Monday, May 7, 2018

MEMBENTUK KEPRIBADIAN UTAMA

Qurrotun Nafilah

Tentang Peresensi 

QURROTUN NAFILAH, lahir di Dusun Tengginah Larangan Perreng Pragaan Sumenep, 04 April 2003. Riwayat pendidikan dimulai dari RA Al-Habsyi Tengginah Larangan Perreng  (lulus, 2004), MI Al-Ihsan II/A Larangan Perreng (2015), pernah bersekolah di MTs I Putri Annuqayah selama 6 bulan sampai kelas VII B semester I, sedangkan semester II hingga sekarang masih bersekolah di MTs Al-Wathan dan sudah duduk di bangku kelas ix (sembilan). Pengalamannya, ia pernah mengikuti perkemahan Tingkat Penggalang di Al-Ghazali. Pernah meraih Peringkat Pertama (Best of the Best) di Lembaga Kursusan Al-Faraby Institute. Pengalaman keorganisasian, di antaranya: Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MTs Al-Wathan, Jabatan Koordinator Bidang Pendidikan (2018). Saat ini ia tinggal di Dusun Tengginah Larangan Perreng Pragaan Sumenep. Dia bisa dihubungi lewat nomor HP. 085335953874 atau lewat facebook Nafi Amla.     
***
Buku The Ultimate Personality
Judul buku      : The Ultimate Personality
Penulis             : Lutfil Kirom Az-Zumaro
Penerbit           : Safirah
Cetakan           : Pertama, 2015
Kota terbit       : Yogyakarta
Tebal buku      : 252
Peresensi         : Qurrotun Nafilah

Buku yang berjudul The Ultimate Personality ini sebenarnya mengasah kemampuan kita bagaimana kita menggolongkan dan mengetahui kepribadian setiap orang di sekitar kita. Bagaimana kepribadian itu ditetapkan, dijaga, agar tidak menjadi pribadi yang menyeleweng dari ajaran agama, sebab kepribadianlah yang akan menentukan baik buruknya kita menurut sudut pandang orang lain. Dan, tentunya doa beserta dzikir adalah kunci agar kita semua senantiasa menjadi pribadi yang baik dan utama.

Pertanyaannya, apa sebenarnya kepribadian itu? Dalam buku karangan Lutfil Kirom Az-Zumaro, beberapa yang menjadi contoh untuk secara pribadi kita pahami bahwa kepribadian seseorang tidak hanya dapat dilihat dari kehidupan sebelumnya, namun sebenarnya kepribadian itu dapat dilihat dari perangai yang ada padanya. Perangai di sini dimaksudkan untuk mengetahui antara hati dan pikiran manusia yang tampak atau terlihat dari tekstur wajah maupun gerak-gerik tubuh seseorang, di situlah kepribadian yang seperti apa, yang kemudian terbentuk dan tinggal di dalam diri manusia.

Sebagaimana contoh dalam buku (hlm.12-14), diceritakan seseorang yang sebelumnya adalah lemah lembut, serta dalam segala aktivitasnya merupakan kepribadian yang sangat baik, akan tetapi semenjak berpindah tempat tinggal, lingkungan yang ia tempati adalah salah satu faktor perubahannya menjadi pribadi yang sangat kasar dan pemberontak. Berdasarkan cerita itu, bisa dikutip dari kisah Umar bin Khattab RA yang sebelumnya memiliki pribadi congkak dengan pendiriannya bahwa Islam adalah wabah penyakit, tapi ketika ia mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh adiknya, tak disangka lantunan itu mampu membuatnya berubah menjadi pribadi yang lemah lembut dan saat itu pula ia menjadi pembela Islam yang sejati. Paparan kedua kisah yang bertentangan tersebut menunjukkan uniknya kepribadian manusia, karena sejatinya kepribadian seseorang bukanlah sesuatu yang tetap, diukur dengan masa lalu dan masa sekarang.

Dalam kehidupan sehari-hari kita mendapati orang yang kepribadiannya sangat menarik yang membuat kita ingin berlama-lama bersamanya, tapi di lain waktu kita juga bisa bertemu dengan seseorang yang semenit bersamanya seperti satu jam lamanya, meskipun penampilannya secara keseluruhan terlihat menarik tetapi semua yang tampak tersebut seperti kamuflase belaka. Itulah sebabnya, kepribadian merupakan suatu bidang kajian yang dilakukan secara terus menerus untuk membentuk kepribadian yang utama. Kepribadian manusia dari masa ke masa selalu menjadi tema yang menarik untuk dikaji, demi mengetahui keadaan diri kita yang sesungguhnya. Sebab, mencermati kepribadian manusia bukanlah hal yang mudah, masing-masing mempunyai keunikan tersendiri. Maka dari itu, bila kita perhatikan lebih seksama, kepribadian mempunyai tipe-tipe tertentu (hlm. 25-31).

Berikut tipe-tipe yang dijelaskan dalam buku ini. (1) Tipe kepribadian Koleris, dikenal sebagai tipe yang keras, tegas dan penuntut. Ia memiliki kepribadian besar untuk melakukan hal-hal yang sangat sulit, dan keyakinan kuat atas kemampuan dirinya sendiri untuk menjadi pemimpin. Namun tipe ini terkadang bertindak dan bersikap kurang bijaksana. Meskipun begitu, ia mudah sekali memaafkan dan melupakan kesalahan. (2) Tipe kepribadian Sanguinis, dikenal sebagai pribadi yang ramah, penuh inspirasi, dan optimis. Tetapi kepribadian ini cenderung menjadi penyakit dan mau melakukan apapun untuk menyenangkan hati orang lain, dalam artian orang lain baginya adalah prioritas. (3) Tipe kepribadian Plegmatis, dikenal dengan tipe orang yang paling menyenangkan dijadikan teman karena kesopanannya dan senang memberi nasihat atau dukungan. Kepribadian ini hanya bisa mengerjakan satu hal dalam satu waktu, tidak dapat mengerjakan semua hal secara bersamaan. Tipe ini sulit untuk mengatakan “tidak” meskipun tidak menyukainya, namun ia bisa dipercaya dan menyimpan rahasia. (4) Tipe kepribadian Melankolis, adalah tipe yang serius dan tertutup namun cerdas dalam berpikir. Ia memiliki tingkat ketelitian dan ketajaman berpikir yang tinggi. Tipe ini juga cenderung sangat hati-hati, detail, dan tidak mudah percaya. Tipe melankolis sering menjadi benar bukan karena merasa lebih baik dari yang lain, tapi hanya meningkatkan kinerjanya. Karena pada umumnya, manusia-manusi di dunia hanya mau berpikir dan melakukan apapun yang benar baginya.

Imam Ghazali (w.505 H/1111 M) menggolongkan kepribadian manusia menjadi tiga macam. Pertama, pribadi yang disukai oleh hawa nafsu lahiriah atau material, segala pikiran dan tindakannya didasari kepentingan dirinya sendiri, meskipun semua yang dilakukan menyalahi aturan atau merugikan orang lain. Dalam firman Allah SWT yang berbunyi (hlm. 41-43): "Maka, pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka, siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. Al-Jatsiyah [45]: 23).

Kedua, pribadi yang berusaha mengendalikan hawa nafsunya. Terkadang ia bisa mengendalikan dan terkadang tidak. Jika terlanjur hanyut dalam gelora hawa nafsu, ia akan segera memohon  kepada Allah dan berusaha tidak mengulanginya.

Ketiga, pribadi yang mampu mengendalikan hawa nafsu dalam kondisi apapun. Pribadi pada tipe inilah yang disebut sebagai penguasa sejati yang terbatas dari belenggu dan dorongan hawa nafsu. Umar Bin Khattab adalah salah satu contoh dalam tipe kepribadian ini, hingga Rasulullah SAW pun mengatakan bahwa setan akan mengambil jalan yang tidak dilalui oleh Umar.

Sebenarnya, semua individu mempunyai potensi yang sama untuk menjadi pribadi yang utama, tetapi dalam pergulatan kehidupan dari masa ke masa, kita dapat melihat adanya perbedaan dan keunikan pada setiap manusia dikarenakan pada diri manusia ada unsur  jiwa, yaitu sesuatu yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya di muka bumi. Manusia terbentuk dengan kehendak dan kekuatan Allah SWT yang dibedakan melalui akal pikiran dan tingkah laku sehingga membedakan ia dengan hewan yang tidak memiliki kepribadian. Tetapi pada dasarnya, tidak ada manusia yang sempurna, kelahirannya bukan hanya menuju pada kematian, melainkan pada sesuatu yang harus diperjuangkan (ikhtiar) untuk mengisi kehidupan, yakni pencapaian kesempurnaan kualitas pribadi  yang mulia dan dicintai oleh Allah SWT (hlm.101).

Apabila kita berkaca pada kepribadian Rasulullah SAW meskipun beliau seorang nabi dan rasul, bukan berarti semua itu didapatkan beliau dengan mudah. Beliau mendapatkannya dengan usaha keras, pantang menyerah, dan perjuangan besar. Itulah sebabnya, pencapain beliau itu merupakan sebuah usaha yang dapat kita pelajari dalam kehidupan kita, terutama dalam proses pembentukan kepribadian diri yang utama (hlm. 73).

Tekun beribadah juga mampu mengasah kepribadian diri yang utama, dengan beribadah serta ikhlas melaksanakannya berarti kita menyadari posisi diri sebagai makhluk yang jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, tentunya kita tidak akan selalu tekun melakukannya, pastinya ada berbagai  godaan dan itu semua dibutuhkan kepribadian yang kuat dan utama, yaitu pribadi yang selalu bertdasarkan kepada Dzat Yang Agung. Salah satu jalan mencapai itu adalah berdoa dan berdzikir.

Kita semua tahu bahwa ada Dzat Yang Tunggal, Maha Kuat dan Maha Perkasa mengatur dan menetapkan segala sesuatu di dunia ini secara terperinci. Dan pada kenyataannya, kita tidak menyadari bahwa begitu sering kita melakukan kemaujudan Allah SWT. Terkadang keimanan kita tercampur dengan kepercayaan sesuatu selain Allah. Bisa jadi mengingat Allah hanya pada saat kita mendapat permasalahan yang membuat kita begitu bersemangat beribadah, akan tetapi begitu masalah satu persatu menghilang, sengaja atau tidak kita melupakan pertolongan Allah seakan semua masalah hilang karena usaha dan kemampuan kita sendiri, tidak ada campur tangan Yang Maha Kuasa. Dari sifat-sifat tersebut, tentunya bukan bagian dari karakter atau sifat dari kepribadian yang utama. Tetapi, sifat buruk itu sering terselip dalam tindakan kita di kehidupan sehari-hari.

Melihat kemampuan manusia yang sangat terbatas, baik itu dalam hal kebaikan kualitas diri atau pencapaian segala bentuk harapan, Allah SWT memberikan jalan, yaitu doa dan dzikir, bahkan dalam sebuah hadits ditegaskan bahwa orang yang tidak mau berdoa akan mendapatkan murka dari Allah SWT. Kita menyadari kedudukan diri sebagai makhluk yang diciptakan, dan Tuhan yang menciptakan.

Doa dan dzikir, keduanya adalah kekuatan ikhtiar batin untuk menjauhkan diri dari segala bentuk penyebab keputusasaan. Karena sesungguhnya, perusak pribadi paling berbahaya adalah diri manusia itu sendiri, bukan orang lain. Jika membaca berbagai hadits Rasulullah SAW dinyatakan  bahwa ada banyak manfaat doa dan dzikir dalam kehidupan seseorang, di antaranya: (1) Sumber kekuatan jiwa. (2) Menolak musibah (bala’). (3) Sebagai senjata kaum mukmin dalam menghadapi segala bentuk problematika kehidupan. (4) Mendapat keberkahan atas segala yang dimohonkan dalam doa. (5) Berdzikir menjadikan jiwa lebih tenang.

Dalam kisah Asiyah binti Muzahim, istri Fir’aun, kekuatan doa dan dzikir pernah dirasakan oleh Asiyah. Kekuatan itu yang membuatnya memiliki kepribadian utama dan menjadi sosok pribadi yang memegang teguh keyakinan, meskipun harus menghadapi siksaan Fir’aun yang berat, siksaaan yang membuatnya harus kehilangan nyawanya sendiri (hlm. 141).  Berdasarkan kisah ini, sangat jelas untuk menjadikan diri yang memiliki kepribadian utama, meskipun kita bukan nabi dan rasul.

Lantas, pertanyaanya, mengapa kita tidak seperti itu? Mengapa doa dan dzikir tidak berarti apa-apa dalam kehidupan kita? Setiap hari, kita berdoa dan berdzikir, tetapi jiwa kita masih lemah tak berdaya, mudah tergoda oleh gemerlap dunia, dan dorongan hawa nafsu berbuat maksiat, mengapa bisa begitu?

Kemungkinan, salah satu penyebab utamanya adalah hati yang belum sepenuhnya yakin terhadap daya manfaat doa dan dzikir dalam semua aspek kehidupan. Terutama, dalam pembentukan kualitas kepribadian. Sebab, doa dan dzikir hanya berhenti pada pengucapan lisan, belum bisa meresap dalam ke dasar jiwa. Akibatnya, kita kurang begitu yakin terhadap kepastian datangnya pertolongan Allah SWT. Lisan kita berulang kali berdoa dan berdzikir, namun berulang kali kita menyaksikan datangnya bimbingan dan pertolongan-Nya bisa datang.

Berikut aktivasi doa dan dzikir untuk menebas penghambat kepribadian utama: (1) Menerabas kekeliruan berpikir. (2) Meredam rasa gelisah. (3) Menghapus jejak rasa bersalah (4)  Menghapus mental “kambing hitam”. (5) Mengendalikan keliaran amarah. (6) Menyingkirkan mental keong. (7) Menyingkirkan mental bebek. (8) Menghapus sifat munafik. (9) Menghapus sifat kafir. (10) Menghapus rasa hasut (11) Menghapus rasa minder. (21) Menghapus sifat sombong. (13) Mengendalikan stress. (14) Mengendalikan rasa putus asa.

Demikian pemaparan tentang bagaimana bentuk kepribadian yang utama, yaitu pribadi yang mulia yang dicintai oleh Allah SWT. Penjelasan di atas sudah cukup jelas untuk menggambarkan isi buku yang berjudul The Ultimate Personality ini, tentu di dalamnya berisi banyak pelajaran bagi kita untuk menjadi manusia yang berkepribadian utama. Seseorang dapat dikatakan sebagai manusia yang berkepribadian utama, yaitu menundukkan diri untuk meniru sifat-sifat Allah SWT. Berarti kita menyatukan pada sumbernya, sumber keagungan kepribadian di jagad raya.

Buku ini memilki kelebihan tersendiri, di antanya memberi banyak gambaran serta contoh-contoh yang memotivasi pembaca agar lebih bersemangat memerangi hidup yang penuh dengan kepalsuan. Bagi yang ingin membacanya tidak perlu bingung mencari istilah-istilah yang sulit di kamus, karena istilah penting dalam buku ini sudah dijelaskan dengan rinci, juga bahasa-bahasa yang digunakan sangat komunikatif. Begitu pun dasar-dasar yang disajikan dalam buku ini bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Jadi, tidak perlu khuwatir tentang kebenaran buku ini.

Di samping kelebihan di atas, ada beberapa kekurangan yang juga perlu diketahui oleh pembaca. Di antaranya adalah kesalahan penulisan kata atau kalimat dalam buku ini yang tidak sesuai dengan EYD (hlm. 33, 108, 111, 73), kekurangan lain juga terdapat pada (hlm. 13, 16, 23, 51), yaitu sebelum dan sesudah tidak ada spasi.

Meskipun kekurangan fisik di dalam buku ini cukup banyak, namun tidak mengurangi sedikit pun kepercayaan kita terhadap buku ini yang memberi banyak manfat bagi kehidupan kita. Bagi yang membacanya, buku ini adalah pedoman pribadi untuk menjadikan diri memiliki kepribadian yang utama, serta meningkatkan kualitas diri untuk mencapai suatu kepribadian yang dicintai oleh Allah SWT.
***
Tentang Penulis
                  
LUTFIL KIROM AZ-ZUMARO, dilahirkan dan dibesarkan di kawasan kaki gunung Ungaran, Semarang, Jawa Tengah. Ia memulai pendidikan dasar di tanah kelahirannya. Untuk jenjang pendidikan berikutnya, selama 6 tahun ia bermukim di Pondok Pesantren Al-Anwar, Mranggen, Demak, Jawa Tengah. Dan, di kota ini pula ia menyelesaikan pendidikan menengah di MTs Futuhiyah 1 (1994) dan pendidikan atas di MAK Futuhiyyah 1 (1997). Selanjutnya, ia melanjutkan studinya di IAIN Walisongo, Semarang (2004). Saat ini, ia bermukim di sebelah timur kota Yogyakarta, Berbah.  Di antara karya yang telah diterbitkan adalah Doa dan Dzikir Khusus Ibu Hamil (DIVA Press, 2010), Aktivasi Energi Doa dan dzikir Khusus untuk Kecerdasan Super (DIVA Press, 2011), Aktivasi Inner Beauty (DIVA Press, 2011), dan Mukjizat Air Putih Disertai Doa untuk Penyembuhan  (Realbooks, 2011).
***
Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018 

No comments:

Post a Comment