Zulfa Faini |
Tentang Peresensi
ZULFA FAINANI, lahir di Tengginah Sentol Laok Pragaan Sumenep, 20 Juli 2003. Riwayat
pendidikan dimulaI dari RA Miftahul Huda Lembanah Larangan Lerreng Pragan
Sumenep (lulus, 2009), MI Miftahul Huda (2015). Dan sekarang masih duduk di
bangku kelas ix (sembilan). Dia pernah mengikuti perkemahan Tingkat Penggalang di
Karduluk, Sentol Daya dan Kerrem Larangan Perreng. Pengalaman keorganisasia: Organisasi
Siswa Intra Sekolah (OSIS) MTs Al-Wathan, menjabat sebagai anggota di bidang Seni
Budaya (2018). Saat ini ia tinggal di Dusun Tengginah Sentol Laok Pragaan Sumenep.
Ia bisa dihubungi lewat nomor HP. 082337893385 atau lewat facebook Zulfa
Fainani.
***
Buku Akibat-Akibat Fatal Meremehkan Puasa Senin Kamis |
Judul buku : Akibat-Akibat Fatal Meremehkan Puasa
Senin Kamis
Penulis : M. Yusuf Abdurrahman
Penerbit : DIVA Press
Cetakan : Pertama, Februari 2013
Kota terbit : Jogjakarta
Tebal buku : 203
Peresensu : Zulfa Fainani
Buku ini
memberitahu kepada kita bahwa puasa Senin dan Kamis menjadi karakter Rasulullah
SAW dan umatnya sampai akhir zaman dan memiliki keutamaan tersendiri dari pada
puasa-puasa lainnya. Puasa Senin Kamis juga memiliki keutamaan khusus, yaitu dibukanya
pintu-pintu surgA oleh Allah SWT. Pada saat inilah Allah mengampuni dosa-dosa
seorang mukmin. Kecuali, orang yang sedang menyekutukan Allah dengan sesuatu dan
orang yang sedang bermusuhan dengan sesama saudaranya. Rasulullah SAW bersabda.
“Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka, semua hamba yang
tidak menyekutukan Allah akan diampuni dosa-dosanya kecuali seorang hamba yang
di antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan 'Tundalah
pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai', 'Tundalah
pengampunan terhadap kedua orang ini sampai kedunya berdamai.'” (HR. Muslim).
(hlm. 15).
Dalam hadits
tersebut juga disebutkan bahwa Allah membukakan pintu di semua tingkatan. Menurut
pendapat Ibn Abbas, Allah mempunyai tujuh surga, yaitu Darul Jalal, Darus Salam,
Adn, Ma’wa, Khalid, Firdaus, dan Na’im. Akan tetapi, dalam rentang tujuh hari Allah
bermurah hati membuka hari pengampunan sebanyak dua kali, yaitu hari Senin dan Kamis.
Artinya, Allah memberi kesempatan kepada kita untuk mohon ampunan ataU semua
dosa yang telah dilakukan.
Oleh sebab itu,
Senin dan Kamis ini menjadi hari yang tetap untuk kaum muslimin melakukan
amalan ibadah. Dan, salah satu amalan ibadah yang paling utama dan mulia adalah
melakukan ibadah puasa. Tetapi, bagi orang-orang yang menyepelekan puasa,baik
puasa sunnah ataupun puasa wajib tidak akan berkesempatan untuk mendapatkan
jaminan itu kelak. Atas kesabaran dan keikhlasan mereka dalam menjalankan
ibadah pusa, menahan lapar dan dahaga maupun mengendalikan hawa nafsu dengan
sekuat tenaga, maka Allah akan mengistimewakan mereka dengan memasukkan ke dalam
surga melalui pintu khusus yang bernama Ar-Rayyan. Kata ini berasal dari kata
bentuk infinitif yang berarti, “pengairan, segar, dan pemandangan yang indah”.
(hlm. 48).
Keutamaan dari
hari Senin Kamis merupakan hari yang diberkahi oleh Allah. Karena Allah SWT memilihkan hari tersebut untuk
memberikan tiga peristiwa besar kepada Rasulullah SAW yaitu, kelahiran beliau,
diutisnya beliau menjadi rasul, dan diturunkannya wahyu Allah. Ini merupakan
kerugian besar bagi mereka yang menyepelekan amalan ibadah puasa. Apalagi
kerugiannya di akhirat. Seseorang tidak akan pernah bisa menyesali dan
memperbaikinya dengan dihidupkan lagi di dunia.
Sedangkan
keutamaan dari puasa adalah bisa dirasakan di akhirat, yaitu sebagai perisai
dari api neraka. Rasulullah SAW bersabda: “Puasa adalah perisai. Seorang
hamba berperisai dengannya dari api neraka.” (HR. Ahmad). (hlm 56).
Perisai puasa
yang membuat pelakunya terhindar dari maksiat terutama pada anggota badan. Selama
berpuasa, mata dilarang melihat hal-hal yang haram, hidung dilarang membaui
yang tidak halal, telinga dilarang mendengarkan hal-hal yang tidak baik, dan
mulut dilarang berkata sesuatu yang kotor dan buruk-buruk.
Keutamaan-keutamaan
tersebut hanya dapat diperoleh bagi mereka yang melakukannya. Artinya, orang
yang sering meremehkan puasa sama sekali tidak akan mendapatkan keutamaan umum
puasa, apalagi keutamaan khusus. Inilah akibat fatal yang sangat jelas bagi
orang-orang yang menyepelekan keutamaan puasa Senin dan Kamis. Orang-orang yang
menyepelekan puasa Senin Kamis dianggap tidak memiliki rasa hormat kepada Rasulullah
SAW. Bahkan, sebagian yang lain mungkin akan berkata, “ Orang-orang yang tidak
menghormati harinya Rasulullah SAW termasuk orang-orang yang tidak mengerti
akhlak etika yang luhur.”
Melihat
pengertian tersebut, maka selain memiliki keutamaan, amalan Senin Kamis juga
memiliki nilai kedahsyatan empiris bagi pelakunya. Bisa jadi, pengalaman dari
kedahsyatan di dunia hari ini berbeda antara individu yang satu dengan individu
lain yang juga mengamalkannya. Sebab, kedahsyatan yang diperoleh sering kali
bersifat khusus dan empiris, sesuai dengan individu itu sendiri. Kedahsyatan Senin
Kamis memiliki poin-poin yang sama sebagai sesuatu yang luar biasa dan hanya
bisa diraih oleh pelakunya. Sehingga barang siapa yang menyepelekan puasa Senin
Kamis, akan mendapatkan akibat fatal dari kedahsyatan itu sendiri.
Dengan demikian,
orang-orang yang berpuasa pada dasarnya, sedang mengendalikan diri dari hal-hal
yang merugikan dirinya, baik secara agama, sosial, dan kesehatan. Adapun dari
segi agama, orang yang berpuasa mengendalikan diri dan menjaga ibadahnya dengan
tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah. Dari segi sosial, orang yang
berpuasa sedang mengendalikan diri dari aksi-aksi sosial yang negatif, sehingga
tidak akan menimbulkan keributan, kekisruhan, dan tidak akan mengkhawatirkan
masyarakat. Sedangkan dari segi kesehatan, jelas bahwa orang yang mampu
mengendalikan dirinya dari marah akan terjauh dari berbagai penyakit yang bisa
menyebabkan kematian.
Puasa merupakan
ibadah yang dicintai Allah karena sifatnya. Puasa memiliki sifat yang amat
rahasia. Bahkan, ada yang mengatakan keistimewaan puasa itu terletak pada
rahasianya. Keistimewaan puasa tersebut menjadi penegasan bahwa puasa juga
merupakan amalan yang sangat dicintai Allah SWT. Dan, barang siapa yang
mengamalkannya secara rutin, terutama puasa Senin Kamis, maka orang tersebut
calon-calon manusia pilihan di sisi Allah. Orang-orang tersebut termasuk hamba
yang dicintai Allah, karena mengerjakan yang dicintai Allah. Jika Allah
mencintai orang-orang yang berpuasa untuknya, maka Malaikat Jibril beserta penduduk
langit juga akan mencintainya. Bahkan, hamba tercinta juga diterima dengan baik
di bumi oleh semua makhluk di atasnya.
Seperti yang
kita ketahui, Rasulullah SAW merupakan contoh manusia yang paling sehat, tidak
pernah sakit selama hidupnya, kecuali terkena racun musuh. Manfaat puasa bagi
kesehatan hanya dapat dirasakan oleh mereka yang rutin menjalankannya. Artinya,
bagi mereka yang menyepelekan puasa, tentu tidak akan mendapatkan
keistimewaannya. Mereka yang menyepelekan puasa tidak dapat merengkuh nikmat
dan sehatya anggota tubuh, baik psikis maupun fisik sebagai bekal hidup sehat. Akibat
fatalnya, jika terus menerus menyepelekan, maka tidak ada jaminan bagi orang
tersebut untuk sehat. Ini artinya, berbagai macam penyakit, terutama penyakit
mematikan dapat dengan mudah menyerangnya apalagi ditambah hidup yang tidak
sehat.
Orang yang
sedang berpuasa sesungguhnya berada dalam kebaikan dan perlindungan Allah
selama sehari itu. Sebab, karakter puasa telah membingkai dan membentuk
seseorang menjadi yang demikian. Orang yang berpuasa seperti mendapat tali dari
langit yang selalu mengawasi, membimbing, dan mengendalikan diri dari hal-hal
yang dimurkai Allah, layaknya hewan piaraan yang diikat pada sebuah kayu, maka
hewan piaraan tersebut tidak akan berbuat liar, memakan tanaman orang lain, hilang
lari tidak tentu arah.
Orang-orang
yang sedang mengerjakan puasa Senin Kamis seperti hewan yang selalu mendapat
pengawasan, penjagaan, pembimbingan, serta jaminan untuk tidak berbuat
kerusakan atau dosa-dosa yang dimurkai Allah. Sebagaimana yang kita ketahui,
puasa merupakan latihan seseorang dalam mengendalikan diri dan menyucikan jiwa.
Puasa bukan hanya mengendalikan diri dari sesuatu yang diharamkan dan berbuah
dosa, namun terhadap sesuatu yang sebelumnya halal jika tidak sedang berpuasa, seperti makan, minum, dan
bersetubuh dengan istri. Pelarangan terhadap sesuatu yang halal selama puasa
ini sudah cukup memosisikan pelakunya untuk tetap berada dalam lindungan Allah
dari dosa-dosa, mereka terjamin dari perbuatan tersebut.
Allah selalu
memberi ukuran pahala pada setiap amalan ibadah lainnya. Sementara pada puasa, Allah
memang tidak begitu menerangkan pahalanya secara khusus, selain akan dimasukkan
ke dalam surga khusus kelak. Meskipun begitu, ibadah ini sangat spesial
sehingga Allah sendirilah yang akan menilainya. Dan, apabila berlebih-lebihan
dalam perkara mubah, seperti dalam makan dan minum, merupakan salah satu
penyebab kerasnya hati. Sebab, hati akan bersih dan lembut jika dalam kondisi lapar
dan sedikit makan. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Ibnu Qayyim. Ia
berkata, “Banyak mengonsumsi makanan adalah sebuah penyakit yang akan menimbulkan
keburukan. Banyak makan dapat menjerumuskan anggota badan untuk melakukan
maksiat dan berat untuk melakukan ketaatan. Maka, cermatilah keburukan itu."
Melihat
perkataan Ibnu Qayyim tersebut, maka wajarlah orang-orang yang menyepelekan dan
tidak melakukan puasa memiliki sifat malas untuk melakukan amalan ibadahnya.
Hal ini tidak akan terjadi jika mereka melakukan puasa. Sebab, puasa bukan
hanya menahan lapar dan haus, namun juga membuat seseorang tidak malas dan
lesu, namun justru menjadi kuat dan sehat untuk melakukan amalan ibadah.
Dengan demikian,
jelaslah bahwa seseorang yang berpuasa akan terlindungi dengan sendirinya dari
hal-hal yang menyebabkan maksiat. Bahkan, secara keseluhuran, orang yang
berpuasa akan terhindar dari seluruh dosa, baik kecil maupun besar, jika puasa
tersebut dilakukan secara benar. Orang yang rajin berpuasa mempunyai banyak
hari yang bersih dari dosa dalam catatan hidupnya di dunia. Orang-orang yang
berpuasa akan terjaga dari kesuciannya dan kembali kepada Allah dalam keadaan
bersih dari dosa-dosa besar. Yang jelas, puasa akan menjadikan perisai bagi
pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat. Perlindungan di dunia dengan
terhindar dari segala perbuatan maksiat, sedangkan perlindungan di akhirat,
akan terhindar dari sengatan dan kobaran api neraka.
Buku ini ditulis
oleh M.Yusuf Abdur Rahman. Buku ini memiliki kelebihan tersendiri, di antaranya,
memberikan petunjuk begitu jelas kepada umat manusia untuk tidak selalu
meremehkan puasa, karena puasa merupakan amalan ibadah yang sangat penting bagi
umat manusia. Dan, siapapun yang membacanya tentu akan sangat paham pada isi
buku ini. Tidak hanya itu, buku ini juga bersumber dari Al-Qur’an dan hadits,
sehingga kebenarannya tidak diragukan lagi.
Di samping
kelebihan di atas, ada beberapa kekurangan yang juga perlu diketahui oleh
pembaca walaupun sepele, misalnya kekurangan tanda baca ( , ) pada halaman 17,
19, 25 dan 30. Kelebihan tanda baca ( , ) pada halaman 23.
Meskipun buku ini
ada kekurangannya, akan tetapi isi buku ini penting bagi para pembaca karena
buku ini menuntun para pembaca agar tidak selalu meremehkan puasa, baik puasa
sunnah maupun puasa wajib. Karena puasa, sebagian dosa kita bisa terampuni oleh
Allah. Maka dari itu, kita tidak boleh meremehkan puasa, apalagi puasa Senin
dan Kamis. Kita hidup di dunia ini tidak akan luput dari dosa.
Dengan memahami
isi buku ini, kita bisa lebih bersungguh-sungguh menjalankan ibadah puasa karena
Allah. Sehingga dosa-dosa kita bisa jadi lebih berkurang dengan menjalankan
ibadah puasa walaupun bukan bulan Ramadhan, sekaligus bisa lebih mendekatkan
diri kepada Allah.
***
Tentang Penulis
M.YUSUF
ABDURRAHMAN, lahir di Lampung Tengah, 14 Agustus 1986.
Pendidikan dasar dan menengahnya diselesaikan di Lampung, di antaranya (SDN 2
Ratna Chaton IV lulus tahun 1986, MTs Ma’arif
Seputih Raman lulus tahun 2001, dan MA Nurul Ulum Kota Gajah lulus tahun
2004). Setelah itu ia pergi ke Kota Yogyakarta untuk melanjutkan studinya di Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah UIN Sunan kalijaga. Sejak
semester satu ia aktif menulis dan berorganisi. Lembaga Pers Mahasiswa Rhetor
menjadi persinggahan awal untuk mengasah dunia tulis dan jurnalistiknya. Selama
menjadi penulis dan jurnalis, ia aktif mengikuti pelatihan maupun aktivitas
keorganisasian. Di bidang penulisan, ia terbilang penulis produktif. Puluhan
karya tulis berupa artikel telah dihasilkan dan dimuat di beberapa media massa,
baik lokal maupun nasional. Di antaranya, Harian Jogja, Solo Pos, Bernas, Jawa
Pos, Kedaulatan Rakyat, Maliboro Expres dan Merapi. Dia juga menulis banyak
buku, di antaranya, 22 Rahasia Kedahsyatan Puasa Daud (Buku Biru, 2010),
Teka-teki Misterius segitiga Bermuda (Flashbook, 2010), Ilham Peluang
Bisnis Property: Tanpa Modal dan Simulasinya (Flashbook, 2010), dan
lainnya.
Tentang Presensi
***
Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018
No comments:
Post a Comment