke masa, kita dapat melihat adanya
perbedaan dan keunikan pada setiap manusia dikarenakan pada diri manusia ada
unsur jiwa, yaitu sesuatu yang tidak
dimiliki oleh makhluk lainnya di muka bumi. Manusia terbentuk dengan kehendak
dan kekuatan Allah SWT yang dibedakan melalui akal pikiran dan tingkah laku
sehingga membedakan ia dengan hewan yang tidak memiliki kepribadian. Tetapi
pada dasarnya, tidak ada manusia yang sempurna, kelahirannya bukan hanya menuju
pada kematian, melainkan pada sesuatu yang harus diperjuangkan (ikhtiar) untuk
mengisi kehidupan, yakni pencapaian kesempurnaan kualitas pribadi yang mulia dan dicintai oleh Allah SWT (hlm.101).
Apabila kita
berkaca pada kepribadian Rasulullah SAW meskipun beliau seorang nabi dan rasul,
bukan berarti semua itu didapatkan beliau dengan mudah. Beliau mendapatkannya
dengan usaha keras, pantang menyerah, dan perjuangan besar. Itulah sebabnya,
pencapain beliau itu merupakan sebuah usaha yang dapat kita pelajari dalam
kehidupan kita, terutama dalam proses pembentukan kepribadian diri yang utama
(hlm. 73).
Tekun beribadah
juga mampu mengasah kepribadian diri yang utama, dengan beribadah serta ikhlas
melaksanakannya berarti kita menyadari posisi diri sebagai makhluk yang jauh dari
kesempurnaan. Akan tetapi, tentunya kita tidak akan selalu tekun melakukannya,
pastinya ada berbagai godaan dan itu
semua dibutuhkan kepribadian yang kuat dan utama, yaitu pribadi yang selalu
bertdasarkan kepada Dzat Yang Agung. Salah satu jalan mencapai itu adalah berdoa
dan berdzikir.
Kita semua tahu
bahwa ada Dzat Yang Tunggal, Maha Kuat dan Maha Perkasa mengatur dan menetapkan
segala sesuatu di dunia ini secara terperinci. Dan pada kenyataannya, kita
tidak menyadari bahwa begitu sering kita melakukan kemaujudan Allah SWT.
Terkadang keimanan kita tercampur dengan kepercayaan sesuatu selain Allah. Bisa
jadi mengingat Allah hanya pada saat kita mendapat permasalahan yang membuat
kita begitu bersemangat beribadah, akan tetapi begitu masalah satu persatu
menghilang, sengaja atau tidak kita melupakan pertolongan Allah seakan semua
masalah hilang karena usaha dan kemampuan kita sendiri, tidak ada campur tangan
Yang Maha Kuasa. Dari sifat-sifat tersebut, tentunya bukan bagian dari karakter
atau sifat dari kepribadian yang utama. Tetapi, sifat buruk itu sering terselip
dalam tindakan kita di kehidupan sehari-hari.
Melihat
kemampuan manusia yang sangat terbatas, baik itu dalam hal kebaikan kualitas
diri atau pencapaian segala bentuk harapan, Allah SWT memberikan jalan, yaitu
doa dan dzikir, bahkan dalam sebuah hadits ditegaskan bahwa orang yang tidak
mau berdoa akan mendapatkan murka dari Allah SWT. Kita menyadari kedudukan diri
sebagai makhluk yang diciptakan, dan Tuhan yang menciptakan.
Doa dan dzikir,
keduanya adalah kekuatan ikhtiar batin untuk menjauhkan diri dari segala bentuk
penyebab keputusasaan. Karena sesungguhnya, perusak pribadi paling berbahaya
adalah diri manusia itu sendiri, bukan orang lain. Jika membaca berbagai hadits
Rasulullah SAW dinyatakan bahwa ada
banyak manfaat doa dan dzikir dalam kehidupan seseorang, di antaranya: (1)
Sumber kekuatan jiwa. (2) Menolak musibah (bala’). (3) Sebagai senjata
kaum mukmin dalam menghadapi segala bentuk problematika kehidupan. (4) Mendapat
keberkahan atas segala yang dimohonkan dalam doa. (5) Berdzikir menjadikan jiwa
lebih tenang.
Dalam kisah Asiyah
binti Muzahim, istri Fir’aun, kekuatan doa dan dzikir pernah dirasakan oleh Asiyah.
Kekuatan itu yang membuatnya memiliki kepribadian utama dan menjadi sosok
pribadi yang memegang teguh keyakinan, meskipun harus menghadapi siksaan Fir’aun
yang berat, siksaaan yang membuatnya harus kehilangan nyawanya sendiri (hlm.
141). Berdasarkan kisah ini, sangat
jelas untuk menjadikan diri yang memiliki kepribadian utama, meskipun kita
bukan nabi dan rasul.
Lantas,
pertanyaanya, mengapa kita tidak seperti itu? Mengapa doa dan dzikir tidak
berarti apa-apa dalam kehidupan kita? Setiap hari, kita berdoa dan berdzikir,
tetapi jiwa kita masih lemah tak berdaya, mudah tergoda oleh gemerlap dunia,
dan dorongan hawa nafsu berbuat maksiat, mengapa bisa begitu?
Kemungkinan,
salah satu penyebab utamanya adalah hati yang belum sepenuhnya yakin terhadap
daya manfaat doa dan dzikir dalam semua aspek kehidupan. Terutama, dalam
pembentukan kualitas kepribadian. Sebab, doa dan dzikir hanya berhenti pada
pengucapan lisan, belum bisa meresap dalam ke dasar jiwa. Akibatnya, kita
kurang begitu yakin terhadap kepastian datangnya pertolongan Allah SWT. Lisan
kita berulang kali berdoa dan berdzikir, namun berulang kali kita menyaksikan
datangnya bimbingan dan pertolongan-Nya bisa datang.
Berikut
aktivasi doa dan dzikir untuk menebas penghambat kepribadian utama: (1) Menerabas
kekeliruan berpikir. (2) Meredam rasa gelisah. (3) Menghapus jejak rasa
bersalah (4) Menghapus mental “kambing
hitam”. (5) Mengendalikan keliaran amarah. (6) Menyingkirkan mental keong. (7)
Menyingkirkan mental bebek. (8) Menghapus sifat munafik. (9) Menghapus sifat
kafir. (10) Menghapus rasa hasut (11) Menghapus rasa minder. (21) Menghapus
sifat sombong. (13) Mengendalikan stress. (14) Mengendalikan rasa putus asa.
Demikian pemaparan
tentang bagaimana bentuk kepribadian yang utama, yaitu pribadi yang mulia yang
dicintai oleh Allah SWT. Penjelasan di atas sudah cukup jelas untuk
menggambarkan isi buku yang berjudul The Ultimate Personality ini, tentu
di dalamnya berisi banyak pelajaran bagi kita untuk menjadi manusia yang berkepribadian
utama. Seseorang dapat dikatakan sebagai manusia yang berkepribadian utama,
yaitu menundukkan diri untuk meniru sifat-sifat Allah SWT. Berarti kita
menyatukan pada sumbernya, sumber keagungan kepribadian di jagad raya.
Buku ini
memilki kelebihan tersendiri, di antanya memberi banyak gambaran serta
contoh-contoh yang memotivasi pembaca agar lebih bersemangat memerangi hidup
yang penuh dengan kepalsuan. Bagi yang ingin membacanya tidak perlu bingung
mencari istilah-istilah yang sulit di kamus, karena istilah penting dalam buku
ini sudah dijelaskan dengan rinci, juga bahasa-bahasa yang digunakan sangat
komunikatif. Begitu pun dasar-dasar yang disajikan dalam buku ini bersumber
dari Al-Qur’an dan hadits. Jadi, tidak perlu khuwatir tentang kebenaran buku
ini.
Di samping
kelebihan di atas, ada beberapa kekurangan yang juga perlu diketahui oleh
pembaca. Di antaranya adalah kesalahan penulisan kata atau kalimat dalam buku
ini yang tidak sesuai dengan EYD (hlm. 33, 108, 111, 73), kekurangan lain juga
terdapat pada (hlm. 13, 16, 23, 51), yaitu sebelum dan sesudah tidak ada spasi.
Meskipun
kekurangan fisik di dalam buku ini cukup banyak, namun tidak mengurangi sedikit
pun kepercayaan kita terhadap buku ini yang memberi banyak manfat bagi
kehidupan kita. Bagi yang membacanya, buku ini adalah pedoman pribadi untuk
menjadikan diri memiliki kepribadian yang utama, serta meningkatkan kualitas
diri untuk mencapai suatu kepribadian yang dicintai oleh Allah SWT.
***
Tentang
Penulis
LUTFIL KIROM AZ-ZUMARO,
dilahirkan dan dibesarkan di kawasan kaki gunung Ungaran, Semarang,
Jawa Tengah. Ia memulai pendidikan dasar di tanah kelahirannya. Untuk jenjang
pendidikan berikutnya, selama 6 tahun ia bermukim di Pondok Pesantren Al-Anwar,
Mranggen, Demak, Jawa Tengah. Dan, di kota ini pula ia menyelesaikan pendidikan
menengah di MTs Futuhiyah 1 (1994) dan pendidikan atas di MAK Futuhiyyah 1 (1997).
Selanjutnya, ia melanjutkan studinya di IAIN Walisongo, Semarang (2004). Saat
ini, ia bermukim di sebelah timur kota Yogyakarta, Berbah. Di antara karya yang telah diterbitkan adalah
Doa dan Dzikir Khusus Ibu Hamil (DIVA Press, 2010), Aktivasi Energi
Doa dan dzikir Khusus untuk Kecerdasan Super (DIVA Press, 2011), Aktivasi
Inner Beauty (DIVA Press, 2011), dan Mukjizat Air Putih Disertai Doa
untuk Penyembuhan (Realbooks, 2011).
***
Catatan: Resensi
ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran
2017/2018. (MQ).
© 2018
No comments:
Post a Comment