Selfi seorang yang baik hati. Ia suka membantu fakir
miskin. Salah satu buktinya, ada tetangganya berusia senja sedang sakit,
sedangkan anak-anaknya pergi merantau, di saat nenek itu terkapar sakit, yang
merawatnya tak lain adalah Selfi. Ia merawatnya sampai sembuh.
Selfi suka jail (bercanda) kepada teman-teman yang
umurnya jauh lebih muda darinya, selalu tunduk dan patuh kepada guru dan orang
tuanya. Dia
selalu menjalankan ajaran agama, misalnya, shalat, zakat, puasa dan selalu
bercita-cita ingin naik haji, namun sampai saat ini mimpi itu belum terwujud.
***
Selfi selalu berdoa untuk kebaikan orang tua dan
gurunya. Ia bercita-cita ingin menjadi dokter agar bisa membantu orang-orang
fakir miskin untuk bisa memeriksa kesehatan mereka dan berobat secara gratis.
Untuk mewujudkan profesinya, ia kuliah di jurusan kedokteran dan setelah lulus
ia diangkat menjadi dokter. Setelah lama menjadi dokter, ia membangun rumah
sakit dengan uang pribadinya dan mewujudkan keinginannya untuk menyempurnakan
rukun Islam kelima, yaitu naik haji.
Setelah ia datang dari Tanah Suci usai melaksanakan ibadah
haji, ada banyak orang yang ingin mengunjunginya, layaknya tradisi desa.
Tiba-tiba ada orang pingsan karena jatuh dari kendaraannya. Ia langsung
menangani orang tersebut
di ruang praktiknya. Untungnya,
pasien itu dapat tertolong. Ternyata orang tersebut kaya raya dan amat dermawan. Lantas ia memberikan separuh hartanya kepada
Selfi. Selfi tentu sangat bersyukur. Uang itu digunakan oleh Selfi untuk
membeli peralatan kesehatan yang belum ada di rumah sakitnya. Selebihnya, Selfi
berikan kepada fakir miskin.
***
Selang beberapa lama usai melaksanakan ibadah haji,
Selfi menikah dan mempunyai anak laki-laki. Dia sangat senang dan bersyukur
kepada Tuhan karena dikaruniai keturunan yang sangat lucu dan menggemaskan.
Suatu waktu, setelah anak itu pandai berjalan dan berlari, ia ditinggal di
depan rumah barang sesaat untuk suatu keperluan di belakang rumah. Ternyata anaknya menghilang entah ke mana. Selfi sangat cemas
tiada tara bercampur sedih. Syukur, akhirnya anak itu ditemukan orang miskin
yang pernah ditolong Selfi. Selfi sangat berterima kasih kepada si miskin, ia
memberikan sejumlah uang Rp500.000, tapi ia menolak dan berkata :
Orang miskin : "Saya tidak butuh uang itu."
Selfi : "Lalu apa yang kamu mau?"
Orang miskin : "Aku ingin kamu jangan pernah
berubah."
Selfi : "Jangan berubah bagaimana?"
Orang miskin : "Sifatmu yang jangan berubah."
Selfi : "Insya Allah, saya akan berusaha."
Tak lama dari peristiwa tersebut, si miskin meninggal
dunia. Selfi sangat merasa bersalah kepada orang itu karena belum sempat
mengobati penyakitnya yang sedang kambuh.
***
Pada suatu malam, Selfi tidur dan bermimpi orang
miskin itu. Dalam mimpinya terjadi dialog.
Orang miskin : "Terima kasih atas
kebaikanmu."
Selfi : "Sama-sama."
Orang miskin : "Saya sudah bahagia di
surga."
Selfi : "Syukurlah."
Seketika Selfi terbangun dari tidurnya. Sejak itu pula selfi tidak begitu merasa terbebani dengan
kepergian dia selamanya. Selfi yakin, dia bahagia di alam barzakh sana.
***
Sumenep,
23 Juli 2018
__________
*) Penulis adalah
siswa kelas IX (sembilan) MTs Al-Wathan.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteSenang sekali mendapat apresiasi seperti ini. Dulu, aku tidak begitu.
Salut Buat Al-Wathan!
Baru tahun ini kami menyediakan blog sebagai media publikasi karya tulis untuk guru, siswa dan alumni. Jika punya tulisan fiksi atau nonfiksi, silakan kirim ke email: mtsalwathansumenep@gmail.com bisa pula lewat WA kami atau dihantarkan langsung ke MTs Al-Wathan.
ReplyDelete