Saturday, July 7, 2018

BERBELANJA PALING MEMUASKAN (Catatan Perjalanan Berburu Buku Murah)

Lokasi di Tugu Kota Malang
M. Khaliq Shalha


Sudah menjadi rumus umum dalam berbelanja bahwa jalan pengeluaran akan lebih lebar ketimbang pemasukan. Meminjam bahasa Al-Qur’an, min haitsu la yahtasib (dari arah yang tidak disangka-sangka) lebih dominan bagi kita dalam pengeluaran, bukan pemasukan. Sudah pasti kalau pengeluaran lebih santer lajunya ketimbang pemasukan yang kita terima. Urusan belanja paralel dengan urusan menguras uang dan bahkan tak disangka-sangka persediaan uang begitu mudahnya surut di kantong dan sering tak sampai pada titik puas.

Dari sekian ragam berbelanja,  ada suatu hal yang saya rasakan menarik dan memuaskan, yaitu berbelanja buku pada pagelaran bazar buku. Momen seperti ini bukan sekadar kesempatan terjadinya transaksi jual beli biasa, tapi bagi saya memiliki nilai lebih berupa momen rekreatif-intelektualistis.

Pada awal-awal perintisan Perpustakaan MTs Al-Wathan oleh Ustaz Durhan Ariev, saya ikut serta mengembangkannya sampai sekarang. Banyak cara yang gencar saya lakukan untuk menambah koleksi buku. Di antaranya mengirim surat permohonan buku gratis kepada penerbit, tapi tak berhasil. SMS pada teman penulis di Jogjakarta. Ia mengabulkan permintaan saya dengan mengirimkan belasan buku. Permohonan dana juga saya lalukan. Usaha ini Alhamdulillah berhasil. Saya dapat kiriman wesel pos dari Mantan Gubernur Jawa Timur (yang terkenal dermawan), Bapak Mohammad Noor beberapa kali. Beliau mengirikman uang pertama kali sebesar Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah). Betapa bangganya saya. Sepertinya mau berjingkrak-jingkrak sambil jumpalitan. Waktu itu (2006) saya masih mondok di PP. Annuqayah Latee Guluk-Guluk Sumenep. Tiap hari Kamis saya pulang, mengajar di MTs Al-Wathan. Lalu malam Jumat dan siangnya lembur mengurusi OSIS.

Tak berselang lama dari dana yang saya terima tersebut, saya mendengar kabar bahwa ada beberapa teman di pondok akan pergi ke Jogjakarta untuk berbelanja buku di bazar dan memarani pesanan buku di fotokopi. Tanpa berpikir lama saya menghubungi mereka untuk dibelikan buku buat perpustaan dari uang pemberian Pak Noor tersebut. Teman saya menjawab dengan santai bahwa dia tidak sanggup untuk membelikan buku pesanan saya, karena dia akan banyak membeli buku yang tenaganya tidak mungkin untuk membawanya. Mereka memberikan solusi lain. Kata mereka, sebaiknya saya ikut sendiri ke Jogja. Saya merespons dengan cepat bahwa saya tidak punya uang lebih kecuali hanya Rp300.000 itu. Tak masalah, kata mereka. Urusan ongkos perjalanan, makan dan belanja mereka akan memberikan pinjaman lunak. Tentang pembayarannya tak usah dirisaukan. Bisa diatur dalam tempo yang tidak mendesak setelah pulang nanti. Saya pasrah saja lalu menyanggupi untuk ikut ke Jogja dengan modal uang itu.

Tuhan memberikan bonus pada saya untuk berkunjung ke kota budaya dan pendidikan yang sangat terkenal itu. Ada saja lantaran yang memudahkan saya untuk bisa rihlah dari Sumenep ke Jogjakarta. Sebuah jarak yang relatif jauh. Antar pulau antar provinsi. Sekalipun dengan anggaran yang minim.

Dengan uang itu saya mampu memboyong buku satu kardus yang dibeli di dua tempat: di gedung JEC dan Wanitatama. Secara bersamaan di dua tempat ini digelar bazar buku murah. Kata “puas” yang layak saya ungkapkan dalam momen ini. Dengan uang yang tak seberapa tapi dapat memperoleh banyak buku menarik.

Pengalaman perjalanan ini banyak saya serap. Rute-rute kendaraan umum saya hapal luar kepala sebagai bekal perjalanan selanjutnya. Mengingat kepuasan berbelanja buku ini perlu dilakukan secara berkesinambungan dan perlu pula ditularkan pada kawan-kawan yang suka berburu buku murah, khususnya dalam menambah koleksi buku perpustakaan madrasah dengan modal yang sangat terbatas.

Tahun 2008 ada kesempatan lagi untuk berkunjung ke Joga. Saya dengan Ustaz Durhan Ariev—teman seperjuangan dan sepergurauan yang suka menulis ilmiah-nyastra. Lihat saja tulisan-tulisannya yang agak gimana gitu..!!—memberanikan diri untuk berangkat ke Jogjakarta pada pagelaran Islamic Book Fair di Gedung Wanitatama. Sebuah perjalanan yang mengesankan dan kadang menjumpai hal-hal yang mengherankan. Dalam perjalanan ini masih ada kesempatan mampir di rumah kos sepupu di Ngnjuk, lalu pagi harinya berangkat ke Jogja.

Hal yang mengherankan setidaknya ada dua. Ketika sampai di akses antara Solo-Jogja, penumpang bus hanya bersisa tiga orang, kami dan penumpang di belakang. Penumpang yang ada di belakang menghampiri kami dan berkenalan. Dia menanyakan asal kami. Kami jawab dengan jujur dari Madura. Tak lama kemudian orang tersebut beringsut ke belakang yang sepertinya ketakutan dengan kami karena kami bilang dari Madura. Ada apa dengan orang Madura?

Kedua, sepulangnya dari tempat kos teman, kami kehujanan lalu berteduh di depan bangunan baratnya kampus UIN Sunan Kalijaga. Terjadilah obrolan ringan dengan pemuda. Dia bertanya asal kami. Kami jawab dengan jujur pula. Dari Madura. Sentimen negatif muncul lagi dari orang ini dengan beberapa anggapan yang dilontarkan bahwa orang Madura suka carok, suka sikap(membawa senjata tajam yang disembunyikan). Kami meluruskan anggapan negatif itu, tapi tak membuat dia percaya. Saya bilang, orang Sumenep itu sudah maju dengan pendidikannya dan orangnya jinak ketimbang kebupaten lain di Madura. Retorika saya sia-sia saja. Sudahlah. Tak mudah memang meyakinkan orang yang sudah punya anggapan tentang hal berbahaya seperti yang dialamatkan kepada orang Madura.Tak lama, dia beringsut dari samping kami. Entah ke mana dia berteduh?

Setelah buku-buku murah berhasil kami beli. Kami berancang-ancang untuk pulang. Menjelang mau pulang, kami mencari informasi tentang angkutan umum yang belum pernah kami naiki, yaitu kereta api. Kami dapat informasi kereta api jurusan Surabaya kira-kira berangkat tengah malam. Sekitar pukul 23.00 WIB kami dihimbau untuk sampai di stasiun Lempuyangan Jogjakarta. Kami menuju stasiun dengan menaiki taksi. Teman kami membuntuti kami untuk memastikan apakah kami sampai di stasiun. Setelah kami masuk di stasiun teman tersebut beranjak kembali ke kosnya. Pada waktu itu layanan pembelian tiket untuk keberangkatan pukul 03.00 WIB sudah dibuka dengan kereta Gaya Baru Malam. Kami memilih tujuan akhir stasiun Gubeng Surabaya sesuai petunjuk kawan mahasiswa di kos teman. Kalau dilihat dari pengalaman saya sekarang, stasiun Gubeng ini terlalu jauh untuk menjadi tujuan akhir. Mestinya kami turun di stasiun Wonokromo yang lebih dekat dengan jalur kendaraan umum menuju Tanjung Perak lalu menyeberang ke Madura.

Suka duka terjadi dalam perjalan ini. Dalam satu sisi kami puas berbelanja buku. Dengan uang yang tak seberapa namun mendapatkan buku begitu banyak. Dalam sisi lain kami harus berpeluh-peluh mengangkut kardus menuju kendaraan umum dengan wajah merengut karena muatan berat. Dengan rute yang kejauhan inilah membutuhkan banyak energi.

Perjalanan Jogjakarta-Sumenep dengan barang bawaan berat semacam ini sungguh melelahkan. “Banyak cerita yang mesti kau saksikan,” kata Ebiet G. Ade. Kadang menjadi bahan perenungan saya. Apakah harus ke Jogja untuk mendapatkan buku-buku murah? Tuhan begitu kasihan pada hamba-Nya. Tak membiarkan kami kelelahan begitu saja. Pada tahun 2010 saya dengan Ustaz Durhan Ariev berkunjung ke rumah Paman di Pakisaji Kepanjen Malang setelah UAS di Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Petang hari ada SMS masuk ke HP Ustaz Durhan dari temannya bahwa di depan Balai Kota Malang sedang digelar Islamic Book Fair. Mendengar informasi itu semangat kami membuncah untuk mengunjunginya pada pagi harinya. Tak terduga harga buku di bazar ini mirip dengan bazar buku yang digelar di Jogjakarta. Setelah ditelisik para penjual buku di acara ini memang datang dari Jogjakarta dan sekitarnya. Salah satunya pihak Diva Press.

Terjawab sudah kerinduan saya bahwa untuk berkunjung ke bazar buku tidak harus ke Jogjakarta. Tapi di Malang juga digelar secara rutin tiga kali dalam setahun. Informasi mudah didapat, baik dari teman di sana, dari internet atau bertanya pada panitia penyelenggara via SMS. Saya sudah mengantongi nomor HP-nya. Pagelarannya sekitar November-Desember, Maret-April atau Juni-Juli. Aula Skodam Kota Malang sudah menjadi tujuan utama saya dan teman-teman dalam momen Islamic Book Fair dengan berbelanja hemat dan memuaskan. Wallah a’lam.

Sumenep, 17 November 2016

2 comments:


  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    ReplyDelete
  2. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.club
    arena-domino.vip
    100% Memuaskan ^-^

    ReplyDelete