ZAINUL ABBADI, lahir di Dusun Lembanah Larangan Perreng Pragaan Sumenep, 25 November
2002. Riwayat pendidikan dimulai dari RA Miftahul Huda Tambak Batu Larangan Perreng
(lulus, 2009), MI Miftahul Huda (2015), dan sekarang masih duduk di bangku
kelas ix (sembilan) MTs Al-Wathan juga nyantri di Pondok Pesantren
Miftahul Huda. Dia pernah menjuarai Lomba Tarik Tambang Juara 1 (2017) dan
pernah meraih Ranking 1 di RA Miftahul Huda (2009). Saat ini ia berdomisili di Dusun
Lembenah Larangan Perreng Pragaan Sumenep. dia bisa dihubungi di nomor HP. 085257799066
atau lewat facebook Frenk Grello.
***
Buku Didiklah Anakmu ala Rasulullah |
Judul buku : Didiklah
Anakmu ala Rasulullah
Penulis : Ukasyah Habibu Ahmad
Penerbit : Saufa
Cetakan : Pertama,
2015
Kota
terbit : Yogyakarta
Tebal buku : 232
halaman
Resentator : Zainul
Abbadi
Buku yang
berjudul Didiklah Anakmu ala Rasulullah ini mengajarkan kita agar
menjadi anak yang baik dan sopan kepada orang tua dan sesama, karena dengan
didikan dari orang tua merupakan suatu bukti perhatian dan kepeduliannya kepada
anak. Dengan demikian, kita bisa lebih dekat dengan orang tua dan tak mudah mengikuti
pergaulan bebas.
Sesungguhnya,
memberikan pendidikan kepada anak bukanlah tugas yang mudah. Mendidik anak juga
tidak bisa dipahami sebagai tugas sampingan yang hanya dilakukan ketika ada
kesempatan. Tugas ini haruslah ditempatkan pada kedudukan utama yang prioritas
di antara berbagai macam aktivitas. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tiada suatu pembarian pun yang lebih utama
daripada orang tua kepada anak-anaknya selain pendidikan yang baik." (HR.
Hakim, Baihaqi, Tirmidzi dan Ahmad). (hlm.15).
Karena tuntunan
terbaik dalam mendidik anak adalah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Maka, buku ini sesungguhnya hadir untuk menampilkan berbagai teladan Rasulullah
SAW dalam mendidik anak yang beliau praktikkan
pada anak-anak di masanya. (hlm.15).
Mencetak anak saleh
dan salehah dengan dengan ajaran Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Rasulullah SAW melalui perantara Malaikat Jibril dengan lafal dan
maknaya. Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang, direnungkan dan
dipahami maknanya kemudian diamalkan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
bersabda: “Aku tinggalkan kepadamu sekalian dua hal, jika kamu berpegang
teguh kepada keduanya, niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Al-Qur'an
dan sunnahku." (HR. Tirmidzi). (hlm. 23).
Anak saleh dan
salehah akan berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah dalam mengarungi hidup.
Karena itu, semenjak dalam kandungan anak harus diperkenalkan dengan Al-Qur'an.
Tips mencetak anak saleh dan salehah
dengan Al-Qur'an terdiri dari beberapa hal, di antaranya sebagai berikut. (1) Membaca
Al-Qur'an dengan suara yang merdu, sebab suara merdu dapat diibaratkan
sebagai alunan musik yang menenangkan
jiwa. (2) Membaca Al-Qur'an dan meresapi maknanya. Selain membacanya, hendaknya
si ibu hamil juga meresapi makna bacaan dari Al-Qur'an tersebut. Tujuannya,
agar si anak dalam kandungan tidak hanya paham bacaan Al-Qur'an, melainkan juga
mengetahui makna dari bacaan itu. (3) Sering membaca Al-Qur'an. Harapannya,
agar si anak yang lahir kelak meniru orang tuanya yang rajin membaca Al-Qur'an.
(4) Memperdengarkan dan mendengarkan bacaan Al-Qur'an. Dalam hal ini, ibu
secara sengaja mendengarkan sesorang mengaji agar didengar pula oleh anak yang
dikandungnya. Selain itu, mencetak anak saleh dan salehah juga bisa melalui
shalat karena shalat dapat memberikan stimulus untuk anak yang berada dalam
kandungan, termasuk menjadikannya sebagai anak saleh dan salehah. (hlm. 29-33).
Mencetak anak
saleh dan salehah juga melalui dzikir. Kaerna berdzikir juga merupakan salah satu
kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bahkan merupakan salah satu amalan
hidup beliau yang tidak pernah ditinggalkan.Manfaat dzikir bagi ibu hamil di
antaranya sebagai berikut. (1) Meyembuhkan sakit. (2) Disalami. (3) Diberi
keberuntungan. (4) Mengatasi problem psikologi. (5) Diingat oleh Allah. (hlm.
55-65).
Macam-macam
dzikir bagi ibu hamil juga sebagai berikut. (1) Tasbih, biasanya sering
berbarengan dengan tahmid. Dalam ayat Al-Qur'an tasbih dan tahmid sering disebut
bersamaan. (2) Tahmid, atau hamdalah merupakan kalimat pendek, tetapi memiliki
makna yang paling panjang dan dalam. (3) Takbir, atau lafal Allahu Akbar,
biasanya diucapkan setelah tasbih dan tahmid. Takbir diucapkan sebanyak 33 kali
dalam berdzikir sesudah shalat, sama seperti tasbih dan tahmid. (4) Tahlil,
kalimat la ilaha illallah atau sering disebut sebagai tahlil, biasanya
di ucapkan paling akhir setelah tasbih, tasmid dan takbir. (5) Istighfar juga
menjadi sarana mengingat Allah SWT. Lafal istighfar yang paling ringkas astaghfirullahal
azhim. Yang artinya, memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung.
Mengumandangkan
adzan saat baru lahir, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kita dianjurkan
untuk mengumandangkan adzan ketika sang bayi lahir. Dalam sebuah riwayat disebutkan,
saat Rasulullah SAW mengetahui kelahiran cucunya, Hasan bin Ali, beliau
mengumandangkan adzan di telinganya. Terkait dengan hal ini, Abu Rafi berkata: "Aku
menyaksikan Rasulullah SAW menyerukan adzan di telinga Hasan bin Ali saat baru
dilahirkan oleh ibunya, Fatimah.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). (hlm. 86).
Akikah sebagai
wujud syukur atas kelahiran anak yang bisa dilakukan umat Islam untuk
melaksanakan akikah pada hari ketujuh. Dalam ajaran Islam, akikah merupakan
ibadah sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Ketika menyambut kelahiran
seorang bayi. (hlm. 90).
Memberikan nama
yang baik buat sang bayi. Dan pemberian nama yang baik dan bagus, serta
mengandung sebuah doa, harapan, dan unsur psikologis yang akan “mengawal sang
anak dalam menapaki perjalanan hidupnya hari demi hari. (hlm. 96).
Menjalin
keakraban dengan seorang anak tidak diragukan lagi bahwa sikap seorang anak
yang takut, bahkan sangat takut kepada orang tuanya merupakan bentuk kegagalan
orang tua dalam mengakrabkan diri kepada anaknya. Boleh jadi, keadaan yang
demikian itu muncul karena orang tua kurang menyisihkan waktu atau mungkin sama
sekali tidak memiliki waktu untuk bercengkerama dengan anak-anaknya. (hlm.119).
Memberikan
label yang baik pada anak. Tidak sedikit di antara orang tua yang memanggil
anaknya dengan suara membentak. Kata-kata yang tak pantas, gelar yang buruk.
Barang kali orang tua yang seperti itu adalah mereka yang belum pernah
memperoleh informasi. Sebagaimana Rasulullah SAW mengajari kita mendidik anak.
Abu Hurairah RA Meriwayatkan sebuah hadits di mana Rasulullah SAW telah
bersabda: “Jangan sekali-kali seseorang di antara kamu mengatakan, 'Hai
budak laki-lakiku! Hai budak perempuanku! Hai pelayan laki-lakiku! Hai pelayan
perempuanku! Hai budak laki-laki maupun perempuan adalah hamba-hamba Allah,
akan tetapi hendaklah ia mengatakan, Hai pesuruh laki-lakiku! Hai pesuruh
perempuanku'". (HR. Muslim). (hlm.131-132),
Berikut ini
beberapa saran bagi orang tua kepada putra putrinya agar bisa berkembang lebih
baik: (1) Memberikan respons secara spesifik terhadap perilaku anak, bukan
kepribadiannya. (2) Gunakan label untuk kepentingan pribadi orang tua. (3) Menarik
diri sementara jika sudah tidak sabar. (hlm.138-139).
Menyayangi anak
dengan sepenuh hati. Setiap orang tua pasti menyayangi anak-anaknya. Wujud
kasih sayang lainnya terungkap dalam hadits dari Anas RA yang bercerita bahwa
pernah ada seorang wanita datang kepada Aisyah RA. Kepadanya Aisyah memberikan
tiga butir kurma. Wanita itu kemudian memberikan kepada dua anak yang dibawanya
masing-masing sebutir kurma, sedangkan sisanya untuk dirinya, setelah menerima
kurma dari ibunya, mereka memakannya. Tidak berapa lama kurma itu habis, lalu
mereka memandang kepada ibunya, sang ibu pun
mengerti maksud kedua buah
hatinya itu, ia kemudian membelah sebutir kurma yang masih tersisa menjadi dua.
Dan memberikan kepada masing-masing anaknya, tidak lama kemudian Rasulullah SAW
datang dan Aisyah menceritakan peristiwa itu kepada beliau, maka Nabi SAW
bersabda: "Mestinya hal itu tidaklah membuatmu heran. Sesungguhnya, Allah
telah merahmatinya berkat kasih sayang yang diberikan kepada kedua anaknya
itu.” (HR. Bukhari).
Ada dua hal
yang bisa dicermati oleh orang tua dalam memberikan kasih sayang terhada si
buah hati sesuai posisinya, yaitu: (2) Memerhatikan kepribadian anakmu. (2) Melihat
kebutuhan anak. (3) Memerhatikan usia anak. (4) Menyeimbangkan pemberian hadiah
dan sanksi. “Muliakan anak-anakmu, dan didiklah mereka dengan akhlak yang
baik.” (HR. Ibnu Majah). (hlm.148).
Ada juga
beberapa manfaat kedekatan orang tua terhadap anak: (1) Menumbuhkan rasa
percaya diri. (2) Menumbuhkan kemampuan membina hubungan yang hangat. (3) Menumbuhkan
semangat mengasihi sesama dan peduli terhadap orang lain. (4) Melatih
kedisiplinan.
Beberapa arahan
membangun kedekatan terhadap anak, di antaranya: (1) Kesiapan mental untuk
menjadi orang tua. (2) Menciptakan komunikasi yang hangat sejak dini. (3) Upaya
program menyusul. (4) Mengupayakan kebersamaan dalam keluarga sejak dini,
sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Bertakwalah kalian kepada Allah dan
berlaku adillah kalian terhadap anak-anak kalian!" (HR. Muslim). Selain
itu, harus juga adil dalam memberi nafkah. Karena salah satu kewajiban orang
tua terhadap anaknya ialah menafkahi sesuai dengan kemampuannya, dan sesuai
dengan kebutuhan anak-anaknya. (hlm.171).
Kelebihan buku yang
ditulis oleh Ukasyah Habibu Ahmad ini adalah rujukannya pada Al-Qur'an dan
hadits dan tentu isinya sangat penting untuk diterapkan dalam mendidik anak
sejak dini. Selain itu, kertas dan sampulnya bagus sehingga memiliki daya pikat
tersendiri bagi para pembaca. Sedangkan kekurangannya hanya sepele, yaitu ada kalimat
yang penempatan alineanya kurang benar.
***
Tentang Penulis
UKASYAH HABIBU
AHMAD, lahir di Kota Peta, Blitar Jawa Timur. Terlahir dari keluarga yang
cukup lekat dengan dunia pesantren. Kesukaannya pada dunia tulis, ia mulai menulis
semenjak ia nyantri di Kota Jombang. Beberapa tulisannya telah dimuat di
beberapa media massa, baik lokal maupun nasional.
***
Catatan: Resensi
ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran
2017/2018. (MQ).
© 2018
No comments:
Post a Comment