Friday, May 4, 2018

RAHASIA DI BALIK PUASA SENIN KAMIS

Zulfa Faini
Tentang Peresensi

ZULFA FAINANI, lahir di Tengginah Sentol Laok Pragaan Sumenep, 20 Juli 2003. Riwayat pendidikan dimulaI dari RA Miftahul Huda Lembanah Larangan Lerreng Pragan Sumenep (lulus, 2009), MI Miftahul Huda (2015). Dan sekarang masih duduk di bangku kelas ix (sembilan). Dia pernah mengikuti perkemahan Tingkat Penggalang di Karduluk, Sentol Daya dan Kerrem Larangan Perreng. Pengalaman keorganisasia: Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MTs Al-Wathan, menjabat sebagai anggota di bidang Seni Budaya (2018). Saat ini ia tinggal di Dusun Tengginah Sentol Laok Pragaan Sumenep. Ia bisa dihubungi lewat nomor HP. 082337893385 atau lewat facebook Zulfa Fainani. 
***
Buku Akibat-Akibat Fatal Meremehkan Puasa Senin Kamis

Judul buku      : Akibat-Akibat Fatal Meremehkan Puasa Senin Kamis
Penulis             : M. Yusuf Abdurrahman
Penerbit           : DIVA Press
Cetakan           : Pertama, Februari 2013
Kota terbit       : Jogjakarta
Tebal buku      : 203
Peresensu        : Zulfa Fainani

Buku ini memberitahu kepada kita bahwa puasa Senin dan Kamis menjadi karakter Rasulullah SAW dan umatnya sampai akhir zaman dan memiliki keutamaan tersendiri dari pada puasa-puasa lainnya. Puasa Senin Kamis juga memiliki keutamaan khusus, yaitu dibukanya pintu-pintu surgA oleh Allah SWT. Pada saat inilah Allah mengampuni dosa-dosa seorang mukmin. Kecuali, orang yang sedang menyekutukan Allah dengan sesuatu dan orang yang sedang bermusuhan dengan sesama saudaranya. Rasulullah SAW bersabda. “Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka, semua hamba yang tidak menyekutukan Allah akan diampuni dosa-dosanya kecuali seorang hamba yang di antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan 'Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai', 'Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai kedunya berdamai.'” (HR. Muslim). (hlm. 15).

Dalam hadits tersebut juga disebutkan bahwa Allah membukakan pintu di semua tingkatan. Menurut pendapat Ibn Abbas, Allah mempunyai tujuh surga, yaitu Darul Jalal, Darus Salam, Adn, Ma’wa, Khalid, Firdaus, dan Na’im. Akan tetapi, dalam rentang tujuh hari Allah bermurah hati membuka hari pengampunan sebanyak dua kali, yaitu hari Senin dan Kamis. Artinya, Allah memberi kesempatan kepada kita untuk mohon ampunan ataU semua dosa yang telah dilakukan.

Oleh sebab itu, Senin dan Kamis ini menjadi hari yang tetap untuk kaum muslimin melakukan amalan ibadah. Dan, salah satu amalan ibadah yang paling utama dan mulia adalah melakukan ibadah puasa. Tetapi, bagi orang-orang yang menyepelekan puasa,baik puasa sunnah ataupun puasa wajib tidak akan berkesempatan untuk mendapatkan jaminan itu kelak. Atas kesabaran dan keikhlasan mereka dalam menjalankan ibadah pusa, menahan lapar dan dahaga maupun mengendalikan hawa nafsu dengan sekuat tenaga, maka Allah akan mengistimewakan mereka dengan memasukkan ke dalam surga melalui pintu khusus yang bernama Ar-Rayyan. Kata ini berasal dari kata bentuk infinitif yang berarti, “pengairan, segar, dan pemandangan yang indah”. (hlm. 48).

Keutamaan dari hari Senin Kamis merupakan hari yang diberkahi oleh Allah. Karena  Allah SWT memilihkan hari tersebut untuk memberikan tiga peristiwa besar kepada Rasulullah SAW yaitu, kelahiran beliau, diutisnya beliau menjadi rasul, dan diturunkannya wahyu Allah. Ini merupakan kerugian besar bagi mereka yang menyepelekan amalan ibadah puasa. Apalagi kerugiannya di akhirat. Seseorang tidak akan pernah bisa menyesali dan memperbaikinya dengan dihidupkan lagi di dunia.

Sedangkan keutamaan dari puasa adalah bisa dirasakan di akhirat, yaitu sebagai perisai dari api neraka. Rasulullah SAW bersabda: “Puasa adalah perisai. Seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka.” (HR. Ahmad). (hlm 56).

Perisai puasa yang membuat pelakunya terhindar dari maksiat terutama pada anggota badan. Selama berpuasa, mata dilarang melihat hal-hal yang haram, hidung dilarang membaui yang tidak halal, telinga dilarang mendengarkan hal-hal yang tidak baik, dan mulut dilarang berkata sesuatu yang kotor dan buruk-buruk.

Keutamaan-keutamaan tersebut hanya dapat diperoleh bagi mereka yang melakukannya. Artinya, orang yang sering meremehkan puasa sama sekali tidak akan mendapatkan keutamaan umum puasa, apalagi keutamaan khusus. Inilah akibat fatal yang sangat jelas bagi orang-orang yang menyepelekan keutamaan puasa Senin dan Kamis. Orang-orang yang menyepelekan puasa Senin Kamis dianggap tidak memiliki rasa hormat kepada Rasulullah SAW. Bahkan, sebagian yang lain mungkin akan berkata, “ Orang-orang yang tidak menghormati harinya Rasulullah SAW termasuk orang-orang yang tidak mengerti akhlak etika yang luhur.”

Melihat pengertian tersebut, maka selain memiliki keutamaan, amalan Senin Kamis juga memiliki nilai kedahsyatan empiris bagi pelakunya. Bisa jadi, pengalaman dari kedahsyatan di dunia hari ini berbeda antara individu yang satu dengan individu lain yang juga mengamalkannya. Sebab, kedahsyatan yang diperoleh sering kali bersifat khusus dan empiris, sesuai dengan individu itu sendiri. Kedahsyatan Senin Kamis memiliki poin-poin yang sama sebagai sesuatu yang luar biasa dan hanya bisa diraih oleh pelakunya. Sehingga barang siapa yang menyepelekan puasa Senin Kamis, akan mendapatkan akibat fatal dari kedahsyatan itu sendiri.

Dengan demikian, orang-orang yang berpuasa pada dasarnya, sedang mengendalikan diri dari hal-hal yang merugikan dirinya, baik secara agama, sosial, dan kesehatan. Adapun dari segi agama, orang yang berpuasa mengendalikan diri dan menjaga ibadahnya dengan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah. Dari segi sosial, orang yang berpuasa sedang mengendalikan diri dari aksi-aksi sosial yang negatif, sehingga tidak akan menimbulkan keributan, kekisruhan, dan tidak akan mengkhawatirkan masyarakat. Sedangkan dari segi kesehatan, jelas bahwa orang yang mampu mengendalikan dirinya dari marah akan terjauh dari berbagai penyakit yang bisa menyebabkan kematian.

Puasa merupakan ibadah yang dicintai Allah karena sifatnya. Puasa memiliki sifat yang amat rahasia. Bahkan, ada yang mengatakan keistimewaan puasa itu terletak pada rahasianya. Keistimewaan puasa tersebut menjadi penegasan bahwa puasa juga merupakan amalan yang sangat dicintai Allah SWT. Dan, barang siapa yang mengamalkannya secara rutin, terutama puasa Senin Kamis, maka orang tersebut calon-calon manusia pilihan di sisi Allah. Orang-orang tersebut termasuk hamba yang dicintai Allah, karena mengerjakan yang dicintai Allah. Jika Allah mencintai orang-orang yang berpuasa untuknya, maka Malaikat Jibril beserta penduduk langit juga akan mencintainya. Bahkan, hamba tercinta juga diterima dengan baik di bumi oleh semua makhluk di atasnya.

Seperti yang kita ketahui, Rasulullah SAW merupakan contoh manusia yang paling sehat, tidak pernah sakit selama hidupnya, kecuali terkena racun musuh. Manfaat puasa bagi kesehatan hanya dapat dirasakan oleh mereka yang rutin menjalankannya. Artinya, bagi mereka yang menyepelekan puasa, tentu tidak akan mendapatkan keistimewaannya. Mereka yang menyepelekan puasa tidak dapat merengkuh nikmat dan sehatya anggota tubuh, baik psikis maupun fisik sebagai bekal hidup sehat. Akibat fatalnya, jika terus menerus menyepelekan, maka tidak ada jaminan bagi orang tersebut untuk sehat. Ini artinya, berbagai macam penyakit, terutama penyakit mematikan dapat dengan mudah menyerangnya apalagi ditambah hidup yang tidak sehat.

Orang yang sedang berpuasa sesungguhnya berada dalam kebaikan dan perlindungan Allah selama sehari itu. Sebab, karakter puasa telah membingkai dan membentuk seseorang menjadi yang demikian. Orang yang berpuasa seperti mendapat tali dari langit yang selalu mengawasi, membimbing, dan mengendalikan diri dari hal-hal yang dimurkai Allah, layaknya hewan piaraan yang diikat pada sebuah kayu, maka hewan piaraan tersebut tidak akan berbuat liar, memakan tanaman orang lain, hilang lari tidak tentu arah.

Orang-orang yang sedang mengerjakan puasa Senin Kamis seperti hewan yang selalu mendapat pengawasan, penjagaan, pembimbingan, serta jaminan untuk tidak berbuat kerusakan atau dosa-dosa yang dimurkai Allah. Sebagaimana yang kita ketahui, puasa merupakan latihan seseorang dalam mengendalikan diri dan menyucikan jiwa. Puasa bukan hanya mengendalikan diri dari sesuatu yang diharamkan dan berbuah dosa, namun terhadap sesuatu yang sebelumnya halal jika tidak  sedang berpuasa, seperti makan, minum, dan bersetubuh dengan istri. Pelarangan terhadap sesuatu yang halal selama puasa ini sudah cukup memosisikan pelakunya untuk tetap berada dalam lindungan Allah dari dosa-dosa, mereka terjamin dari perbuatan tersebut.

Allah selalu memberi ukuran pahala pada setiap amalan ibadah lainnya. Sementara pada puasa, Allah memang tidak begitu menerangkan pahalanya secara khusus, selain akan dimasukkan ke dalam surga khusus kelak. Meskipun begitu, ibadah ini sangat spesial sehingga Allah sendirilah yang akan menilainya. Dan, apabila berlebih-lebihan dalam perkara mubah, seperti dalam makan dan minum, merupakan salah satu penyebab kerasnya hati. Sebab, hati akan bersih dan lembut jika dalam kondisi lapar dan sedikit makan. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Ibnu Qayyim. Ia berkata, “Banyak mengonsumsi makanan adalah sebuah penyakit yang akan menimbulkan keburukan. Banyak makan dapat menjerumuskan anggota badan untuk melakukan maksiat dan berat untuk melakukan ketaatan. Maka, cermatilah keburukan itu."

Melihat perkataan Ibnu Qayyim tersebut, maka wajarlah orang-orang yang menyepelekan dan tidak melakukan puasa memiliki sifat malas untuk melakukan amalan ibadahnya. Hal ini tidak akan terjadi jika mereka melakukan puasa. Sebab, puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, namun juga membuat seseorang tidak malas dan lesu, namun justru menjadi kuat dan sehat untuk melakukan amalan ibadah.

Dengan demikian, jelaslah bahwa seseorang yang berpuasa akan terlindungi dengan sendirinya dari hal-hal yang menyebabkan maksiat. Bahkan, secara keseluhuran, orang yang berpuasa akan terhindar dari seluruh dosa, baik kecil maupun besar, jika puasa tersebut dilakukan secara benar. Orang yang rajin berpuasa mempunyai banyak hari yang bersih dari dosa dalam catatan hidupnya di dunia. Orang-orang yang berpuasa akan terjaga dari kesuciannya dan kembali kepada Allah dalam keadaan bersih dari dosa-dosa besar. Yang jelas, puasa akan menjadikan perisai bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat. Perlindungan di dunia dengan terhindar dari segala perbuatan maksiat, sedangkan perlindungan di akhirat, akan terhindar dari sengatan dan kobaran api neraka.

Buku ini ditulis oleh M.Yusuf Abdur Rahman. Buku ini memiliki kelebihan tersendiri, di antaranya, memberikan petunjuk begitu jelas kepada umat manusia untuk tidak selalu meremehkan puasa, karena puasa merupakan amalan ibadah yang sangat penting bagi umat manusia. Dan, siapapun yang membacanya tentu akan sangat paham pada isi buku ini. Tidak hanya itu, buku ini juga bersumber dari Al-Qur’an dan hadits, sehingga kebenarannya tidak diragukan lagi.

Di samping kelebihan di atas, ada beberapa kekurangan yang juga perlu diketahui oleh pembaca walaupun sepele, misalnya kekurangan tanda baca ( , ) pada halaman 17, 19, 25 dan 30. Kelebihan tanda baca ( , ) pada halaman 23.

Meskipun buku ini ada kekurangannya, akan tetapi isi buku ini penting bagi para pembaca karena buku ini menuntun para pembaca agar tidak selalu meremehkan puasa, baik puasa sunnah maupun puasa wajib. Karena puasa, sebagian dosa kita bisa terampuni oleh Allah. Maka dari itu, kita tidak boleh meremehkan puasa, apalagi puasa Senin dan Kamis. Kita hidup di dunia ini tidak akan luput dari dosa.

Dengan memahami isi buku ini, kita bisa lebih bersungguh-sungguh menjalankan ibadah puasa karena Allah. Sehingga dosa-dosa kita bisa jadi lebih berkurang dengan menjalankan ibadah puasa walaupun bukan bulan Ramadhan, sekaligus bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah.
***
Tentang Penulis

M.YUSUF ABDURRAHMAN, lahir di Lampung Tengah, 14 Agustus 1986. Pendidikan dasar dan menengahnya diselesaikan di Lampung, di antaranya (SDN 2 Ratna Chaton IV lulus tahun 1986, MTs Ma’arif  Seputih Raman lulus tahun 2001, dan MA Nurul Ulum Kota Gajah lulus tahun 2004). Setelah itu ia pergi ke Kota Yogyakarta untuk melanjutkan studinya di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah UIN Sunan kalijaga. Sejak semester satu ia aktif menulis dan berorganisi. Lembaga Pers Mahasiswa Rhetor menjadi persinggahan awal untuk mengasah dunia tulis dan jurnalistiknya. Selama menjadi penulis dan jurnalis, ia aktif mengikuti pelatihan maupun aktivitas keorganisasian. Di bidang penulisan, ia terbilang penulis produktif. Puluhan karya tulis berupa artikel telah dihasilkan dan dimuat di beberapa media massa, baik lokal maupun nasional. Di antaranya, Harian Jogja, Solo Pos, Bernas, Jawa Pos, Kedaulatan Rakyat, Maliboro Expres dan Merapi. Dia juga menulis banyak buku, di antaranya, 22 Rahasia Kedahsyatan Puasa Daud (Buku Biru, 2010), Teka-teki Misterius segitiga Bermuda (Flashbook, 2010), Ilham Peluang Bisnis Property: Tanpa Modal dan Simulasinya (Flashbook, 2010), dan lainnya.
 Tentang Presensi
***
Catatan: Resensi ini merupakan tugas wajib bagi siswa kelas akhir MTs Al-Wathan tahun pelajaran 2017/2018. (MQ).
© 2018 

No comments:

Post a Comment